Sherly POV
Ayah membelai rambutku sambil menangis "Mian..." Aku melepaskan pelukannya "Maaf untuk apa?" tanyaku
"Karena Appa tak bisa melindungimu... apa masih terasa sakit?" Aku menggelengkan kepala "sudah lumayan berkurang" jawabku
"Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Mereka membicarakan segel... apa maksudnya?"
"Sauron... berniat menghancurkan segel yang ayah buat untuk melindungimu. Agar dia tak bisa menggendalikanmu"
"Tapi untuk apa?" tanyaku penasaran
"Sama sepertimu... dulu mereka menginginkan ayah, Dia ingin ayah menggantikannya mengurus Kerajaannya di Mordor, tapi ayah kabur hingga keluar dari Middle Earth lalu diasuh oleh keluarga Diggory, namun mereka tak menyerah begitu saja. Entah mengapa sejak kau lahir mereka berhenti mengejarku"
"Dan kini mereka menginginkanku?" Aku sungguh terkejut mendengarnya.
Ayah menatapku sedih lalu menangkupkan kedua telapak tangannya di pipiku "Dengar... Appa tak akan membiarkan itu terjadi, eoh... tapi tampaknya dia tahu aku menyegel Jiwamu agar dia tak bisa merasuk untuk mempengaruhi dan mengendalikanmu" yang tak kumengerti mengapa Sauron menginginkan kami dan bukan orang lain.
"Apa dia sudah menghancurkan segelnya?"
"Sepertinya segel itu mulai melemah, kami akan mencobanya lagi tapi itu memerlukan waktu... sampai saat itu kau harus berhati – hati jangan mudah terpancing emosi karena... dia mudah merasuk melalui amarahmu. Kalau sampai itu terjadi aku tak tahu berapa lama dia akan mengendalikanmu" aku bergidik ngeri.
"Ada yang ingin ku tanyakan... Mengapa harus ayah dan aku yang mengalaminya?" Ayah hanya menggeleng
"Andai aku juga mengetahuinya, tapi seingatku dia pernah menyinggung mengenai ramalan mungkin dia mengira kita yang berada di ramalan itu, Ah... ada ciri khusus – Jika amarahmu meledak matamu berubah menjadi merah... Kau seharusnya bisa parseltounge tapi tak semua penyihir yang bisa Parseltounge termasuk dalam ramalan itu... "
Memikirkannya saja membuatku takut, itu semua pernah terjadi padaku. apa yang terjadi jika dia merasuk? Untuk apa? apa untungnya? mengapa bukan penyihir hebat seperti Dumbledore saja pasti lebih berguna atau Voldemort dan Snape pasti lebih cocok bukan? Mereka berdua sungguh peran antagonis yang sempurna.
"Kau tak perlu takut... Ayah lihat kau punya teman – teman yang sayang dan peduli padamu. Pastikan teman – temanmu tau hal ini, kau akan membutuhkan mereka untuk mengawasi dan menjagamu"
"Appa... jangan berlebihan mengapa aku harus melibatkan mereka?"
"Ini serius... Kalau kau menanggung semua ini sendiri, kau bisa gila"
"Jangan terlalu mengkhawatirkan aku... "
Pintu kembali terbuka lalu terlihat Hermione masuk nyaris berlari saking semangatnya "Tada... pasta sudah tiba" serunya
"kau mencari masakan muggle di Hogwarts tentu saja tak ada" keluh Ron
"Lalu... dari mana kalian mendapatkannya?" tanyaku penasaran
"Ini buatan Key... dia bersikeras kalau kau harus mendapatkan makanan yang benar-benar kau inginkan karena sudah lama kau terbaring dan tidak sadar" Sahut Harry sambil tersenyum geli.
"Makanlah...Ini pertama kalinya aku membuat pasta jadi kalau rasanya aneh..."
"Bagaimanapun rasanya aku akan memakannya" aku menyela ucapannya, aku tak peduli seperti apa rasanya, aku bahagia mendapatkan perhatian seperti ini dari mereka.
"Mana bisa begitu... Kau yakin akan memakannya meskipun rasanya mengerikan?" tanya Ron.
"Apa boleh buat... ini adalah buatan pangeran... kalau aku menolak bagaimana nanti jika aku dihukum? Eoh?"
"Sudahlah jangan banyak bicara... makan saja - bukankah kau bilang tadi lapar?" Ujar Key sambil menyendokkan pasta ke mulutku – Ah... dia menyuapiku aku terlalu terkejut hingga hanya berkedip lalu menelan makananku. Key menyuapiku sekali lagi.
Aku tersentak lalu dengan spontan merebut sendok dari tangan Key begitu menyadari hal tersebut. "Ada apa denganmu? Apa ini tidak enak?" tanya Key heran melihat tingkahku.
"Kau terlalu lama melakukannya aku benar – benar sudah lapar" Aku pun melahapnya sambil berharap tidak ada yang menyadari kegugupanku, mungkin aku salah karena jelas terdengar tawa ayahku.
"Kalian benar – benar menggemaskan" komentarnya "Aku menitipkan Sherly pada kalian, jaga dia baik – baik, ingat jangan biarkan amarahnya tersulut" Mereka hanya mengangguk.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri" bantahku
"Jinja... ingatkan aku sudah berapa kali kau dirawat di rumah sakit? Dan berapa kali kau nyaris celaka" Aku melotot pada Key yang menyelaku.
"Sherly... kau harus menjelaskan pada mereka... ayah percaya pada mereka" Ayah mengecup keningku lalu pergi meninggalkan kamar.
Harry, Ron, Hermione dan Key hanya diam memandangku seakan menunggu penjelasan dariku... tapi apa yang harus kukatakan? Ini bukanlah hal yang patut dibanggakan.
"Kenapa kalian memandangku seperti itu?" tanyaku
"Kau berhutang penjelasan pada kami... ayahmu sendiri juga menyuruhmu mengatakan sesuatu bukan?" Key menatapku tajam dia berusaha menyudutkanku.
"Aku tak tau... harus menjelaskan pada kalian dari mana"
"Kalau begitu kau jawab saja pertanyaan kami" Sahut Key "Segel apa yang ada padamu? Siapa yang membuatnya?"
"Segel itu dibuat oleh kedua orang tuaku, agar Sauron tidak dapat mengendalikanku"
"Bagaimana kondisi segel itu saat ini?" tanya Key
"Rusak, ayah bilang dia akan mengurusnya tapi hal itu membutuhkan waktu entah sampai kapan"
Hermione tersenyum mulai memahami apa yang Key lakukan dia pun sepertinya mau bertanya padaku. "Apa maksud ayahmu dengan melarangmu melampiaskan amarah?" tanya Hermione
"Karena segel ini sudah rapuh, Sauron lebih mudah melakukannya terutama jika aku terbawa emosi"
"Apa tujuan Sauron sebenarnya?" Tanya Key dengan nada kesal
"Menjadikanku... pewaris Mordor – Dulu dia mengejar Ayahku dia sempat tinggal disana namun berhasil kabur kemudian dia diasuh oleh keluarga Diggory, tapi sekarang akulah yang mereka cari"
"Ah... jadi itu alasannya kau mengaku sebagai saudara Cedric" gumam Key sambil tersenyum.
"Tch... kenapa kau jadi terlihat begitu senang" Harry mengomentari sikap Key
Key terkesiap dan mengelak "Aku? Kau yakin wajah senangku tampak seperti ini?"
"Diam...! Mengapa harus Kau dan Ayahmu yang mereka inginkan" Hermione melanjutkan sesi tanya jawab denganku
"Ramalan... menurut ramalan kamilah orang yang terpilih, aku juga tak tahu pasti ramalan seperti apa yang mereka maksud" Ujarku putus asa
"Apa ayahmu tak mengatakan bagaimana cara terlepas dari dia? Maksudku selain melakukan segel lagi" tanya Key, sementara aku hanya menggeleng
Kuperhatikan raut wajah Key jadi suram dan menatapku dengan tatapan yang tidak wajar, aku tak tahu mengapa.
"Kita akan mencari jalan keluarnya, sama seperti ketika kita memecahkan siapa Nicholas Flamel" seru Harry memberi semangat pada kami, tunggu –
"Ni... Nicholas Flamel? Kalian sudah tau siapa dia?" aku pasti terlihat begitu tolol saat ini, aku mulai bertanya – tanya berapa hari aku tak sadar hingga banyak hal yang terlewatkan olehku termasuk Nicholas Flamel.
Hermione mengangguk antusias "Kami baru sadar ketika mendapat Kartu Cokelat kodok yang bergambar Albus Dumbledore, disana tercantum nama Nicholas Flamel"
"Memangnya berapa hari aku pingsan?"
"seminggu" sahut Ron, Aku cukup terkejut mendengarnya
"Kau harus istirahat yang banyak agar kau bisa menyaksikan pertandinganku kali ini... dan jangan keluar dari tribun lagi" aku hanya mengangguk mendengar permintaan Harry
"Kau yakin? Snape lah yang akan menjadi wasitnya kalau terjadi apa – apa lagi pada sapu terbangmu bagaimana?" Ron mulai khawatir
"Apa Gryffindor punya seeker lain selain aku?" tanya Harry
"Memangnya Gryffindor akan melawan asrama mana?" tanyaku karena seingatku Slytherin sudah tersingkir saat melawan Gryffindor.
"Hufflepuff" jawab Hermione singkat
"Apa...? Huf...Hufflepuff?" Harry akan melawan Cedric? Pikirku agak terkejut
"Kau kenapa?... jangan – jangan kau berniat memberi dukungan pada Cedric?" Key memberiku tatapan kesal.
Aku memasang wajah cemberut "Memangnya kenapa? Dia juga adalah sepupuku, apa aku tak boleh mendukungnya?" protesku, saat itu juga tatapan Harry, Ron dan Hermione tertuju padaku.
"Kau..." Key terlihat ingin mendebatku namun aku memotong ucapannya
"Aku belum selesai bicara... tapi dukunganku pada Harry selain karena kita seasrama juga karena dia sahabatku, jadi apa kau masih ingin memarahiku?"
Hermione memukul tengkuk Key dengan buku yang ia bawa "Bukankah kau sudah dengar apa yang Mr. Holmes katakan, mengapa masih saja membuat Sherly marah – Sher... Kau juga harus kendalikan emosimu"
"Dia yang mulai duluan" Protesku
"Ya... aku yang salah... aku pergi duluan" ujarnya dengan nada kesal, aku memandangnya saat keluar dari ruangan ini.
"Mengapa sekarang dia yang marah? Benar – benar sulit ditebak" keluhku
"Kau juga keterlaluan" komentar Ron "Kau harus tau saat kau keracunan dia yang membawamu kesini, dia menyuruh snape meneliti minuman itu hingga nyaris bertengkar dengannya juga Prof. Dumbledore. Dia juga selalu menjengukmu... dan menyelidiki alasan mengapa kau jadi begini – setidaknya kau bisa bersikap lebih baik padanya bukan sekali ini saja dia menolongmu kan?"
Aku tidak percaya Ron bisa menasehatiku seperti itu, "aku kan tidak tahu - lalu apa yang harus kulakukan?" aku menatap mereka bergantian.
"Minta maaf" seru mereka nyaris bersamaan
"Baiklah... nanti aku minta maaf - tapi apa aku sudah boleh pulang, Eoh? Aku tidak suka berada disini"
"Aku akan menanyakan pada perawat" ujar Hermione lalu pergi
"Sejak kapan kau tau Key adalah pangeran?" tiba – tiba Harry bertanya.
"Ehm kami berteman sejak kecil, aku pernah mengikutinya... yah karena gelagatnya mencurigakan dia juga tak pernah mengatakan dimana rumahnya pada orang lain... saat dia pulang ke istana dia baru sadar aku mengikutinya saat itulah aku mulai mengetahui semuanya – lalu dia minta sebuah apartemen agar tak ada lagi yang mengikutinya karena curiga"
Ron terlihat takjub "Jadi dia benar – benar pangeran?" serunya lalu tersenyum geli "aku berteman dengan seorang pangeran"
"Hal itu untuk dirahasiakan bukan dipamerkan pada orang lain, mengerti!!!" Aku memperingatkan pada Ron.
"Ah.. ah..." Ron menggoyangkan telunjuknya kekiri - kekanan yang mengisyaratkan aku tak boleh melakukannya "Kau tak boleh marah, jaga emosimu"
"Kalau begitu mengapa kalian berdua tidak pergi saja, biar aku tidur tanpa emosi agar pikiranku tetap waras dan tenang, Hah" Ujarku kesal lalu berbaring dan menutupi seluruh tubuhku bahkan wajahku dengan selimut.
"Hei... kau tak benar – benar marah pada kami kan?" tanya Harry
"Kalian pergi saja" seruku masih kesal tak bergeming
"Gezzz, ini semua karena kau" terdengar Harry berbisik menyalahkan Ron.