webnovel

Kejadian tak terduga!

Keempatnya telah menyelesaikan makannya dengan baik, tidak ada makanan apapun yang tersisa di atas sana. Sebenarnya ini salah satu ulah Nana yang memaksa Ed juga Ken harus menghabisi semua makanannya, sebab katanya banyak diluaran sana orang yang tidak beruntung membutuhkan makanan untuk kehidupannya sehari-hari tapi dengan tidak bijaknya banyak orang yang menyisakan makanan lalu dibuang begitu saja. Menurut Nana Kalau memang tidak sanggup makan banyak jangan pesan terlalu banyak, begitu aturan benarnya, bukan pesan banyak-banyak saat kenyang makanan tak habis lalu dibuang.

Ken berjalan sedikit terseok-seok lantaran kekenyangan. Ia rasanya tidak sanggup jalan menuju parkir area, matanya mulai mengantuk dan ingin segera tidur, melihat itu Ed dan Nana berhenti sejenak.

"Ken ngantuk?" Tanya Ed, yang kemudian mendapat anggukan dari Ken.

"Kalau begitu biar Miss Nana gendong bagaimana? Sampai ke mobil Ken" lagi untuk kesekian kalinya Ken mengangguk, ia bahkan telah memejamkan matanya lantaran tak sanggup lagi dibuka. Ketika Nana ingin menggendongnya, dengan cepat Ed mencegahnya.

"Nana, Ken ini berat sekali badannya, tolong kau gendong Gavin saja ya, biar aku yang menggendong Ed"

"Oh tentu, kemarinkan bayi bundar itu padaku" kata Nana dengan senyum manisnya dan Ed segera mengalihkan gendongan Gavin ke Nana, setelahnya ia segera mengangkat Ken, lalu melanjutkan jalannya kembali. Dan keadaan mereka saat ini adalah Gavin dalam gendongan Nana lalu Ken dalam gendongan Ed.

"Maaf merepotkanmu lagi"

"Tidak masalah, aku menyukai anakmu, mereka sangat manis dan menggemaskan, lagipula anggap saja ini bayaran atas teraktirannya. Terima kasih banyak" katanya lagi menjelaskan. Ed terkekeh mendengarnya, lalu mereka kembali melanjutkan jalannya.

"Apa kekasihmu tidak masalah? Kau makan dengan orang lain?" Ed ini sepertinya sedang tidak bisa berpikir jernih, padahal jelas-jelas tadi dia yang mengajak Nana dan sedikit memaksa, tapi ia masih bertanya lagi.

"Aku tidak tahu, dia sedikit posesif dan pecemburu. Lagipula aku tidak bisa menolak, ada yang memaksaku."

"Oh maafkan aku."

Nana terkekeh sembari menggeleng, tangannya mengusap punggung Gavin yang terlelap di pundaknya. "Tidak.. tidak.. aku hanya bercanda, terima kasih sudah menghilangkan hari burukku, jika saja kalian tidak mengajakku, mungkin aku akan uring-uringan di rumah. Soal kekasihku, kurasa dia akan mengerti jika aku menjelaskannya"

Ed mengangguk, dan mereka kini sudah di samping mobil Ed. Pria itu membuka pintu mobilnya lebih dulu, meletakan Ken di kursi penumpang di belakang, baru setelahnya Nana yang meletakan Gavin. Setelah dirasa posisi keduanya aman dan nyaman. Ed menutup pintu mobil belakang, mereka hampir saja masuk kedalam mobil jika saja tidak ada yang menarik lengan Nana secara kasar dan tiba-tiba. Tubuh Nana lantas terhuyung ke belakang menabrak tubuh tegap yang menariknya.

"Hey hati-hati! Kau menyakitinya" kata Ed, melihat Nana meringis kesakitan, ia tahu siapa pria yang ada di hadapannya, itu kekasih Nana, tapi kenapa ada disini? Dan datang berdua dengan gadis lainnya.

"Jangan ikut campur brengsek!!! Kusuruh kau pulang Nana tapi kau malah selingkuh dibelakangku?"

"R-ray kamu salah paham"

"Salah paham apanya!!!. Aku liat kamu selingkuh!" Pria itu membentak Nana dengan keras dan Ed sejak tadi berusaha menjelaskan kepada kekasih Nana bahwa mereka hanya makan siang, karena anaknya sangat ingin makan dengan gurunya, tapi mereka sungguh tidak ada hubungan apapun, ia menjelaskan sembari matanya melirik Ken yang untungnya masih terlelap.

"Halah!! Mana ada maling ngaku, dasar wanita murahan! Kau mau menggoda pria kaya dengan tubuhmu?"

Plakkkk

Tanpa sadar Nana menampar Ray dengan keras, pipi pria itu memerah, dengan rahang mengeras, ia nampak kesal karena perlakuan Nana "Brengsek! berani kau menamparku?, kau harus kuberi pelajaran Nana! sekarang ikut aku pulang!" Ray menarik lengan Nana berniat meninggalkan Ed, tapi karena tarikannya terlalu keras, Nana sampai terjatuh diaspal. Tanpa ada rasa peduli dan kasihan, Ray masih saja menarik Nana, hingga ia terhuyung-huyung kebelakang lalu jatuh melepaskan tanganya dari lengan Nana akibat pukulan keras yang dilayangkan Ed.

"Apa kau memperlakukan kekasihmu seperti itu? Kekasih macam kau!"

"Bajingan!!"

Ray segera membangunkan tubuhnya, membalas pukulan Ed, hingga akhirnya mereka terlibat baku hantam di area parkir, Nana berusaha memisahkan keduanya tapi tenaganya tidak cukup, sampai lagi-lagi ia harus jatuh ke aspal karena terdorong sedangkan wanita yang bersama Ray hanya diam memerhatikan, ia nampak tidak peduli dan tidak ingin ikut campur, keributan yang terjadi membuat satpam menghampiri mereka dan memisahkan keduanya.

"Masalah kita belum selesai Nana!" Selepas berkata seperti itu, ia menarik lengan gadis yang sedari tadi bersamanya meninggalkan tempat itu dengan terburu-buru. Nana segera menghampiri Ed.

"E-ed kau baik-baik saja?"

🍀🍀🍀

"Akhhh" Ed meringis kesakitan saat Nana membaluri lukanya dengan alkohol di kapas. Mereka berada di dalam mobil, didepan apotek dekat rumah Nana, setelah dipaksa hingga sampai rumah Nana, akhirnya Ed mau lukanya diobati oleh Nana, niatnya Ed ingin langsung pulang saja, luka seperti ini tidak perlu diobati, nanti juga akan sembuh sendiri. Tapi kekeras kepalaan Nana membuatnya mengalah dan berhenti di sebuah apotek pinggir jalan.

"Maaf, karenaku kau seperti ini." Ucap Nana lirih, wajahnya terlihat sangat bersalah, dipikir-pikir sejak tadi Ed perhatikan Nana tidak berekspresi layaknya wanita yang baru saja dipermalukan kekasihnya apalagi sampai bersikap kasar begitu. Menangispun tidak ia lakukan. Sebenarnya ada apa dengan hubungan mereka?

"Nana... Apa dia selalu seperti itu? Bersikap kasar padamu?" Nana tersentak, tangannya berhenti, hanya beberapa detik lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Na.."

"Y-ya? Aku baik-baik saja Ed. Kau tidak perlu khawatir"

"Aku tidak bertanya seperti itu Na. Aku bertanya apa dia selalu seperti itu? Dia selalu menyakitimu?" Nana menggeleng, dan mengakhiri kegiatannya. Tangannya merapikan semua peralatan yang baru saja digunakannya. Namun Tiba-tiba air matanya jatuh begitu saja, sedari tadi ia menahan diri, ia berharap Ed tidak bertanya apapun agar ia bisa terus merajut luka dihatinya, ia tidak mau terlihat lemah dihadapan siapapun. Tapi karena dua pertanyaan itu, semua kekuatan Nana luntur tak bersisa. Membuatnya tak lagi bisa menahan air matanya. Meski terkejut, Ed sedikit lega, memang seharusnya Nana seperti itu, menurut Ed tidak baik jika harus menahan diri seperti itu lalu ia menarik kepala Nana, membawanya kedalam pelukannya. Tidak ada percakapan apapun, selain suara tangis Nana di dada Ed.