webnovel

(utapri) Mikaze Ai x reader : husband

Pemuda cantik itu memegangi kedua pipi mu dengan tenang. Mata biru cyan nya menatap dalam ke manik matamu dengan keseriusan.

Kau dapat merasakan nafas hangatnya menyapu wajahmu. Bulu mata pemuda itu lentik indah dan panjang. Hatimu tergelitik dengan sentuhan manis di kala dia tersenyum. Rona merah samar menyebar di kedua pipimu.

"Aku tidak tahu kenapa... Tetapi... Aku selalu ingin melakukan ini setiap kali melihat mu" Pemuda itu meremas pipi kananmu dengan lembut.

"Ai... Jangan menggodaku" Kau bergumam malu. Rona merah pipimu semakin terlihat jelas.

Tetapi Mikaze Ai sama sekali tidak bisa berhenti sekarang. Dia merasa penampilan mu saat ini terlalu cocok dengan definisi kata "imut"

Dia ingin melihat lebih banyak dari ekspresi mu. Seberapa merah wajah mu berubah jika dia menggodamu lebih jauh?

Ai menundukkan kepalanya, memotong celah diantara wajah kalian berdua dan menjatuhkan sentuhan lembut seperti permen kapas pada bibir mu..

'Cup'

Otak mu kosong.

What the.....?????

Apa

Yang

Baru

Saja

Terjadi?

DIA MENCIUMMU!!!!

MIKAZE AI dari QUARTER NIGHT MENCIUMMU!!!!

Seluruh wajah hingga lehermu di selimuti merah.

Sangat merah seperti stoberi matang.

"Imut...." Ai bergumam dan mencubit pipimu pelan.

Kau ingin pingsan karena malu dan senang.

Aaaaaahhh!!!

Debaran jantungmu berdetak cepat, memompa darahmu hingga menyebar, nafasmu kacau.

Ai hanya terkekeh kecil melihat reaksi besarmu, dia memeluk mu erat. Tubuhnya yang terasa hangat menyelimuti tubuh kecilmu. Kedua lengannya melingkari pinggangmu dengan erat.

"Ai..." Kau berbisik pelan. Aroma lembut lavender menyapu hidungmu, membuat mu merasa mabuk hanya dengan menghirup baunya.

"... Panggil aku seperti yang sering kukatakan kepadamu" Ai berbisik dengan nada menyihir yang begitu lembut.

Tubuh mu bergetar tak kala nafasnya berhembus pada telingamu. Kau menggeliat dalam pelukannya tetapi tidak ingin melepaskan dirimu sama sekali.

"... S-sayang" Kau akhirnya menjawabnya dengan wajah yang sangat merah.

"Baiklah, sayangku" Ai terkekeh kecil, wajah datarnya menunjukkan senyum tipis.

"Ayo kita pergi berkencan" Ai menarik tanganmu dan membawamu ke kamar. Pria yang berusia 24 tahun itu mendandani mu dengan perhatian.

"Aku bisa melakukannya sendiri" Katamu malu.

"Tidak aku ingin mencoba untuk mengoleskan lipstik di bibirmu, berdasarkan informasi yang kuterima pria yang melakukan sesuatu untuk istrinya adalah pria yang romantis" Ucap Ai dengan keras kepala.

"Lalu apa hubungannya?" Kau bingung.

"... Aku ingin menjadi pria romantis untuk mu" Wajah pria itu bersemu merah.

I-imut!

Hatimu tertusuk panah.

Suami mu sangat imut. Astaga kau merasa beruntung bisa bersama dengan nya.

Merupakan suatu keajaiban bahwa kau dan dirinya bisa bersama pria ini. Kau ingat dengan persis bagaimana kalian bertemu.

Awalnya kau yang adalah seorang mahasiswa di tahun terakhir mu tanpa sengaja bertemu dengan Nanami Haruka yang merupakan komposer dari akademi shining saotome, sekolah musik yang terkenal.

Kau tanpa sengaja bertemu dengan Nanami di sebuah kafe, kemudian pada akhirnya kalian berkenalan.

Merupakan sebuah takdir yang membuat kalian berdua memiliki kecocokan dan kepribadian.

Dalam sekejap, kau dan Nanami menjadi sahabat dekat. Hingga pada akhirnya takdir itu mempertemukan mu dengan Mikaze Ai.

".... kau adalah designer?"

Kau menatap kosong pemuda di hadapan mu, mata mu hanya memiliki sosok nya di dalamnya, suara manisnya meresap ke dalam hatimu.

"Ya... kumohon kerjasama nya"

Pada saat itu kau akhirnya tahu bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada.

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

"Sayang... kemana kau ingin pergi?" Mikaze Ai memiringkan kepalanya dengan ingin tahu.

Kedua tangannya yang indah mencengkram tanganmu erat seolah-olah berpegangan dengan hidupnya.

Bagimu tidak peduli kemanapun dia membawa mu pergi asalkan dia selalu bersama mu sepanjang waktu.

Karena begitulah cintamu pada dirinya.

Bagaimanapun...

Dimanapun...

Apapun itu....

Dengan melihat senyumannya.... Kau sudah merasakan kepuasan.

"Aku hanya ingin selalu bersamamu, mencintaimu dan hidup bersamamu, Mikaze Ai"

Jika saja kau bisa... Kau ingin mengurungnya di dalam kamarmu dan mencegahnya melihat orang lain, namun kau tahu bahwa itu hanya akan menyakiti nya.

Kau tidak ingin melihatnya tersakiti.

Rona merah samar di pipinya menyeruak, dia menutup mulutnya mencegah mu melihat senyumannya yang tidak bisa disembunyikannya.

Ai menatap mu kesal namun dia tidak dapat menahan perasaan gembira di dalam sirkuitnya.

"Bagaimana bisa kau mengatakan semua hal-hal seperti itu dengan mudahnya?"keluhnya.

"Kita sudah menikah selama 2 tahun tidak pernah kah kau merasa bosan dengan ku?" Nada sedihnya tidak tersembunyi kan.

Kau tersenyum lembut.

Imut, imut, imut, sekali.

Ai sama sekali tidak menyadari betapa kau sangat mencintainya lebih dari yang dipikirkan nya. Kau sangat tergila-gila padanya hampir pada titik obsesi namun kau selalu menahan dirimu untuk bertindak di luar batas.

Tanganmu menjangkau pipinya. Ke dua iris matamu menatapnya lurus. Kata demi kata tercurahkan dari dalam hatimu.

"Aku sangat, sangat mencintaimu. Cinta ini semakin mengakar, membuat hatiku menolak untuk melepaskan mu.. kaulah hidupku"

Pupil mata biru cyan milik Mikaze Ai bergetar. Wajahnya memerah dengan cepat.

"Aku.. aku mencintaimu juga" pria itu dengan cepat memelukmu erat.

Mikaze Ai menarik tanganmu dan membawamu menuju taman hiburan, takut dengan penggemar yang akan menyadarinya kau tidak lupa untuk menyembunyikan wajahnya dengan masker dan topi.

Kencan itu sendiri terasa sangat manis, bahkan kalian berdua tidak lepas dari tatapan masam orang-orang disekitar mereka.

Tak jarang matamu melirik sepasang suami istri dan anak-anak mereka yang bermain dengan gembira.

Melihat pada sosok anak yang duduk dipundak ayahnya, sang ibu tertawa lucu dan sang ayah hanya bisa tersenyum tidak berdaya.

Kau tanpa sadar melamun sambil memikirkan bagaimana jika kau dan ai memiliki seorang anak?

"Apa yang kau pikirkan?"

Tubuh mu tersentak kaget ketika Ai meniup telinga mu. Udara yang dingin membuatmu memerah. Kau memelototi nya dengan malu dan tidak puas.

Ai terkekeh. Dia mencubit pipimu dengan kelembutan, nada suaranya terdengar memanjakan.

"Apakah sudah puas dengan melihat orang lain?"

"Aku hanya memikirkan masalah kecil" bisikmu lembut sambil berjalan menuju antrian bianglala.

Kaki panjang Ai mengikuti langkah mu, rambut biru cyan milik nya berkibar kecil karena angin dingin yang berhembus.

"Masalah apa?"

Kau bersandar pada bahu pria itu, jari-jari tanganmu bermain-main dengan rambut nya yang indah.

Bibirmu melengkung membentuk senyuman.

"Masalah masa depan kita"

Ai terkejut "ada apa?"

Kau terkekeh dan mengambil tangannya,   Ai memiliki jari-jari lentik yang indah, kulitnya lembut dan hangat, membuat dirimu kecanduan.

"Bukan masalah besar. Ai apakah kau menyukai anak-anak?"

Ai berpikir sejenak "aku tidak keberatan jika kau ingin satu"

Kau memerah malu. Meskipun kau sudah menduga jawabannya namun mendengar nya mengatakan hal itu tetap saja membuat mu merasa malu.

Lagipula Mikaze Ai adalah robot.

Hanya berada dekat dengan dirinya sudah membuat mu cukup, namun kau menyadari betapa serakahnya dirimu mengharapkan bahwa kalian berdua dapat memiliki kristalisasi cinta.

Kau terkekeh menyadari betapa vulgar dan serakahnya dirimu. Kau bukanlah seorang biksu, kau tentunya memiliki nafsu.

"Lalu... Aku menginginkan nya" ucapmu lembut dan mengaitkan jari-jari miliknya dengan milikmu.

Ai tersenyum lembut dan mencium punggung tanganmu dengan khusyuk. Bibirnya yang lembut, serta nafasnya yang hangat menyapu kulit mu.

Hatimu menghangat.

Kalian berdua memasuki bianglala dan duduk berdampingan, menatap matahari yang perlahan-lahan tenggelam.

Ai mendekapmu dan mencium dahimu, bibirnya perlahan-lahan jatuh ke hidungmu, kedua pipimu sebelum akhirnya menyentuh bibirmu.

"Aku mencintaimu, istriku"

i made this for myself. especially because i love Ai-ai so much~

nameless8899creators' thoughts