webnovel

HAWA NAFSU

Akupun berjalan menuju pintu rumahku, sesekali aku menoleh ke belakang melihat Bima sudah sampai rumah atau belum, sedikit lama aku berdiri di depan pintu rumahku untuk memastikan Bima sudah sampai di depan rumahnya.

Tidak lama kemudian akupun masuk ke dalam rumah dan mengucapkan salam dan langsung menuju ke kamarku untuk mengambil handuk karena mau mandi, sepanjang waktu aku hanya memiikirkan Bima terutama rangkulan tangan dan ucapannya sesekali.

Percaya atau tidak itu membuat aku sedikit bergairah dan membuatku berimajinasi dan terangsang, akupun pergi mandi untuk membersihkan diri karena badanku berkeringat seharian dan sedikit bau tidak sedap, sesudah mandi akupun mengganti pakaianku dengan yang baru.

Aku memilih baju santai dan celana pendek karena itu membuat aku nyaman untuk bersantai dan pergi tidur nantinya, sehabis mengganti baju aku pun menuju kasurku dan merebahkan badanku, karena badanku terasa sedikit lelah karena seharian bermain.

Aku terbaring lesu di kasurku dan sambil memiikirkan wajah Bima yang begitu tampan, aku hanya tersenyum ketika memikirkannya, ntah kenapa terkadang aku memikirkan hal yang jorok tentangnya, aku teringat tatapan matanya yang begitu tajam dan menggoda.

Terlebih lagi senyumannya yang seakan memiliki teka-teki, bibirnya yang mungil dan merah jambu seakan menarikku untuk mencumbu bibirnya, pikiran aku saat itu sangatlah tidak di masuk akal.

Tiba-tiba aku teringat cerita Ari tadi siang yang berfantasi malam kemarin, entah kenapa aku sangat penasaran sekali dengan apa yang di katakan Ari, tapi aku mencoba tidak terlalu memikirkan itu.

Akupun memejamkan mataku, tapi pikiranku selalu ke Bima, sewaktu aku memejamkan mataku aku membayangkan Bima sedang mandi tanpa menggunakan sehelai baju di tubuhnya, pikiranku semakin kotor saat itu dan membuatku berimajinasi semakin tinggi.

Dan aku membayangkan Bima tidak memakai sehelai kain di hadapanku dan memelukku, bibir kami pun bersentuhan sambil bergerak kecil, sesekali aku mengeluarkan lidah ku dan mencoba menarik lidah Bima, ini pertama kalinya aku berfantasi sejauh ini sehinngga membuat semua bulu dibadanku berdiri.

Tapi entah kenapa aku masih saja memikirkan hal-hal yang jorok bersama Bima, aku tau ini sangatlah salah dan tidak benar tapi rasa penasaran ini membuat ku tidak memperdulikan rasa bersalah ku ini.

Ya sebegitu bodohnya aku dan merasa ketertarik dengan Bima sehingga aku harus berfantasu yang tak pantas harus aku lakukan, jujur ini sangatlah nikmat sebenarnya tapi ini sangatlah salah yang tak harus aku lakukan.

Tapi hawa nafsu ini mengalahkan segalanya sehingga aku tidak bisa berfikir jernih dengan resiko yang akan ku tangung yaitu akan merasa candu melakukan ini terus-terusan, tidak lama aku berfantasi dan memikirkan hal-hal jorok ini, sehingga aku sampai ke klimaks nya.

"Ahhhhhhhhhhhhhhhhhh," aku reflek berteriak kecil dan menggeliat karena suatu cairan kental dan berbau khas keluar dari lubang perjakaku, sungguh itu sangatlah nikmat yang membuat semua badanku menggeliat, aku tidak sadar cairan itu adalah spermaku.

Cairan itu tumpah ke tanganku dan mengotori celana yang aku gunakan, testurnya begitu kental, berbau khas dan begitu amis, sejenak badanku terdiam lesu, sesekali aku memegang kepala perjakaku dan terasa sedikit nyeri.

"Dit cepat bangun bentar lagi mau makan malam," kakak perempuan ku Dinda memanggil ku dari balik pintu kamarku secara tiba-tiba untuk membangunkan aku yang dikiranya aku sedang tertidur..

Aku terhentak kaget dan langsung berdiri dari tempat tidurku, aku takut dan malu jika kakakku melihat apa yang telah aku lakukan di kamar sendrian.

"Iya kak sebentar lagi aku keluar," ujarku membalas teriakan Kak Dinda dengan cepat, aku tidak ingin dia masuk ke dalam kamarku dan melihat apa yang ku lakukan disini, apa lagi bau sperma ini sangatlah kuat.

Kak Dinda adalah kakak perempuan ku yang nomor empat yang berumur 21 tahun, di tahun ini dia duduk di bangku kuliah semester 2 salah satu universitas di Batam, dia sangatlah pintar dan selalu mendapatkan juara umum di waktu sekolah dan selalu mendapat kan nilai yang bagus di kelasnya.

Kak Dinda mengambil jurusan kebidanan di universitas nya, aku terbilang sangat dekat dengannya mungkin karena aku dari kecil tumbuh bersama dengan Kak Dinda, berbeda dengan kedua kakakku laki-laki dan satu kakak perempuan ku lagi.

Yang sudah lama merantau ke Jakarta, jadi aku hanya bisa berjumpa sesekali dengan mereka terutama hanya pada waktu Hari Raya saja atau sesekali mereka mengunjungin kami ketika mendapatkan cuti.

Aku bergegas membersihkan kamar tidurku sesekali mengecek ada tumpahan Spermaku atau tidak yang lengket di kasurku, sehabis membersihkan kasurku, aku pun mengambil celana pendek untuk menggantikan celana yang ku pakai sudah kotor oleh cairan dari perjakaku.

Setelah memilih celana pengganti aku pun membuka pintu dan sesekali melihat keadaan rumah, karena aku tidak ingin ketahuan dengan keluargaku, karena bau cairan dari perjakaku yang lengket dalam celana itu masih saja terbau sangat keras.

Setelah aku melihat Ibu dan kak Dinda masih sibuk mempersiapkan makan malam di dapur dan ayah sedang menikmati secangkir kopi dan rokoknya di depan rumah, aku pun bergegas ke kamar mandi untuk membersih tubuhku.

Di kamar mandi aku membuka celanaku yang sudah penuh dengan cairan dari lubang perjakaku di dalamnya, tapi sebagian aku melihat cairan itu sudah mengering dan menjadi seperti kerak putih yang lengket di celana, aku bergegas membersihkan tubuhku dari pusar perut sampai ke pahaku.

Karena daerah sanalah cairan dari lubang perjakaku bertumpahan, dan perjakakupun terasa sedikit nyeri dan kepalanya menjadi kemerahan ketika aku membersihkan dan sesekali mengecek perjaka ku ada yang lecet atau tidak.

Setelah aku merasa badanku sudah bersih, aku pun langsung menggunakan celana baru yang di ambil tadi, dan mengambil celanaku yang kotor tadi dan merendamnya dengan air cucian baju dan sedikit membilasnya.

Setelah semua selesai aku pun keluar dari kamar mandi dan menuju ke belakang rumah tempat jemuran baju, setelah semua sudah selesai aku pun kembali dan membuka pintu belakang untuk masuk.

"Ngapain dari belakang Dit,?" ibuku bertanya secara tiba-tiba yang berdiri di depanku.

Akupun terhentak kaget tidak menyadari kehadiran ibuku secara tiba-tiba.

"Anu,,aaaaa,,dari jemur celana tadi di kamar lihat ada celana kotor di bawah bantal Bu," ujarku menjawab pertanyaan ibuku dengan grogi dan angak canggung.

"Makannya jangan biasain narok pakaian kotor sembarangan," ibuku berkata dengan nada yang sedikit membentak.

"Iya maaf-maaf gak bakal Radit ulangin lagi buk," ujarku dengan memberi muka bersalah.

"Ya udh sana panggil Ayahmu, makan malam udah slesai," Ibuku berkata sambil mengambil beberapa piring yang akan di letakkan di atas meja makan.

"Siap Boskuuuuuuu," ujarku dengan sedikit candaan terhadap ibuku.

Aku pun menuju ayah ya g berada di depan rumah yang masih menikmati rokoknya seperti biasanya.