webnovel

Hari pertama

Pagi-pagi sekali dirumah nenek beberapa orang sudah berkumpul di ruang tamu bersiap melakukan olahraga pagi seperti yang telah dituliskan pada peraturan nenek kemarin. Meski sebagian dari mereka masih sangat mengantuk karena tak terbiasa bangun pagi atau karena semalam begadang keasikan bermain game. Mereka tetap harus melakukannya.

Dan salah satunya adalah Daniel yang tengah mengeluh lantaran dihari minggunya yang berharga harus bangun sepagi ini hanya untuk berolahraga, oh ayolah ia tipe orang yang berolahraga di malam hari. Mau itu baik untuk kesehatan atau tidak yang pentingkan dia tetap olahraga. Ia membaringkan tubuhnya diatas sofa menunggu nenek dan kakaknya yang belum datang, padahal ini sudah lewat dari waktu yang ditentukan. Tahu begitu ia juga ikut bangun telat, lumayan walau hanya 10 menit sepadan untuk memanjakan mata yang masih mengantuk. Lucas yang melihat Daniel, ikut membaringkan tubuhnya disamping sepupunya, mereka berbaring berdempetan. Beruntung anak-anak tidak diwajibkan ikut kalau tidak sudah dipastikan para orang tua pasti akan kewalahan mengurusnya, apalagi di hari minggu kalau bisa bangun siang juga tidak apa-apa.

Tak lama Nenek datang dengan paman bill yang membawa papan berisikan kertas yang didekapkan didepan dadanya. Ngomong-ngomong rumah paman Bill berada di komplek ini juga walaupun tidak sebesar rumah nenek tapi tidak bisa dibilang kecil. Dan karena rumah paman Bill dekat jadi ia bisa dengan mudahhnya datang kerumah ini, jika sewaktu-waktu nenek membutuhkannya.

"Selamat pagi semuanya..." kali ini nenek mengenakan wig berwarna abu abu senada dengan pakaian olahraga dan sepatu larinya.

"Pagi nek.." mereka serempak membalas, entahlah rasanya mereka seperti sedang melakukan pelatihan kepemimpinan, apalagi ketika mendengar nenek sampai harus mengabsen satu persatu..

Pada saat tiba di Jihan, wanita itu mulai was-was pasalnya Aldrian tidak ada diruangan itu, ia sudah coba membangunkan suaminya tapi emang dasarnya kebo jangankan membuka mata, melihatnya masih bernafas saja Jihan lega.. soalnya Aldrian kalau sudah tidur seperti orang mati.

"Jihan dimana suamimu?" Nenek bertanya

"A-anu nek, Aldrian masih dikamar"

"Apa? Kenapa tidak dibangunkan? Kita harus segera sebelum sinar matahari semakin naik dan hawanya menjadi panas."

"Jihan udah usaha mati-matian nek, tapi Al susah dibanguninnya."

"Ck anak itu kapan sih berubahnya. Yasudah ayo ikut nenek. Kita bangunkan bersama! Yang lain duluan saja keluar, nenek, Jihan dan Al akan menyusul"

Nenek dan Jihan masuk kedalam kamar yang ditempati Jihan dan Al, yang lainnya mengikuti perintah nenek, mereka satu persatu keluar rumah, inginnya mereka sih kembali ke kamar masing-masing tapi daripada pagi-pagi kena damprat lebih baik mereka senam pagi biar sehat jasmani dan rohani.

Jihan membuka pintunya kemudian masuk lebih dulu kedalam diikuti nenek dan mendapati Aldrian yang terlelap dengan posisi tengkurap. Ia mendekati Al, kembali menggoyangkan tubuhnya agar Al bangun.

"Al bangun Al!!" Kata Jihan sebisa mungkin lembut, dalam hatinya bergumam, lebih baik bangun sekarang Al, nyawa kamu sedang terancam, tapi bukannya bangun Al semakin mengeratkan gulingnya.

"Minggir Jihan biar aku yang bangunkan." Nenek mulai tak sabaran lalu menyingkirkan Jihan yang duduk disamping ranjangnya.

"Hei Bangun!!!" Nenek menepuk pipi Al dengan tidak berperasaan berkali-kali sampai Jihan yang melihatnya meringis perih. Pada tepukan yang kesekian akhirnya pria itu mengerjapkan matanya, ia bangkit dari tidurnya dengan kesal

"Aduh Jihan! Sa—- Arghhhhhhh Jihan kok mengkisut!!!!" Aldrian berteriak membuat nenek dan Jihan terlonjak kaget, tangannya menangkup wajah nenek lalu membolak baliknya, mengamati lebih dalam wajah keriput dihadapannya. Sedangkan Jihan mati-matian menahan tawa.

"Kamu kok begini? Kok Tua? Kok jadi mirip nenek?"

"Jelek banget kamu Ji."

"Astaga bau kamu juga kayak nenek"

"Eh tunggu kamu belom waktunya tua! Jihan kamu kenapa?" Entah kenapa Aldrian yang biasanya tenang, sekarang jadi sangat cerewet. Mungkin efek karena bangun tidur kali ya. Nenek yang kesal menepuk kening Aldrian keras hingga suaranya nyaring terdengar.

"Aduhhh"

"Mengkisut otak kau!! Sampai tidak bisa membedakan mana istrimu mana nenekmu. Cepat bangun, kita harus olahraga. 5 menit tak turun kuseret tubuhmu!" Kata nenek kemudian meninggalkan kamar. Jihan takbisa lagi menahan tawanya. Ia meledak saat nenek menutup pintu, ia menghampiri Aldrian mengusap keningnya yang memerah, wajah pria itu ditekuk sepuluh.

"Sakit ya? Hahahaha makanya dibangunin tuh langsung bangun."

"Ck!! Kamu nyuruh nenek ya buat bangunin aku?"

"Dih punya nyawa berapa berani nyuruh nenek. Sumpah demi Tuhan Al nenek kamu sendiri yang inisiatif. Hehe bau nenek kaya gimana Al?"

"Gak tau!"

"Hahahaha... Udah sana cuci muka gosok gigi. Jangan sampai nenek marah lagi!" Katanya sembari menarik Aldrian bangun.

Jihan dan Aldrian sudah berada di tengah-tengah keramaian bersama ibu-ibu dan bapak-bapak komplek yang ikut senam pagi. Dengan malas Aldrian mengikuti gerakan senam yang dipandu Daniel. Iyah bener Daniel cucu nenek!! Tidak tahu bagaimana ceritanya anak itu jadi pemandu senam, yang pasti anak itu terlihat bersemangat.

"Ayo Ibu-ibu cantikkkkk..... angkat tangannya teriak Yaaa hoooo"

"Yaaa hooo!!!" Teriak mereka serempak. Sedangkan seluruh cucu nenek menahan malu hingga ubun-ubun.

"Ajib bener!!" Teriaknya lagi

"Astaga Brian!!! Kelakuan adikmu!" Tawa Hana menguar disetiap gerakannya sejak pertama senam dimulai ia dibuat ngakak oleh kelakuan Daniel.

"Bukan!! Aku gak kenal."

"Ren, obat gilanya masih ada kan? Kayanya adik kamu butuh deh" kata Helena kepada Darren yang berada disampingnya, wajah pria itu merah, Helena tahu suaminya menahan malu sejak tadi.

"Banyak!! Obat vaksin rabies juga ada!!" Jawabnya kesal, kenapa sih anak itu kerjaannya bikin malu aja?

🍀🍀🍀

Seperti kebiasaan, Daniel memasuki kamar Lucas tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tapi ia juga tidak mau disalahkan, katanya salah Lucas sendiri kenapa tak mengunci kamarnya? Lucas sedang menonton film satwa sembari tiduran ketika Daniel ikut duduk di ranjang. Berfaedah banget emang hidupnya di hari minggu begini mendekam di dalam kamar nonton film satwa.

Untung saja Daniel datang ia merasa akan menyelamatkan kesuraman Lucas.

"Ngenes banget sih Cas hari minggu ngerem diri di kamar nonton satwa lagi."

"Ngaca bang!!! Abang tuh udah ngenes, jomblo bikin malu lagi." Daniel menoyor kepala Lucas gemas, saking gemasnya mau cekik sampai modar.

"Mau ikut gak? Abang ma-"

"Enggak!!"

"Yeee belom juga selesai ngomong"

"Udah ngomong juga tetep gakmau, pergi sama abang bikin malu doang. Lagi gak mood mempermalukan diri sendiri." Soalnya yang tidak diketahui Daniel, Lucas tidak mood karena tengah bertengkar dengan Zara. Jadi seluruh mood untuk bermain hilang buyar.

"Sialan, mulutmu minta di cium panci gosong ya. Dengerin dulu, abang mau nonton ibu-ibu komplek ada tanding volli pasti mantep nih. Rame! Ikut yuk!"

"Tuhkan gak bener! Enggak ah.. lagian cari pacar kek bang, jadinya gak godain ibu-ibu. Udah pada punya suami. Ntar di cincang baru tau rasa!"

"Apaan sih orang cuman nonton, enggak ngapa-ngapain! Daripada dikamar doang nonton film telanjang, mending nonton volli." Lucas melempar bantal kearah wajah Daniel, otaknya dimana sih? Orang lagi nonton satwa kok dibilang film telanjang.

"Udah ah sana pergi ganggu aja!"

Daniel mendengus, merasa harga dirinya tercabik-cabik. Biasanya orang berebut jalan dengannya, semenjak tinggal dirumah nenek, sudah dua kali ia merasakan penolakan. Daniel takut jangan-jangan auranya menghilang? Bahaya kalau itu benar terjadi ia harus totok wajah nih sepertinya. Dia keluar dari kamar Lucas dengan lesu, yasudahlah kalau Lucas tidak mau ikut, dia bisa kok pergi sendiri. Dipikir-pikir enak malah, bisa godain ibu-ibu komplek sendirian.

"Mau kemana?" Tanya nenek yang sedang merajut di ruang tamu, kali ini seperti pohon cemara semuanya hijau-hijau.

"Nonton volli.. Nenek gak gatel kepalanya pake wig?"

"Tangan nenek yang gatal ingin memukul mulutmu!" Daniel sontak menutup mulutnya, ia menggeleng dengan cepat. Mendengar nenek marah. Tiba-tiba saja Daniel terbesit ide bagus.

"Nek, jangan marah ya! Daniel mau ngaduin sesuatu, tapi takut nenek marah. Tapi sebagai anak yang baik Daniel gakbisa diem aja kalau ada suatu yang tidak benar. Kebenaran harus ditegakan nek."

"Kamu tuh ngomong apa sih? Cepat jelaskan saja mau ngomong apa tidak usah bertele-tele. Lagipula sampai kuda bertelor juga nenek gak percaya kamu baik."

Daniel mendengus, mensabarkan diri sendiri.

"Lucas tuh nonton film telanjang!"

"Hah? Ngomong gitu aja ribet banget! Nonton dimana? Bocah nakal beraninya macam-macam dirumah ini."

"Dikamarnya nek." Tanpa bicara lagi Nenek menuju kamarnya meninggalkan Daniel yang terkikik tanpa suara, ia segera kabur sebelum neneknya menyadari.

Nenek masuk ke kamar Lucas, benar yang dikatakan Daniel, Lucas tengah menonton film di layar laptopnya. Nenek tidak tahu apa benar Lucas nonton film porno atau tidak, karena layar Laptop membelakangi nenek namun yang pasti tangannya sudah gatal dan menjewer telinga Lucas. Pria itu mengaduh kesakitan.

"Aduh nek sakit!!! Kok Lucas di jewer?"

"Mana filmnya? Bocah kurang ajar, berani-beraninya nonton film telanjang dirumahku. Kau belum cukup umur menontonnya!!"

"Hah? Film telanjang apa nek? Lucas lagi nonton film satwa!! Itu liat sendiri. Aduhhh sakit!! Lepas nek"

Nenek melihat layar monitor menampakan gambaran singa yang sedang berburu mangsa. Ia melepas tangannya dari telang Lucas.

"Tapi tadi kata Daniel."

"Wah nenek sudah ditipu nek..."

"Kurang ajar!!! Danielllll!!!!!!!!" Teriak nenek keluar dari kamar, menuju Ruang tamu, tapi sayang Daniel sudah meninggalkan rumah.

"Awas saja kuhukum kalau pulang!"