webnovel

Penguntit

Sora merasa waktunya terbuang sia-sia. Mendengar celotehan bibinya yang tidak masuk akal. Sebelumnya Sora menerima pesan dari Rudy yang memintanya bertemu, tetapi sekarang Candy mengatakan kalau Rudy sakit parah. Sungguh menggelikan kenapa juga Candy berbohong seperti itu. Jika benar Rudy sakit mana mungkin ingin bertemu secara rahasia.

Sora melangkah pergi tak perduli teriakan Candy yang membuat semua pengunjung kafe memperhatikannya.

"Sora tunggu! Kau tidak bisa meninggalkan Bibi seperti ini! Sora!!"

Tidak ada pilihan lain Candy mengejar Sora yang sudah melewati pintu keluar. Sora sendiri tidak ada niatan menoleh ataupun menghentikan langkahnya namun, Candy berhasil meraih tangannya.

"Kau tidak bisa pergi seperti ini! Sora."

"Lepaskan tanganku!  Kebohongan Bibi sangat jelas. Aku tahu kondisi paman Rudy dengan baik. Kenapa Bibi tega mengatakan paman sakit? Bibi anggap aku bodoh hah!"

Sora tidak perduli lagi dengan segalanya ataupun kekerasan Bibinya bila dia melawan. Sekuat tenaga menepis tangannya dari cekalan Candy.

"Bibi tidak membodohi kamu, Sora!" Candy masih berusaha meyakinkan walau begitu kentara kebohongannya.

"Aku muak dengan ucapan Bibi. Jangan berusaha keras memenangkan hatiku. Apapun yang Bibi ucapan mengenai paman semua bohong! Permisi," ucap Sora tegas. Tanpa pikir lagi meninggalkan dan kebetulan taxi lewat.

Sora bergegas masuk ke dalam taxi tersebut sebelum Candy menahannya.

"Jalan pak!"

Taxi itu melaju sebelum Candy mendekati. Secepat apapun taxi itu tidak bisa kekejar hanya dengan lompatan manusia. Candy hanya pasrah rencana yang telah disusun gagal sebelum memulai.

Dalam perjalanan pulang Sora mengirim pesan pada Rudy. Memberitahukan kejadian hari ini. Tentu saja ucapan Candy dibantah. Rudy juga mengingatkan Sora untuk lebih berhati-hati dengan orang asing sebab akhir-akhir ini ada orang yang terus mengintai rumah mereka.

~~~

Setelah menyelesaikan urusannya Daniel Kim bergegas pulang karena tidak enak hati harus membiarkan Sora di rumah sendirian. Namun sesampainya di sana rumah itu kosong tanpa Sora. Daniel cemas akhirnya dia membuka massage siapa tahu ada pesan dari Sora.

Daniel menghela napas panjang sebab tidak ada pesan yang masuk.

"Kemana perginya dia?" Cemas Daniel pada akhirnya menghubungi Sora walau panggilannya tidak terjawab.

"Aku tidak bisa cemas seperti ini. Sora di mana kamu?"

Daniel tidak bisa berdiam diri tanpa melakukan apapun. Dia bergegas meninggalkan rumah mencari Sora adalah jalan terbaik daripada menunggu yang tidak pasti. Daniel tidak akan memaafkan jika terjadi sesuatu pada wanita itu.

Setengah berlari lelaki yang memiliki badan tinggi dengan bahu lebar yang luas seluas samudra menyusuri gang dan jalanan raya tidak lupa di tangannya benda pipi  sesekali menghubungi Sora atau mengirim pesan.

"Sora angkat! Setidaknya balas pesanku."

"Ya Tuhan semoga saja dia tidak bertemu dengan orang suruhan Mr. Aland."

Daniel terus berkutat, harap-harap cemas yang tidak terkira pada wanita yang baru saja menjadi pacarnya. Daniel tidak mengerti dengan hatinya, sebab berhubungan dengan wanita itu tidak lebih hanya melindungi sebab tato di punggung Sora penyebab semuanya. Kenapa juga orang tua Sora harus mengukir gambar seperti itu di tubuh anaknya. Itu sama halnya mengantar nyawa putrinya sendiri pada orang jahat yang serakah.

...

Di tempat lain Sora baru saja ke luar dari taxi. Entah kenapa dia tidak kembali lagi ke rumah pacarnya. Sora hanya mengikuti kata hatinya berjalan-jalan sebentar agar perasaannya tidak penat. Dia tidak ingin menunjukan wajah seperti ini pada Daniel.

Tengah asik melangkah pelan di tepian air mancur tiba-tiba Sora terdiam. Dia merasa ada seseorang di belakangnya. Menoleh sekilas untuk memastikan.

"Astaga mati aku. Kenapa lelaki itu terus mengikuti?" Sora bergumam matanya waspada, dua kakinya mulai melangkah pelan menghitung mundur bersiap lari maraton.

Dalam hitungan detik dia benar-benar mengambil langkah lebar sebelum penguntit itu menangkapnya. Benar saja pirasat Sora tidak meleset lelaki di belakangnya mengejar  dengan langkah lebar.

Dalam pelariannya Sora terus menyalahkan dirinya sendiri. Dia juga teringat pesan Daniel yang terus meminta untuk berhati-hati apabila berjalan di tempat bebas. Sekarang terbukti kecemasan Daniel tidak meleset.

Terus terang Sora juga tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini hidupnya selalu terancam. Beberapa hari yang lalu nyawanya hampir melayang jika Daniel tidak menyelamatkannya. Sora menyesal tidak bertanya pada Daniel penyebab ancaman yang dirasa akhir ini. Bukan hanya lelaki tampan berlesung pipi yang selalu mencemaskan-nya paman Rudy juga memperingatkannya untuk berhati-hati terhadap orang asing.

"Paman maafkan aku, Daniel tolong aku!!" Menyesal tiada guna, semua harus ia hadapi sendiri.

Sesekali melirik orang jahat itu yang masih berusaha mengejarnya. Tidak ada tempat aman selain tempat yang banyak dikunjungi orang-orang. Sora masuk ke dalam mall besar dimana tempat itu di padati orang-orang yang belanja. Dia menyelinap di antara pejalan kaki kemudian masuk ke sebuah toko pakaian. Entahlah toko pakaian apa itu Sora hanya numpang ngumpet, menghindari lelaki tinggi besar yang terus menguntitnya.

Sora jongkok di balik pakaian-pakaian yang berderet rapih, menggantung sesuai motif. Sesekali kepalanya naik ke permukaan memastikan ke luar toko aman. Saat lelaki jahat itu muncul dengan cepat dia menarik diri ke tempat semula.

Bertahan untuk sementara bahkan menekan napasnya karena takut ketahuan belum lagi keringat dingin membentuk buliran kecil di atas dahinya.

Cara sembunyi wanita itu aneh, dia mundur beberapa langkah tanpa memperhatikan pengunjung yang kebetulan menubruknya.

"Oh maaf!" Suara bariton yang tidak asing, tidak begitu juga kenal.

Saat Sora mendongak tanpa mengubah posisinya. Wajah pengunjung itu tidak asing di mata Sora.

"Kak-kau?" telunjuk Sora mengarah pada orang tersebut.

"Sora? Sedang apa di sini? Daniel di mana?" 

Orang itu adalah Fatir--rekan kerja Daniel Kim yang beberapa hari lalu bertemu. Pertemuan Sora dan Fatir sudah beberapa kali tetapi baru kali bertemu tanpa Daniel.

Hah ... Sora lega dan berucap syukur bertemu dengan Fatir.

Kening Fatir berkerut melihat posisi Sora yang masih jongkok seperti anak kecil main petak umpet.

"Sora kenapa sembunyi seperti ini? Di mana Daniel?" tanya Fatir akhirnya.

"Aku sendiri. Tolong bantu aku, di sana ada orang jahat yang terus menguntitku. Aku baru saja melihatnya di sana!" Sora mengarahkan telunjuknya ke luar kaca.

Tentu saja tatapan Fatir langsung tertuju ke luar kaca. Untuk memastikannya Fatir melihat kesekeliling.

"Orang itu sudah tidak ada, sekarang kau aman, Sora."

"Benar kah? Ah syukurlah akhirnya aku bisa bernapas." Sora menarik napas berulang-ulang.

"Mari aku antar ke tempat aman. Jangan cemas aku akan mengirim pesan pada Daniel."

Sora mengangguk patuh. Tidak cukup satu kali Sora berucap syukur dan. Berterima kasih karena Fatir mau membantunya.

Bagi Fatir ke luar dari tempat ramai itu bukan hal yang sulit karena dia agen yang sudah terlatih.

Tiga puluh menit kemudian.

Fatir berhasil membawa Sora ke tempat tinggalnya. Menurutnya tempat ramai terlalu berbahaya. Fatir berpikir sejenak, entah apa yang dipikirkannya mendadak memiliki ide lain.

Mungkinkah Fatir memiliki rencana lain? Apakah Fatir akan menghubungi Daniel, atau mengantar Sora pulang dengan selamat.