webnovel

Kencan?

Lucas diam-diam melewati pagar rumahnya yang tinggi menjulang ke atas, Ia melongok ke kanan dan ke kiri setelah pagar itu dibuka oleh Pak Min satpam yang berjaga di depan rumahnya, mobilnya ia parkirkan dipinggir jalan agar kedatangannya tidak diketahui siapapun. Memang sih ini rumahnya sendiri, ralat rumah ayahnya tapi Lucas malas masuk ke dalam secara terang-terangan hingga bertemu istri baru ayahnya sebab mengetahui kedatangannya. Karena jika mereka bertemu Lucas yakin wanita itu akan menggoda dirinya lagi. Dasar sinting, Lucas tidak bisa mengerti bagaimana wanita itu bisa menggoda anak tirinya sendiri?

Setelah melewati halaman depan dengan aman, ia menyusuri samping rumah yang langsung menuju halaman belakang dimana kolam renang dan minibar berada dalam satu area, tujuan utamanya adalah bertemu Zara dan mengajaknya jalan-jalan. Tapi karena ponsel gadis itu sulit dihubungi jadilah ia berinisiatif datang kerumah ini meskipun malas setengah mati. Saat kolam renang mulai terlihat, Lucas juga dapat melihat Zara yang tengah menggosok bagian pinggiran kolam dengan sikat ditangannya. Sejenak aliran darahnya mulai naik dengan gemuruh di dadanya, selama Lucas disini ia tidak pernah membiarkan Zara bekerja sekeras itu, jangankan menggosok pinggiran kolam, mencuci piring saja selalu ia usahakan agar Zara tak melakukannya, ia selalu bisa menyuruh pelayan lain kendati ujung-ujungnya Zara menolak dan tetap melakukannya. Tapi baru ditinggal beberapa minggu saja ia sudah melihat Zara seperti ini. Pantas saja disekolah gadisnya nampak kelihatan selalu lelah. Dengan langkah tergesa ia menghampiri Zara dan menarik lengan gadis itu hingga berdiri.

"Kamu ngapain ra?" Tanyanya dengan nada membentak, Zara memejamkan matanya terkejut dengan kedatangan Lucas juga bentakan pria itu.

"Pantas saja kamu kelihatan lemas terus" ia lalu mengedarkan pandangannya keseluruh pinggiran kolam yang sudah hampir selesai dibersihkan.

"Kamu ngerjain ini sendirian?" Tanyanya lagi untuk kesekian kalinya tapi tidak ada satupun pertanyaan Lucas yang terjawab, hingga akhirnya Zara membuka mulutnya.

"Jangan marah-marah Lucas. Kok kamu disini?" Zara balik bertanya dengan suara lirih bergetar, matanya berkaca-kaca, bibirnya kering, wajahnya pucat sebab sudah melakukan pekerjaannya sejak pagi tanpa berhenti dan tanpa sarapan. Setelah menghela nafas kasar, Lucas membawa tubuh Zara kedalam pelukannya. Zara sempat menolak dan berontak karena takut ketahuan, tapi Lucas tidak peduli ia tetap memeluk Zara.

"Tidak ada siapapun ra" katanya pelan, membuat Zara akhirnya membalas pelukan Lucas, ia mulai menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Lucas.

"Siapa yang nyuruh kamu? Nenek sihir itu?" Tanya Lucas pelan, tangannya mengelus punggu kecil Zara, dan keterdiaman Zara menjawab semuanya dengan jelas.

"Kayanya aku harus kasih pelajaran deh sama orang itu!" Kata Lucas lalu melepaskan pelukannya yang segera ditahan oleh Zara.

"Jangan Lucas! Jangan buat keributan! Ada Tuan besar disini. Aku mohon!!"

"Oh Bagus...Biarkan! Biar sekalian ribut. Orang tua itu harus tahu kelakuan istri bejatnya! Aku gak terima Zara, kamu diperlakukan seperti ini. Kamu itu tugasnya cuman disayang sama aku! Enak saja dia berbuat begini"

"Lucas please... itu memang tugasku, aku anak pembantu di sini. Apa yang kamu harapkan untukku? Bersantai dan membiarkan ibu melakukannya sendiri? Aku gak mungkin membiarkan itu terjadi. Selagi aku masih disini, mau gak mau aku harus melakukan apa yang nyonya suruh." Lucas menarik kasar rambutnya dengan frustasi, ia memandang Zara dengan ekspresi menahan amarah, giginya gemelatuk dengan rahang mengeras. Tangan besarnya diletakan diatas kepala Zara.

"Zara Andini, aku bersumpah akan membawamu pergi dari sini dan hidup bersamaku! Kau tidak akan kubiarkan menentangku lagi. Hari ini aku melakukannya hanya karena kamu yang minta! Semua yang kulakukan saat ini karena mu bukan untuk orang tua itu apalagi wanita sinting itu. Sekarang selesaikan pekerjaanmu, dan bersiap. Aku ingin mengajakmu keluar... aku tunggu di gudang wine" setelah mengusap pipi Zara dengan pelan, Lucas meninggalkan Zara tanpa membiarkan Zara berkata apapun. Ia tidak menoleh sama sekali ketika melangkah sebab amarahnya belum menghilang, sehingga ia tidak menyadari air mata Zara telah lolos begitu saja akibat perkataan Lucas. Siapa yang tidak terharu dengan ucapan pria itu? Zara menangis haru, bahagia, sedih semua perasaan bercampur aduk hingga akhirnya semburat senyum manis terpatri di wajah cantiknya.

🍀🍀🍀

"Pelan-pelan saja makannya"

"Aku lapar~" jawab Zara masih dengan mulut penuh makanan.

"Iya ra iya. Nanti kalau kurangkan nambah lagi. Makan pelan-pelan saja ya, makanannya tidak akan lari. Aku jamin, garansi dari aku."

"Tumben pagi-pagi sudah ajak pergi?"

"Aku mau ke wahana bermain." Jawab Lucas dengan cengiran di wajahnya sampai-sampai gigi kelincinya terlihat. Nampak menggemaskan sekali, sangat kontras dengan pakaiannya yang menggunakan jaket kulit hitam.

Lalu setelah menyelesaikan makannya, jadilah mereka di dalam wahana bermain sekarang. Wajah Zara nampak berbinar, selama hidupnya ini kali pertama ia datang ketempat seperti ini. Lucas yang melihatnya tersenyum senang, ia memang sengaja ingin mengajak Zara kesini saat tahu kemarin Zara mengatakan bahwa ia belum pernah ke wahana bermain. Kemudian ia merangkul gadisnya seraya menariknya jalan.

"Ayo, jangan diam saja. Kita harus coba banyak permainan loh. Jangan takut ya nanti"

Zara menyikut perut Lucas pelan "Enak saja, aku yakin kamu pasti yang ketakutan."

"Mana adaa!!!! Cowo jantan kaya aku takut sama yang kaya gitu."

"Oh waktu yang kamu manjat pohon. Nangis-nangis gakbisa turun itu jantan?" Ledek Zara.

"Zara astaga itukan beberapa tahun yang lalu, jangan diingat lagi akukan sudah SMA. sekarang kita taruhan siapa yang menangis naik wahana ekstream, berarti ia kalah dan harus mengikuti keinginan yang menang"

"Oh nantangin? Oke!!"

Selanjutnya mereka berdua menaiki semua wahana eksktream disana, mereka tampak menikmati wahana ekstream yang bagi sebagian orang itu menyeramkan. Karena tidak ada rasa takut sama sekali, skor mereka kini sama, Lucas mengakui bahwa keberanian Zara memang harus diancungi jempol. Padahal niatnya tadi ingin sayang-sayangan, memeluk Zara yang ketakutan, tapi apa boleh buat, ternyata gadisnya jauh lebih berani dari yang ia kira.

Tinggal satu wahana lagi, yang harus mereka naiki, yaitu perahu besar yang digoyangkan ke kanan dan kiri. Terlihat oleh mata, wahana itu nampak biasa saja hanya diayunkan ke kanan dan kiri dengan laju yang dipercepat tapi suara teriakan yang terdengar dari antrian Zara dan Lucas lebih nyaring dibandingkan yang lain. Keduanya jadi lebih bersemangat, tepat saat antiran mereka maju, keduanya duduk dipaling belakang. Zara tersenyum manis pada Lucas, yang berekspresi sulit dibayangkan.

"Kenapa?"

"Pengamannya ini saja?"

"Hmm.. Oh Lucas!!! sudah mulai!!! Yeayyyyyy" teriak Zara kesenangan. Dan mulailah mereka berayun-ayun dari kecepatan rendah hingga tinggi. Suara teriakan keduanya terdengar sangat nyaring.

Mereka baru saja menyelesaikan wahana terakhir mereka, pemenang sudah ditentukan, ternyata wahana ini benar-benar sebagai penentu kemenangan. Zara berjongkok mensejajarkan tubuhnya, wajahnya menatap Lucas. Ia tersenyum manis lalu mengulurkan tangannya, mengusap kepala Lucas dengan lembut sembari menahan tawa yang sedari tadi ingin ia ledakan.

"Jangan tertawa Ra!" Baiklah Zara tidak kuasa lagi menahan tawa. Ia terkikik melihat wajah pucat Lucas yang sembari memegangi perutnya.

"Bayi besarku, tetaplah bayi besar!" Kata Zara disela tawanya, Lucas jadi semakin cemberut, bibirnya mengerucut kesal, wahana sialan itu tidak seru sama sekali, hanya membuat perutnya mual dan malu setengah mati. Dan juga karena wahana itu ia jadi kalah taruhan.

"Perutku sakit ra." Adunya

"Aduh duh sakit ya? Kasihan sekali sih" tangannya masih menepuk-nepuk kepala Lucas.

"Aku tidak mau naik itu lagi. Perahu sialan, apanya yang seru, pengamannya saja tidak safety"

"Tapi karena permainan itu, aku jadi menang loh hehehe. Hmmm... minta apa ya? Wah ini langka nih, kalau aku bilang kamu jadi pelayan aku sebulan. Mau gak? Biar kaya di Film-film gitu?"

"Tega kamu!!"

"Hehehe jangan deh, tidak usah diminta juga kamu mau ngelakuin apa aja buat aku. Kamukan bucin!" Lanjut Zara tawanya semakin keras, tidak sadar kalau mereka kini jadi tontonan orang-orang yang berlalu lalang. Pria tampan yang terlihat pucat saling berjongkok berhadapan dengan gadis manis dihadapannya yang tertawa kesenangan.

"Iya Zara aku ngaku aku bucin! Puas!"

"Lucas menggemaskan sekali sih. Zara jadi gemas. Kalau begitu, nanti saja kupakai saat-saat tergenting. Tapi janji loh harus dituruti!" Awas kalau ingkar"

"Iya sayang, janji! Sekarang pulang yu. Aku lemas banget nih"

"Ah payah, baru segitu saja sudah lemas. Yasudah ayo aku bantu berdiri. Kita pulang"

🍀🍀🍀

Sekarang yang ngasih vote jadi lebih banyak. Huhuhuhu... 🥺 thank u yak jadi semangat upload terus kalo gitukan hehehehe