webnovel

Harry Potter's Guardian Angels and The Sorcerer's Stone

Saat membaca perkamen itu ia benar – benar terkejut “Big No...... Kau pikir aku mau melakukannya?” Key hanya tersenyum meremehkan, “Hya... kau kira aku bodyguard yang selalu mengikuti Harry Potter kesana kemari – Micheoseo???” Sherly terus meluapkan kekesalannya. “Kalau begitu temui ayahku dan katakan keputusanmu” Key memasang senyuman licik membuat Sherly makin kesal, lalu sesuatu mulai terpikir di benaknya “Key.... bukankah kau seorang pangeran?” Key hanya mengerutkan dahi heran dengan arah pembicaraan Sherly jadi ia hanya diam “Jangan katakan kalau kau yang memprovokasi ayahmu.... kau pikir itu lucu hah!!!” tuduh Sherly da berteriak pada key “Tch..... lalu apa untungnya untukku?? Kau pikir aku mau repot-repot mengantar perkamen kalau bukan ayah yang menyuruhku mana mungkin aku sudi” “Percuma saja aku tidak mau dan tidak tertarik dengan tugas ini, apa kau berniat menjadikanku Bodyguard atau kau pikir aku stalker hah???” “Ahhhh...... sudah kuduga akan begini, sebenarnya sudah kubilang pada ayah agar mengurungkan niatnya menyuruhmu tapi dia tetap bersikeras, ckckckcckck Kau tau kan apa kata ramalan itu.... Pangeran Kegelapan masih ada dan tidak sulit menemukannya karena dia mengincar kehidupannya kembali dan Harry Potter....” “Lalu apa hubungannya denganku?” Ujar Sherly enteng sambil meminum segelas air untuk meredam emosinya. “Jelas sekali kau menolak menjaga Harry karena takut pada Pangeran Kegelapan kan?” “Uhuk......huk....... Mwo????” tiba – tiba Sherly tersedak begitu mendengarnya “Wae??? Kau masih tak mau mengakuinya?” “Nuguya?? Jika yang kau maksud aku, kau salah aku tidak penah takut Voldemort aku hanya.... tidak mau terlihat makin aneh” geram Sherly kesal “itu hanya alasan kan, sebenarnya kau hanya..... takut” “Terserah apa katamu, Kau hanya ingin aku terus membuntutinya kan, okey akan aku lakukan, Apa kau puas sekarang!!!” Sherly melotot dan menggebrak meja lalu pergi..

Emma_JM95 · หนังสือและวรรณกรรม
Not enough ratings
22 Chs

Ch. 21 : Distance

Sherly POV

Key membawaku ke menara Gryffindor, dia menuntunku ke tempat yang biasa digunakan murid yang lain untuk mengerjakan tugas.

"Kurasa kita baru bisa mendekati perapian hingga agak larut, masih ada murid yang bersantai disana" ujar Key.

Aku hanya mengangguk "Apa kau baik-baik saja?" kali ini aku diam karena Aku tidak baik-baik saja, aku yakin hampir gila saat ini.

Aku memegangi kepalaku dengan kedua tanganku hingga menutupi kedua telingaku. eottohke?? haruskah aku ceritakan padanya saja?

"Hey... kau ceritakan saja" desaknya

"Aku akan berusaha menanggungnya sendiri, benar.... jadi aku juga tak akan mencampuri urusanmu" gumamku lirih.

"Maaf.... ini semua salahku kalau saja aku tidak keras kepala – Nah, aku akan menjelaskan padamu apapun yang kau inginkan, tapi kau jangan begini? Kau membuatku khawatir – Apa yang sebenarnya terjadi padamu" Key memegang kedua pundakku.

"Aku pasti gila" Aku bingung menjelaskannya

"Tidak, kau akan baik-baik saja"

"Aku mendengarnya, aku tak bermaksud semarah itu padamu sungguh aku cuma kesal padamu – hanya saja.... terlalu banyak suara yang kudengar, dia memprovokasiku, mendesakku, membuatku semakin marah... rasanya aku nyaris meledak, dan yang terburuk aku tak bisa mengendalikan diriku sendiri aku merasa... ada yang lain dalam diriku, dan itu bukan aku"

Airmataku mengalir, aku menunduk berusaha menyembunyikan wajahku.

"semua sudah kembali normal tenang saja, kau hanya perlu menahan diri lebih keras. Bukan salahmu Ini juga terjadi gara-gara aku"

Key berdiri lalu pindah duduk tepat disampingku "Aku sebenarnya takut kau mengetahui permasalahanku dengan Kakak, karena itu aku terpaksa bersikap begitu padamu"

"Kenapa? – apa ada hubungannya denganku" Aku menoleh kearahnya, tebakanku tepat dia mengangguk lemah.

"Kau tahu... selama kau sakit aku menceritakan bagaimana keadaanmu pada kakak barangkali dia mengetahui sesuatu, tapi... begitu dia tau ini ada hubungannya dengan sauron dan segelmu rusak, dia menyuruhku menjaga jarak denganmu "

Deg, menjaga jarak? Mengapa ada rasa tidak rela dalam hatiku? Aragorn yang menyuruhnya, aku sulit mempercayainya.

"Dia bilang aku bisa dalam bahaya jika sampai Sauron tahu mengenai diriku, aku bersikeras tak mau melakukannya hingga aku bertengkar dengannya"

"Mengapa kau diam? Bukankah tadi kau sangat penasaran mengapa aku berselisih dengan kakak?" dia menoleh kearahku pandangan kami bertemu.

"Mengapa kau melakukannya? Bukankah lebih mudah jika menuruti ucapan kakakmu-mengapa sampai saat ini kau masih bersamaku?" tanyaku

Key menghela napas panjang "entahlah... bagiku pilihan yang tersulit justru dengan menjauhimu. aku ingin melindungimu, lagipula aku tak mungkin menjauhimu pasti rasanya membosankan" dia terkekeh.

"Melindungiku...? Ehmm apa ayahku yang memintamu melakukannya? Kalau benar begitu... itu pasti sangat membebanimu"

Dia menggelengkan kepala "itu keinginanku sendiri, tidak ada yang boleh menganggumu selain aku" Key menyeringai licik padaku membuatku tertawa.

"itu bukan gayamu jangan lakukan itu, hentikan" Aku memukul–mukul bahunya agar berhenti bercanda denganku.

Dia tertawa hingga tiba-tiba tangannya mengenggam lenganku hingga aku berhenti memukulnya tertahan tak bergerak, ada yang aneh sepertinya jantungku berdebar dan pipiku terasa memanas, semoga pipiku tidak semerah kepiting rebus rutukku dalam hati, reflek aku menggembungkan pipiku ingin mengenyahkan kegugupanku

"Dengarkan aku baik-baik, aku punya kebiasaan buruk seperti membuatmu emosi" Dia tersenyum

"kita selalu bertengkar dari hal yang sepele hingga hal yang rumit, tapi... entah karena aku tak bisa meninggalkan kebiasaan itu atau ada hal lain. yang jelas aku tak bisa menuruti keinginan kakak – Apapun yang terjadi"

"Kau tak perlu mengulangnya berkali-kali aku tau kau amat keras kepala" olokku

"Kau benar, kau sangat mengenalku dengan baik" jawab Key

"Lalu..."

"Lalu apa?" tanya Key bingung

"Mau sampai kapan kau memegang lenganku seperti ini?" tanyaku hati-hati.

Dia tersentak lalu melepas lenganku "Ah..." Key menggaruk-garuk belakang kepalanya "Mian... Lebih baik kita segera ke perapian melihat kakak" ujar Key yang terdengar gugup.

"Aku mulai berpikir apa aku ikut denganmu atau tidak" Bagaimana mungkin aku ikut bersamanya menemui Aragorn kalau masalah ini timbul karena diriku?.

"Kalau kau tidak ikut lebih baik aku tak usah menemuinya"

"Hei... Mengapa kau jadi begini?"

"Itu harusnya pertanyaan yang kutujukan untukmu, Kau ikut bersamaku atau tidak sama sekali – aku juga tak berniat berdamai dengannya kalau dia memintaku menjauhimu" dia melirikku menunggu jawabanku.

Aku hanya memalingkan wajah tak memberikan jawaban. Dia menghela napas kesal "Huh.... kau ini" Key menyambar dan menarik tanganku agar mengikuti kemana dia pergi.

"Hei apa yang kau lakukan? Jangan menyeretku seperti ini" teriakku.

Dia melotot kearahku "Apa kau mau membangunkan murid-murid yang lain?"

Aku menutup mulutku sambil melirik sekelilingku memastikan tak ada orang lain disini.

"Aku belum menjawab tapi kenapa kau memaksaku ikut?" gerutuku kesal.

"Tanpa kau jawab aku tau sebenarnya kau ingin ikut... tapi kalau kau merasa tak nyaman abaikan saja dia dan jangan bicara"

"Hah... Kau pikir aku boneka?" Aku tersenyum sinis

Kami duduk di sofa tak lama kemudian perapian di hadapan kami berderak api berdenyar menyerupai wajah Aragorn yang sepertinya terkejut karena melihatku. Dia menatap Key tajam.

"Ada hal penting apa yang ingin kakak bicarakan?" tanya Key sementara Aragorn tak menjawab hanya melirik padaku.

Aku menoleh pada Key dan berbisik "apa sebaiknya aku keluar saja?" Namun dia menahanku.

"Sherly sudah tau" gumam Key.

"Baguslah kalau begitu" ujarnya "aku ingin bertanya pada Sherly dulu – Kalau aku memintamu menyingkir dari Key apa yang akan kau lakukan?"

"Kakak!!!" geram Key dia hendak bangkit tapi aku meremas tangannya

Mengapa Aragorn bertanya seperti ini? 'bagiku pilihan yang tersulit justru dengan menjauhimu. aku ingin melindungimu', ucapan Key tersebut terngiang di telingaku. Apa aku juga merasa begitu? Bagaimana jika seseorang yang biasanya melindungiku tak berada disisiku? 'lagipula aku tak mungkin menjauhimu pasti rasanya membosankan' Apa aku akan baik-baik saja tanpanya? pikirku.

"Kalau... aku menyingkir dari Key? Aku tak tahu... hal itu bahkan tak pernah terpikir olehku"

Aragorn memerhatikanku dengan seksama mungkin menebak-nebak apa yang kupikirkan.

"Maka Kau harus memikirkannya mulai sekarang...." desaknya

"Hentikan, mengapa kakak mengatakan hal itu padanya?" Key nyaris berteriak hingga ucapan Aragorn terhenti.

"Apa kau tahu seberapa besar resikonya? Kalau Sherly tak bisa mengendalikan dirinya... dan ketika sauron tahu siapa dirimu, kau pikir apa yang bisa kau lakukan?"

Key menggelengkan kepalanya "Aku sendiri yang memutuskan apa yang akan kulakukan –inilah mengapa aku malas menemuimu, Mengapa sikapmu pada Sherly berubah seperti ini?"

"Kau tahu siapa yang kita bicarakan?.... Sauron",

"Aku akan berusaha mengendalikan diriku, aku tak akan melukai Key" Aku mencoba meyakinkan Aragorn.

"Sepertinya kau sama keras kepalanya dengan Key – Well, aku tak peduli kalau kalian tak mau diatur, Aku mau kau berjanji padaku satu hal kalau terjadi sesuatu.... jika sauron menggunakan dirimu untuk menyerang Key – kau harus menyingkir atau aku yang akan bertindak"

Sikap Aragorn padaku kini berubah drastis, aku menatapnya mencari-cari apa masih ada yang tersisa, Aragorn yang selama ini kukenal hingga tanpa kusadari airmataku mengalir.

"Aku juga tak mau seperti ini...tapi apa aku punya pilihan? Aku selalu mengatakan padamu kan�� Aku hanya ingin menjadi penyihir yang normal – Aku bisa melihat segala hal yang akan terjadi dibenakku, padahal aku sama sekali tak menginginkannya, Aku juga bisa parselmouth asal kau tau – namun aku tak punya cukup keberanian mengakuinya apa aku juga punya pilihan untuk itu?"

Aku menggelengkan kepalaku dengan putus asa " Kau selalu menghiburku, dan mengatakan padaku agar aku mengambil sisi positifnya. Sekarang lagi-lagi aku dihadapkan pada hal seperti ini dan sekali lagi aku tak bisa memilih – tapi mengapa kau juga memperlakukanku seperti ini?" Aku terisak. "Mengapa aku mengalami banyak kesialan seperti ini" keluhku.

Key bangkit "Ayo, kita pergi dari sini" ajaknya, awalnya aku tak bergeming namun dia menarik tanganku.

"tunggu...." seru Aragorn

"Kalau kakak terus mencoba memaksaku itu takkan berhasil" terlihat otot di wajahnya menegang menahan emosinya sendiri.

"Kumohon berhenti..." suaranya sudah tak sedingin sebelumnya "Aku... tidak bisa berpikir jernih, ini bukan salahmu... mengapa harus dirimu? Aku hanya berpikir selagi segelmu belum sempurna kalian bisa menjaga jarak, seharusnya aku mempertimbangkan perasaan kalian"

Aragorn tersenyum padaku "Jangan biarkan mereka mempermainkan kita" Aku menatapnya dan mengangguk.

"Dan kau, sejak kapan kau begitu tempramen dan keras kepala bahkan berani melawanku?" Aragorn protes pada Key

Key tersenyum dan mengangkat bahu. Raut wajah Key berubah seolah ada sesuatu yang tiba-tiba ia ingat "Kak, apa kau mungkin tahu pria yang bekerja untuk Sauron dia selalu memakai topeng? Pria itu yang meracuni Sherly, Aku tak merasa pernah mengenalnya tapi... mengapa dia terlihat begitu membenciku? Sepertinya dia mengenalku"

Aragorn mengerutkan dahi "Kapan kau bertemu orang itu?"

"Beberapa hari yang lalu, di Hogwarts"

"Di Hogwarts?" pekiknya terkejut, "apa yang dia inginkan?"

Key hanya mengedikkan kepalanya kearahku "karena itu kau memar seperti ini?" tebaknya, sementara Key hanya menatap kakaknya dengan kesal.

"Aku akan selidiki hal itu, bagaimana dengan Harry?"

Aku menatap Key tak tau harus menjawab apa "Apa kalian berniat menutupi sesuatu dariku?" tanya Aragorn menatap kami curiga.

"Tentu saja tidak... Hanya saja... ada sesuatu yang aneh yang terjadi belakangan ini dan hampir mencelakai Harry, Troll saat Halloween, dan Sapu terbang Harry yang disabotase saat pertandingan – bukankah itu mencurigakan?" jelasku

"Awasi dia baik-baik, Ah... sepertinya aku harus pergi ada urusan mendesak" tak lama kemudian sosoknya menghilang.

Kulihat Key mengembuskan napas lega dan tersenyum

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Key

"Aku senang melihatmu baikan dengan Aragorn" Key tiba-tiba melangkah maju mendekatiku, membuatku melangkah mundur menjauhinya "Kau mau apa?" tanyaku

"Jangan bergerak!" perintahnya

Key merogoh saku jubahnya lalu membersihkan wajahku yang basah dengan tisue. Aku baru menyadari tatapan mataku sedari tadi tak lepas darinya, apalagi ini? Jantungku...

"Jangan pernah menangis seperti ini lagi, eoh??? Kau terlihat berantakan sekali" Aku mengangguk cepat.

"Aku bisa melalukannya sendiri" Aku merebut tisuenya lalu pergi berlari menuju kamar.

"Good Nite" teriak Key

Aku menutup pintu rapat-rapat lalu meletakkan tanganku ke dada mengecek apa ada yang tidak beres?, tidak puas dengan itu aku meletakkan telapak tanganku ke dahi.

"Apa aku sakit? - Sepertinya bukan..."

"Argh... Aku pasti sudah gila" keluhku sambil mengacak-acak rambutku sendiri. Tiba-tiba aku merasakan dorongan dari balik pintu yang membuatku terjatuh.

"Aw... apa kau tak bisa lebih pelan?" teriakku.

"Siapa suruh kau menghalangi pintu" protes Hermione.

Hermione mengulurkan tangannya padaku membantuku berdiri.

"Apa semua baik-baik saja?" tanya Hermione

"Tentu saja... Ah... aku mengantuk sekali, kita bicarakan besok pagi saja" Aku menuju ranjangku dan segera tidur agar Hermione tak bertanya lagi padaku, untuk saat ini aku hanya ingin menenangkan pikiranku.

Aku mendapati diriku berada di toilet berusaha menahan serangan Troll. Mengapa aku mengalami hal ini lagi? Pikirku

Makhluk itu terlihat geram dan memukul berkali – kali dinding pelindung yang kubuat tapi tak mampu menghancurkannya. Aku berusaha berkonsentrasi agar kejadian yang sebelumnya tak terulang... tapi... mengapa hal ini terjadi lagi?

Pelindungku menjadi rapuh pukulan Troll itu pun menghancurkannya dan aku jatuh berlutut di lantai aku merasa ngeri menyadari apa yang akan terjadi, aku hanya memejamkan mata dan menjerit.

Tubuhku terdorong kebelakang terjerembab, perlahan aku membuka mata terkejut melihat Key berada dihadapanku lengannya kini tengah berjuang menahan tubuhnya agar tak jatuh menimpaku sementara punggungnya berkali-kali menerima pukulan troll, wajahnya meringis kesakitan tak ada yang menolongnya karena ditempat ini hanya ada aku, Key dan Troll.

"Hentikan...!" teriakku namun Key malah mendorong tubuhku menjauh darinya lalu tubuhnya ambruk di lantai yang penuh dengan darahnya.

"Key... " panggilku tapi dia tak menyahut "ireona...." suaraku terisak sambil terus membangunkan Key.

Aku membalikkan tubuhnya lalu menepuk pipinya pelan "Key.... Jeonha... ireona...." aku mulai panik, tangisku semakin menjadi karena Key sama sekali tak bergerak apa yang harus kulakukan?.

"Jeonha..." teriakku, mataku terbuka kulihat Hermione menatapku cemas saat melihatku ketakutan.

Keadaanku kini pastilah sangat kacau, hampir seluruh tubuhku berkeringat, napasku masih terengah-engah.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Hermione, aku melihat sekelilingku. Memastikan teman sekamarku yang lain tak ada yang bangun.

"Hanya ada kita berdua yang terbangun disini" Aku memeluk Hermione.

"Apa kau mimpi buruk?" tanyanya sambil terus menepuk punggungku berusaha menenangkan

Aku hanya mengangguk mengingat mimpiku barusan membuatku gemetar.

"Tenanglah... sekarang kau sudah terbangun, semua akan baik-baik saja, minumlah"

"Aku bisa gila – Aku bermimpi... Troll menyerang Key hanya ada kita berdua dan kejadiannya hampir sama hanya saja tak ada yang bisa menolong Key. Dia terluka Hermione.... dan aku tak bisa menolongnya, aku membangunkannya tapi dia tak sadar juga, aku.... aku sungguh takut – Apa ini pertanda buruk?" Aku menjelaskan mimpiku dengan panik.

"Kau terlalu berlebihan kau hanya mimpi buruk, jangan menanggapinya terlalu serius"

"Kau tidak mengerti… bagimu mimpi hanya sekedar mimpi tapi jika aku yang mengalaminya ini pasti bukan hal biasa".

"Tapi mimpimu barusan sudah pernah terjadi dan dia baik-baik saja – lebih baik kau kembali tidur".