webnovel

Hanya Untuk Cinta 22

Hari yang seharusnya menjadi sejarah bagi Raja Carlin karena dia akan menikahkan anak semata wayangnya. Namun, terrnyata tanpa dia duga putti kesayangannya itu tekah pergi. Pergi dari kerajaan, meninggalkannya seorang diri, dan pergi dari pernikahannya yang akan berlangsung dengan segera ini.

"Ampun Baginda Raja, Hamba menemukan ini di kamar Tuan Putri saat sedang membersihkannya," ucap seorang pelayan itu memberikan dua lembar kertas kepada Raja Carlin.

Sang raja tentu saja langsung meraihnya, tanpa sabar dia membuka lipatan kertas tersebut. Matanya terbelalak seketika dengan wajah merah padam, menyiratkan jika dirinya tengah marah.

"Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau mau menikahi gadis yang sama sekali tidak mencintaimu, bahkan dia sangat membencimu? Bagimana bisa kau ingin menikahi jika demikian? Apakah ada niat lain? Seperti ingin menguasai Carvandalle? Bodoh." Itu adalah tulisan di kertas petama yang tentunya membuat Raja Carlin geram karenanya.

"Dasar bodoh! Bagaimana bisa kau membela kesalahan! Bagaimana bisa kau mendukung Pangeran Cardwell, jelas-jelas aku tidak menyukainya dan membencinya. Bagaimana bisa kau mendukung pria yang angkuh, sombong, tidak tahu diri, dan juga suka bersenang-senang dengan para gadis yang dapat diajaknya bersenang-senang. Aku tidak dapat hidup dengan semua itu, mulai hati ini aku bukanlah bagian dari Carvandalle. Untuk selama-lamanya. Aku menyayngimu Ayah."

Kali ini Raja Carlin benar-benar marah. Bahkan di kertas kedua dia tahu betul jika itu ditunukkan kepadanya. Bahkan, putri kesayanganya yang selalu menghormatinya dan sopan santun itu berani mengatakan ayahnya bodoh. Tapi, di akhir kalimat itu tertulis jika putrinya menyayanginya.

Itu adalah kebenaran, seburuk apa pun seorang ayah bagi anaknya, dia lah tetap seorang ayah yang dia sayangi, seorang ayah yang selama ini membesarkannya sendirian setelah istrinya wafat. Bagaimana bisa Putri Cerllynda membencinya, dia sama sekali tidak membenci ayahnya, dia hanya marah dan kesal dengan semua yang ayahnya lakukan akhir-akhir ini.

"Maafkan aku untuk ini, sekali lagi aku meminta maaf. Aku akan segera mencarinya, dia akan ditemukan dan akan menikahimu Pangeran Cardwell. Kalau begitu Anda dapat meninggalkan kerajaan ini," ucap Raja Carlin berusaha untuk sopan.

Isi kertas itu sedikit mempengaruhi pikirannya tentang Pangeran Cardwell. Tapi, bagaimanapun dia tetap tidak setuju jika putrinya menikah dengan pemuda miskin. Apalagi saat ini dia menanggung rasa malu karena ulah putrinya yang kabur itu.

Dengan pikirannya yang kacau, dia melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Dia membanting pintu dan mengamuk di dalam kamarnya. Dia merobek-robek habis dua kertas yang ditulis putrinya itu. Hatinya marah, sangat marah. Tapi, dia juga merasa sedih karena dia merengut kebahagiaan putrinya. Tapi, semuanya tetap saja sudah terjadi. Sekarang, yang ada di pikirannya adalah pemuda bernama Gressylia itu.

Dia segera keluar dari kamarnya. Memanggil beberapa prajurit untuk mengantarnya ke kediaman Gressylia. Di sepanjang jalan sudah dikabarkan jika sang putri menghilang. Raja Carlin mengadakan sayembara untuk orang yang menemukannya dengan hadiah harta yang melimpah.

Gressylia sendiri sudah melihat semuanya. Semua pengumuman di pohon-pohon dan dinding yang ditempeli gambar Putri Cerllynda beserta imbalan untuk yang menemukannya. Dia terdiam menatapi kertas-kertas itu, hatunya sangat sedih. Dia ingin mencarinya, tapi dia terlalu bingung harus bagaimana.

"Kenapa kau melakukan ini?" gumam Gressylia meratapi pujaan hatinya itu yang entah ada di mana saat ini.

Tidak ingin terlalu terbawa suasana, Gressylia memikih untuk segera pulang sebelum kedua adiknya menanyakan kenapa dirinya telat pulang. Siang ini sangat terasa terik sekali membakar tubuhnya, dia sudah haus dan lapar sekali.

Langkah kakinya terhenti saat melihat sekumpulan prajurit di depan gubuknya itu. Dia depan mereka semua ada kedua adiknya. Gressylis dengan cepat melangkah mendekati mereka semua, dia mengkhawatirkan kedua adiknya itu.

"Permisi, ada apa?" tanya Gressylia sesopan mungkin. Seluruh prajurit langsung minggir dan memperlihatkan Raja Carlin berdiri di dekat kedua adiknya yang hanya diam itu.

"Baginda Raja," ucap Gressylia sambil membungkukkan tubuhnya guna memberi salam dan hormat.

"Katakanlah pemuda miskin! Di mana kau menyembunyikan putriku?!" ucap Raja Carlin yang rupanya tidak ingin basa basi terlebih dahulu, pertanyaannya tegas dan terdengar tajam bagi Gressylia.

"Hamba tidak tahu Baginda. Hamba tidak menyembunyikan Tuan Putri. Bahkan, Hamba baru mengetahuinya barusan," ucap Gressylia yang berterus terang kepada Raja Carlin.

"Geledah gubuk itu!" titah Raja Carlin kepada prajuritnya. Semuanya langsung mematuhinya, masuk ke dalam sana untuk mencari sang putri yang menghilang itu.

"Hey!!! Jangan kacaukan rumah kami! Tuan Putri tidak ada di sini!" teriak Rina yang kesal dengan beberapa barang-barang yang asal dilempar dan di acak-acak tal beraturaan.

"Baginda Raja, bagaimana Anda dapat memfitnah kakakku. Dia orang yang jujur, dia tidak akan melakukan itu!" pekik Rana yang kesal itu meski dia masih berusaha mempertahankan etikanya.

"Diam anak kecil!" hardik Raja Carlin yang kebih kesal dengan anak kecil bersikap dewasa itu.

"Tidak ada Baginda Raja, semuanya bersih, tidak ada jejak Tuan Putri di dalam sana," ucap prajurit tersebut memberitahu sang raja. Tentu saja kabar ini membuat Raja Carlin merasa sangat marah sekali, matanya tajam menatap Gressylia dengan api keemarahan dan kebencian. Terlebih lagi karena dia menganggap semua ini ternjadi karena Gressylia.

"Jika aku tahu kau yang telah membawa pergi putriku dan menyembunyikannya. Maka, aku akan membunuhmu!" ucap Taja Carlin penuh penegasan. Tentu saja Gressylia hanya biasa saja, dia tidak takut samaa sekali dengan ancaman tersebut. Toh, dia memang tidak salah. Kenapa harus takut?

"Hamba berjanji Baginda Raja, Hamba akan mencarinya. Jika Hamba berhasil atau gagal silahkan lakukan apa pun untukku. Hamba siap, karena Hamba tidak pernah melakukan itu semua."

Raja Carlin merasa geram, apalagi dengan kalimat belaannya itu. Tanpa banyak bicara lagi dia langsung pergi bersama prajurit keembali ke kerajaannya.

Sedangkan Gressylia masih diam di sana bersama kedua adiknya itu. Dia membungkukkan tubuhnya menyamakan tingginya dengan kedua adiknya itu.

"Kalian tidak apa-apa kan? Mereka tidak melukai kalian?" tanya Gressylia dengan lembut kepada kedua adiknya itu.

"Kakak," rengek mereka yang langsung menghambur memeluk Gressylia. Keduanya menangis meembasahi kedua pundaknya.

Gressylia mengelus lembut rambut mereka dan menciumi pucuk kepala keduanya. Dia sangat menyayangi mereka, dia hanya memiliki mereka dari hidupnya, setelah satu tahun lalu dia kehilangan segalanya.

"Tidak apa, semuanya akan baik-baik saja. Ayo hapus air mata kalian, adik-adikku yang manis ini tidak boleh menangis, nanti jelek loh! Ayo senyum!" ucap Gressylia menenangkan keduanya sambil melepaskan pelukannya, mengusap air mata keduanya yang membasahi pipi mereka.

"Nah seperti itu adikku yang manis," ucap Gressylia mengusak rambut mereka saat kedua adik kesayangannya itu memaksakan dieinya untuk tersebut. Dia tidak ingin senyuman keduanya luntur hanya karena masalahnya.

"Tetaplah tersenyum untukku Rana, Rina. Kalian adalah satu-satunya yang aku punya," ucap Gressylia lagi dengan lembut sambil mengulas senyum manis di bibirnya.