webnovel

Tetangga Baru

Tengah malam sekali, Shafa beranjak dari kasur dan berniat membuka kaca jendela kamarnya karena kepanasan. AC di kamarnya mendadak mati, padahal baru seminggu yang lalu di perbaiki. Gadis itu tidak bisa tidur jika hawanya sedang panas.

Saat jendela sepenuhnya terbuka, Shafa sedikit merinding kala melihat sebuah ruangan pada rumah yang tepat berseberangan dengan kamarnya itu menyala. Padahal rumah itu sudah sangat lama tak berpenghuni, mungkin sejak Shafa masih duduk di kelas lima SD.

Kreeekk

Shafa sudah mengambil ancang-ancang untuk berteriak saat menemukan jendela kamar tersebut bergerak. Namun di detik selanjutnya, seorang laki-laki berperawakan kurus, nampak di antara jendela tersebut. Shafa mengerjab salah tingkah saat laki-laki itu menatapnya bingung, saat hendak menutup kembali jendela kamar karena malu, laki-laki tadi tiba-tiba bersuara.

"Heyy!" Ujar laki-laki itu. Shafa hanya diam, tidak tahu harus bertingkah apa kepada tetangga barunya.

"Salam kenal! Gue Alan, penghuni baru di rumah ini"

Shafa masih terdiam, sebelum mengangguk kikuk kepada sosok yang berjarak sekitar enam meter darinya itu.

"Shafa" ucap Shafa padahal akhirnya.

"Hai Shafa, gue harap kita bisa akrab dan rukun sesama tetangga, anggap aja gue orang lama di sini, jadi gak usah canggung!" Ucap Akan kembali.

Selama nyaris satu jam, mereka terlibat dalam percakapan yang tidak begitu penting, lebih banyak basa-basi dari Alan yang hanya ditanggapi seadanya oleh Shafa.

Kesan pertama yang dilihat Shafa dari Alan adalah laki-laki itu friendly dan sangat mudah berbaur. Jauh berbeda dengan dirinya yang tertutup dan seringkali tidak bisa mengeluarkan pendapatnya melalui kata-kata.

*****

"Ga, aku berangkat naik ojol aja, kenapa sih!" Ucap Shafa kepada sosok di seberang sana yang sedang mengomel. Siapa lagi kalau bukan Garra.

"Awas aja kalau berani!"

"Ojolnya yang cewe kok!" Bela Shafa.

"Tungguin aku dong Fa! Aku udah jalan ke tempat kamu nih!" Ujar Garra dengan nada kesal. Shafa yang mendengarnya pun ikutan bertambah kesal.

Sambungan dimatikan sepihak oleh Garra, itu berarti perkataannya tidak boleh lagi di bantah. Shafa mendengus, tidak paham lagi kenapa Garra seposesif ini terhadapnya. Garra tidak pernah membiarkannya berangkat sendirian lagi ke sekolah, sekalipun menggunakan supir pribadinya di rumah. Semua karena katanya supirnya masih lajang dan Muda, takut Shafa di goda.

Shafa keluar dari rumah, Berniat menunggu Garra di depan pagar saja biar lebih praktis. Lima menit menunggu, yang ada hanya motor sport hitam yang berhenti tepat di depannya. Tadinya Shafa mengira itu Garra dengan motor barunya, namun Perkiraan Shafa salah saat laki-laki itu membuka helm yang menutup wajahnya.

Seseorang itu adalah Alan, tetangga barunya yang semalam baru berkenalan dengannya. Yang di herankan Shafa, Alan juga memakai seragam yang sama dengannya, berarti ia satu sekolah. Tapi mengapa ia tidak menyadari kehadiran Alan di sekolahnya? Sebegitu nolep kah hidupnya?.

"Gue anak baru di sekolah lo, kalau lo bingung" Ucap Alan seolah-olah menjawab pertanyaan konyol Shafa dalam benaknya.

"Mau berangkat bareng gak?" Tanya Alan, Shafa bergeming lalu menggeleng.

"Maaf, gue gak bisa" Shafa menampilkan raut meringis.

"Kenapa? Sekalian aja, kita satu tujuan kok!"

Bukan itu masalahnya!

"Gue lagi nungguin orang" Ucap Shafa pelan, ia mulai khawatir jika saja Garra tiba-tiba datang dan melihatnya bersama Laki-laki lain. Bisa gawat, padahal hubungannya dengan laki-laki itu sudah mulai membaik. ia tau sendiri bagaimana Garra jika sedang marah.

"Bareng aja, daripada lo harus nunggu lagi"

Aduh ada apa dengan laki-laki di depannya ini!.

"Lo berangkat duluan aja, gue nungguin seseorang, bentar lagi sampe!" Shafa panik, ia menoleh ke arah jalan raya, takut-takut jika Garra sudah datang.

"Beneran lo gak papa?"

Shafa mengangguk "Gapapa, duluan aja"

"Seriusan nih?"

"Iya!" Ujar Shafa panik.

"kalau gitu gue berangkat duluan yah, bye Shafa!"

Shafa hanya kembali mengangguk dan menghembuskan nafasnya lega saat motor Alan perlahan menjauh.

"Siapa laki-laki itu?" Suara tak berintonasi itu benar-benar membuat Shafa mati kutu.