'Coba lihat, aku memperlihatkan wajahku kepada penipu itu cukup lama… seharusnya bisa mengingatku. Siapa tahu ia akan datang ke kota kampus bersama kelompoknya untuk menghukumku?' Ia melempar-lempar dompet tebal itu, berharap penipu itu membawa sekelompok gengnya untuk berkelahi dengannya, jadi ia bisa berlatih teknik pukulan dasar.
Perkelahian sungguhan bisa memperdalam pengertian teknik pukulan dasar.
Meskipun, sebagai pendekar, menggunakan orang untuk berlatih itu agak memalukan… di tahapan ini, tidak ada lawan yang cukup bagus. Lebih baik ia mempercepat untuk memperkuat dan menemukan lawan yang cocok!
Setelah makan, Shuhang cepat-cepat ke tempat Tabib untuk membantu meningkatkan ramuan obat seperti biasa.
Kali ini, Tabib menambahkan dua bahan herbal biasa lagi, menambah porsi akhir ramuan menjadi satu sendok besar.
Setelah membuat ramuan itu, waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore.
"Sangat bagus, pemikiranku akhir-akhir ini ternyata benar. Dalam 2 hari lagi, aku bisa selesai meningkatkan resep baru." kata Tabib sangat tenang. Lalu ia memberikan kepada Shuhang ramuan obat itu dan satu pil bau yang dihasilkan dari percobaan ini.
"Terima kasih, Senior." Song Shuhang menerima dua benda itu dan bersandar di kursi untuk beristirahat setelah membuat ramuan obat.
"Besok, aku akan menyuruh Kabut Ungu untuk membawa 'alat pengatur api' dan memberimu waktu untuk mengenalnya. Sebelum aku pergi dari area Jiangnan, aku akan mengajarkanmu untuk membuat resep ramuan baru ini menggunakan tungku," Tabib tertawa dengan keras.
Ketika resep ramuan sudah ditingkatkan, ia akan pergi dari area Jiangnan. Sebelum itu, Song Shuhang bisa mengenali tungku.
"Tidak masalah. Tapi… Senior, kau pergi cepat sekali?" Song Shuhang sangat senang membantu, tapi sebenarnya, berada di sebelah Tabib, ia banyak belajar tentang membuat ramuan- pengetahuan ini benar-benar berharga!
"Aku sudah cukup lama disini. Jika aku lebih lama lagi, banyak orang yang akan datang untuk dibuatkan ramuan dan itu sangat merepotkan." Tabib sangat berkonsentrasi menyalin data percobaan ini dan membalas tanpa mengangkat kepalanya. "Oh iya, apa ada masalah berlatih di dua hari terakhir ini?"
"Tidak, latihanku berjalan mulus." Song Shuhang mengangguk, lagi pula itu 100 Hari Pengembangan Diri yang paling dasar.
"Bagus kalau begitu. Nasihatku masih sama, jika kau punya masalah, langsung tanyakan ke senior di grup. Jangan berjuang sendiri, jika bertemu masalah, perjalananmu bisa langsung berhenti." tabib mengingatkan Song Shuhang lagi.
"Iya, aku akan mengingatnya. Oh, Senior, aku mau tanya, apa membantu melepaskan arwah itu di agama Buddha dapat memperkuat fisik orang itu?" Song Shuhang terpikir dengan biksu asing yang ada di kereta.
Meskipun membantu melepaskan arwah tidak memperkuat tubuh setiap saat, tapi itu lebih efektif daripada berolahraga.
"Sekarang kau mengatakannya, aku teringat saat orang Buddha menolong melepaskan arwah, mereka menerima kebijakan. Di tingkat pertama, bisa memperkuat tubuh orang itu. Untuk pendekar tingkat kedua dan seterusnya, tidak terlalu berefek. Kenapa? Kau ingin memangkas rambutmu dan menjadi biksu, dan masuk agama Buddha? Sekarang ini, masyarakat sudah mengabdikan untuk hidup dalam harmoni dan berdampingan, bergabung dalam agama Buddha bukan pilihannya buruk." tanya Tabib sambil tersenyum.
"Senior, jangan bercanda, aku masih ingin mendapatkan kekasih selama kuliah." Song Shuhang melambai berulang kali, dan berkata, "Aku ingin tahu jika pendekar tahu cara yang mirip untuk melepaskan arwah? Dan jika itu bisa memperkuat fisik?"
"Seharusnya ada, tapi aku berfokus di meramu obat dan aku sedikit tahu tentang lima kebajikan teknik pengembangan diri." Tabib terkekeh, gurunya adalah peramu obat dan ia tidak pernah kekurangan bahan obat. Pil tenaga dalam selalu ada selama masa pengembangan dirinya, jadi ia tidak pernah terpikir untuk mempelajari cara melepaskan arwah.
Song Shuhang diam-diam mengangguk; ia tidak terburu-buru dengan hal ini.
"Omong-omong, Senior, saat aku membunuh Altar Master, aku bertemu biksu asing dari sekte Buddha." Dengan singkat Song Shuhang menjelaskan kejadian di kereta dengan biksu itu.
"Aku sedikit kuatir dengan biksu itu, aku pikir dia punya cara mudah untuk mengurus mayat Altar Master. Tidak diduga, biksu itu menyerahkan diri." Song Shuhang tidak tahu harus tertawa atau menangis saat menceritakan cerita itu.
"Pff, orang yang menarik." Tabib tertawa. ia merenung lalu berkata, "Aku pikir kau tidak perlu kuatir. Semenjak biksu itu percaya diri menyerahkan diri, jadi ia pasti ada cara untuk membebaskan dirinya sendiri. Sekarang ini, dunia manusia berkembang lebih cepat dan peresapan dunia silat di dunia manusia menjadi semakin dalam. Mungkin biksu asing itu akan segera bebas."
Dengan pernyataan Tabib, Song Shuhang langsung merasa tenang.
Yang bisa kuharapkan biksu itu baik-baik saja, bukan?
Seharusnya ia akan baik-baik saja, bukan? Bayangan saat biksu itu tertangkap sambil tersenyum lebar muncul di pikiran Song Shuhang.
Tabib masih mencatat di bukunya.
Song Shuhang memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tempat untuk berlatih teknik pukulan dasar dan teknik meditasi. Saat ia kembali dari sekolah, ia masih perlu diam-diam berlatih dan kuatir terlihat.
Tempat yang paling aman untuk berlatih di tempat tabib.
Setelah latihan sekali, ia membawa tenaga dalam ke dalam Celah Jatung. Song Shuhang menghela napas panjang dan terasa lega secara mental dan fisik.
Saat itu, Tabib selesai mencatat. Ia mengangguk ke arah Song Shuhang, "Cukup bagus, kau sudah bisa mengatur 'jumlah' tenaga dalam ke 'Celah Jantung' masa 100 Hari Pengembangan Dirimu semakin dekat.
"Hehe." Song Shuhang terkekeh.
Selanjutnya, Tabib menggunakan waktu luang untuk menjelaskan kepada Shuhang tentang pengetahuan dasar pengembangan diri dan poin-poin yang harus diperhatikan saat berlatih.
Selagi mereka berbincang, akhirnya Song Shuhang bertanya yang sudah lama ia ingin tanyakan, "Omong-omong, Senior… ada sesuatu yang ingin kutanyakan."
"Apa?"
"Kenapa senior-senior menggunakan perangkat lunak obrolan untuk berkomunikasi? Aku pikir ada 'alat bantu jarak jauh', teknik, atau cara yang lebih canggih di antara teknik pengembangan diri, bukan? Bukannya itu lebih mewah dan juga lebih aman dan lebih tertutup?"tanya Song Shuhang. Dengan begitu, setidaknya tidak akan ada orang sepertinya yang tidak sengaja masuk, bukan?
"Apa ada yang perlu dipikirkan lagi? Karena lebih mudah dan nyaman! Sudah zaman apa sekarang, kenapa orang ingin menggunakan alat bantu jarak jauh dan tidak menggunakan internet? Lihat sekarang, orang hanya perlu membuat kelompok obrolan untuk mengirim pesan, pesan suara dan bahkan pesan video; log obrolan juga bisa disimpan, memudahkan untuk dicari. Juga banyak games kecil untuk membuang waktu yaitu, game pertanian, pesawat tembak, dan lain-lain. Untuk 'alat bantu jarak jauh', ada jarak dan ruang yang terbatas. Saat banyak orang yang menggunakannya sekaligus, itu akan kacau. Jika kau jadi kami, apa yang kau pilih?" balas Tabib dengan pertanyaan.
"Dengan cara pandangmu, telepon genggam 10 tahun yang lalu dan ponsel sekarang itu adalah alat komunikasi. Namun, jika kau memberikanmu pilihan sekarang, saat kau keluar, akankah kau membawa telepon genggam yang besar atau ponsel yang berfungsi dua kali lebih mudah? Jika kau memilih telepon genggam yang besar lalu aku hanya bisa bilang kau tidak punya kerjaan."
"Senior, apa yang kau katakan itu sangat masuk akal." Song Shuhang menghela nafas - ia tidak bisa menolak!
"Omong-omong, ingat untuk meningkatkan tanah di pertanianmu nanti! Menunggu sayuranmu matang sangatlah melelahkan; memerlukan waktu yang cukup lama. Dan, jika kau ada waktu, cepat belajar menyetir… kau punya banyak pil tenaga dalam, itu tidak akan cukup untukmu. Jadi jangan berpikir untuk menolak tawaran Sungai Utara. Terima saja kenyataan yang pahit ini." kata Tabib dengan nada yang tulus sambil menutup buku catatannya.
"…" Song Shuhang.