webnovel

Gejolak Cinta Wanita Simpanan

GEJOLAK CINTA WANITA SIMPANAN Gendis Arumi Bagaskara yang haus akan kasih sayang dari seorang laki-laki. Dengan latar belakang keluarga broken home ia tumbuh menjadi pribadi yang kuat namun tetap ada kelemahan yang tersimpan di dalam dirinya. Menikah dengan di landasi perjodohan hingga melahirkan seorang putra tetapi dia tidak menemukan cinta dari suaminya sampai akhirnya sang suami meninggal dunia. Sepeninggalan Adtya kini ia hidup membesarkan anak semata wayangnya. Selama hidup menjadi janda tekanan batin semakin terasa, untunglah dia memiliki sahabat yang senantiasa menemani di kala suka dan duka. Seiring berjalan nya waktu dia mulai menemukan cinta yang selama ini di impikan, seorang pria tampan dengan hati yang lembut juga penuh perhatian. Namun sayangnya pria itu sudah memiliki istri sehingga ia harus merelakan hidupnya terperangkap menjadi simpanan dari seorang pengusaha. Kehidupannya menjadi simpanan tidaklah mudah, gejolak batin yang ia rasakan semakin hebat ketika dia ingin memiliki cinta dan tubuh pria itu seutuhnya. Sesak yang amat berat terasa didada setiap kali keinginan itu muncul dalam benaknya, keinginan yang begitu menyiksa karena sudah pasti ada hati yang tersakiti. *** Rayyan Danuja Wijaksana, seorang CEO dari perusahaan ternama yang bergerak dibidang property. Ia memiliki seorang istri, namun setelah sepuluh tahun menikah mereka tetap tidak dikaruniai anak. Takdir mempertemukan Rayyan dengan seorang wanita yang tanpa diduga dapat mengubah hati dan perasaannya. Ia menyukai wanita itu. Rayyan tahu bahwasannya perasaan yang dimilikinya ini adalah perasaan terlarang, namun ia memiih mengabaikannya dan tetap menyukai wanita itu. Sehingga ia memilih untuk membuat wanita tersebut menjadi simpanannya. Akankah Gendis bahagia dengan cintanya? Atau ia malah akan menyesalinya!

Winda_Gemini · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
28 Chs

Kamu Tenang Saja Rayyan Juga Tidak Menganggap Itu Penting!

"Wahh… Sepertinya sudah sembuh ini," Melihat senyum Gendis yang sangat merekah membuat Dokter yang ingin memeriksakan kondisinya pagi ini menjadi tertular senyum.

"Iya Dok, apa saya sudah boleh pulang hari ini? Karena saya sudah merasa lebih baikan."

"Hari ini kita akan mengambil sample darah ibu terlebih dulu, jika nanti hasilnya bagus maka kemungkinan ibu diperbolehkan pulang."

"Tadi malam tidurnya nyenyak atau tidak bu? Apa sakit perutnya berlanjut hingga pagi." Dokter mencoba memastikan kondisi Gendis.

"Wahh, tadi malam dia sangat nyenyak sekali Dok, bahkan tidurnya sampai pules banget." Ayesha yang tengah menyiapkan sarapannya menyela pembicaraanya dengan Dokter.

"Syukurlah,"

"Ibu sekarang saya akan mengambil sample darahnya ya." Terdengar suara seorang perawat wanita yang sudah memegang jarum suntik bersiap ingin mengambil sedikit darah Gendis.

"Ok, terimaksih ibu. Silahkan istirahat kembali kami permisi dulu."

"Terimakasih kembali Dok." Sahut Ayesha sembari memberikan Gendis susu dan roti sebagai sarapannya.

"Kelihatannya mereka berdua sangat lelah Sha, sampai-sampai sudah pukul 09.00 wib juga belum pada bangun."

"Sepertinya begitu."

"Hey!" pekik Gendis membuat Ayesha yang tengah meminum susu menjadi tersedak karena terkejut.

Gendis memicingkan matanya yang menatap sahabatnya itu, "Sepertinya aku mengingat sesuatu."

"Kenapa kamu menatapku begitu? Seolah-olah aku seorang penjahat dimatamu."

"Alah jangan mendramatisir, kamu kenapa tidak bilang padaku sebelumnya kalau Rayyan juga ikut kesini!" dia berbicara sembari merapatkan kedua giginya.

"Emm… Aku juga tidak tahu, Mas Gala juga mempercepat kedatangannya tanpa memberitahukan ku terlebih dulu."

Ayesha mulai mencari-cari alasan, padahal dia sengaja tidak menyampaikan kepadanya karena takut dia akan melarang Manggala datang bersama Rayyan.

"Lagipula seharusnya kamu itu bersyukur mereka sampai tepat waktu Ndis, kalau tidak ntah gimana jadinya kamu semalam."

"Iya-iya aku tahu. Ya… aku berterimaksih untuk itu. Namun tetap saja aku merasa kamu sudah menipuku." Sorot matanya memancarkan kecurigaan yang mendalam kepada Ayesha.

"Eh kamu mau tahu sesuatu gak? Aku yakin kamu harus tau ini."

"Apa itu? Jangan bermain teka teki dangan ku Sha. Cepat kamu katakana." Gendis yang merengek karena sangat penasaran membuat Ayesha tersenyum geli.

Ayesha mendekatkan bibirnya ketelinga sahabatnya itu, "Tadi malam Rayyan yang menggendongmu ke dalam Taksi." Dia tertawa kecil setelah berbisik ke telinga Gendis.

"Apa!" dengan mata yang terbelalak setelah mendengar perkataan Ayesha. Seolah-olah ada petir yang menyambar kedalam ruangan itu.

"Ada apa? Apa ada masalah?" Manggala yang terbangun setelah mendengar suara Gendis yang sedikit memekik.

"tukan kamu! Mas Gala sampai terbangun." Ayesha merasa kesal karena dia belum puas untuk meledek temannya itu.

"Sha apa yang kamu ucapkan tadi itu sebuah kebenaran?" Gendis yang masih penasaran mencoba meyakinkan diri dengan jawaban sahabatnya.

"Kalau kamu tidak percaya padaku nanti bisa kamu tanyakan langsung kepada orang yang bersangkutan."

Manggala masih terlihat sangat bingung dengan obrolan dua wanita ini. Dia yang baru terbangun dari tidur masih belum bisa merespon dengan baik atas apa yang tengah terjadi disekitarnya.

Saat dia menoleh kekiri dilihatnya Rayyan yang masih tertidur pulas. Sambil menepuk ringan pundak Rayyan dia berusaha untuk membangunkan temannya karena hari sudah menjelang siang.

"Yan… Yan…" beberapa kali dia mencoba membangunkan namun Rayyan belum merespon.

"Sudahlah Mas, mungkin Rayyan terlalu lelah biarkan dia istirahat sebentar lagi." Ayesha meletakkan dua botol susu di atas meja yang tidak jauh dari Manggala.

"Tapi ini udah jam 09.00 wib. Yan… Yan.. Bangun udah siang banget ini."

Gendis hanya memaku diam diatas ranjangnya sembari mencoba mengingat yang terjadi semalam sebelum dirinya berada di rumah sakit. "Kenapa harus Rayyan yang menggendongku? Mana aku tidak mengingat apapun yang terjadi dirumah semalam, huff." Batinnya.

Dia mengacak-acak rambutnya karena kesal terhadap dirinya sendiri yang tidak bisa mengingatnya. "Apa aku sudah melakukan hal bodoh didepan dia ya? Atau aku sangat terasa berat ketika dia menggendongku?" bertimbun banyak.

"Ndis kamu kenapa? Apa masih terasa sakit seperti semalam?" Tanya Rayyan yang ternyata tanpa disadari sudah memperhatikannya dari tadi.

"Dia sudah sangat baik sekarang, dan kemungkinan sore ini sudah dibolehkan untuk pulang." Ayesha dengan sigap menjawab pertanyaan yang ditujukan untuk Gendis.

"Oya Mas Gala dan Mas Rayyan kalian lebih baik pulang dulu kerumah Gendis untuk membersihkan badan agar lebih segar, biar aku yang menemani Gendis disini."

"Lagipula sebentar lagi Mama dan Nehan akan segera tiba."

"Apa kamu tidak masalah aku tinggal sekarang?" Manggala merangkul bahu istrinya itu dengan mesra.

"Gak masalah mas sebentar lagi Nehan dan mama juga sampai, mereka sedang dalam perjalanan sekarang."

Rayyan melihat ekspresi wajah Gendis yang terlihat seperti orang bingung. Dia pikir Gendis masih merasakan sakit.

Dia tidak tahu bahwa Gendis tengah berusaha untuk mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi di saat perjalanan kerumah sakit.

Gendis yang merasa malu karena dia memandanginya terus menerus dan mencoba memalingkan wajahnya agar tidak terjadi kontak mata.

"Baiklah kalau begitu kami akan pergi dulu, kalian berdua jangan rebut saat aku tidak ada." Manggala mengingatkan istrinya agar tidak mengganggu Gendis yang tengah sakit.

"Ok." Ayesha tersenyum manja.

Manggala mencium kening istrinya sebelum mereka meninggalkan ruangan itu.

"Sha aku tidak mengingat apa yang terjadi saat perjalanan kerumah sakit. Tolong, kamu beritahu aku sekarang!"

Ucapnya setelah Manggala dan Rayyan beranjak dari ruangan itu. Dia tida bisa menahan rasa penasarannya lebih lama.

Ayesha bangkit dari shofa dan duduk di ranjang berhadapan dengan Gendis.

"kamu sungguh ingin tahu?" Ayesha mencoba mengulur waktu.

"Sha aku sungguh sangat penasaran, jadi aku harap kamu menceritakan semuanya tanpa ada yang kamu tutupi."

"Baiklah aku akan menceritakan semuanya sampai tuntas tapi janji kamu jangan memotong ucapanku."

"Ok!" sahutnya.

"Jadi, saat kamu terlihat sangat lemah tadi malam aku dan mama ingin membawamu kerumah sakit, tetapi ntah dari mana tiba-tiba dua orang laki-laki berlari masuk ke kamarmu."

Ayesha tersenyum geli ketika melihat wajah temannya itu yang memperhatikan setiap perkataannya dengan sangat seksama. Namun dia tetap melanjutkan penjelasan yang sangat ingin didengarkan oleh Gendis.

"Dan ternyata itu adalah Mas Gala dan Rayyan, tetapi saat melihatmu tergeletak tak berdaya Rayyan tanpa banyak bicara langsung menggendong dan membawamu ke dalam Taksi."

"Ohh cuma begitu aja ceritanya." Gendis menarik napas dalam karena merasa lega, ternyata dia tidak melakukan hal yang dapat membuatnya malu.

"Iya Cuma itu saja… di dalam Taxi kamu merebahkan kepalamu di pangkuannya dan sempat memeluknya, ntah apa yang kamu pikirkan saat itu."

Mendengar ucapan Ayesha wajahnya seketika menjadi merah seolah ada gunung merapi yang akan meletus. Dia tidak percaya dengan ucapan itu, dia merasa ditipu oleh sahabatnya.

"Kamu jangan mengada-ada, mana mungkin aku memeluk suami orang!" ucapnya tegas.

"ya… kamu sedang tidak sadar saat itu. Kamu tenang saja Rayyan juga tidak menganggap itu penting."