webnovel

Rumah Shafa

Entah sudah kali ke berapa Garra menghembuskan nafasnya kasar. Laki-laki bernama Rico yang tidak jauh dari dirinya dan Shafa itu sungguh membuatnya kesal. Ucapan Rico sebelum materi tadi, begitu terngiang di kepalanya dan hal itu berhasil membuat hatinya panas. Alhasil, ia tidak bisa fokus pada Materi yang diberikan mentor hingga kelas berakhir.

Saat tengah membereskan buku-buku Shafa, Garra kembali emosi saat tak sengaja melihat Rico mengedipkan sebelah matanya untuk Shafa. Niat hendak memberi pelajaran kepada Rico, Laki-laki itu sudah berlari keluar kelas.

"Dia siapa sih?!" Tanya Garra kepada Shafa dengan alis menukik tajam dan deru nafas yang memburu.

"Rico" jawab Shafa cuek. Garra yang mendengar itu mendengus kasar, bukan itu yang dia maksud. Ia lantas menarik tangan Shafa dan meremasnya kuat.

"Kamu ada apa sama laki-laki genit itu?"

Shafa hanya meringis ketika melihat wajah tak bersahabat Garra, ia heran mengapa laki-laki itu begitu cemburuan.

"Aku gak ada apa-apa sama dia Garra, dia cuma temen bimbel, gak lebih," ucap Shafa lelah, seraya mengusap punggung tangan Garra dengan tangannya yang lain.

Garra yang mendengar itu sedikit melonggarkan genggaman tangannya, meski begitu, terlihat jelas, Wajah laki-laki itu masih sama masamnya seperti tadi.

"Jangan pernah lagi senyum sama laki-laki lain, aku gak suka!" Ucap laki-laki itu posesif.

Shafa hanya mengangguk, walau dalam hatinya ia terus saja mengumpat.

****

Pulang dari tempat bimbel, Garra mengantar Shafa langsung ke rumah gadis itu. Sebenarnya ia kurang setuju dan tetap ingin bersama dengan Shafa di apartemennya, karena Ayah Shafa juga sedang berada di luar kota, tapi Shafa selalu memiliki seribu alasan untuk menolak.

Dan akhirnya, di sinilah Garra, di depan rumah mewah yang sudah lama ia tak ia kunjungi. Laki-laki itu menatap sekeliling hingga ia memusatkan pandangannya pada halaman depan rumah yang terdapat ayunan tempat mereka menghabiskan waktu dahulu.

"Garra," Garra menoleh, menatap Shafa yang sudah berada lima langkah di depannya, laki-laki itu kemudian mengangguk lalu maju dan menggaet tangan Shafa untuk masuk.

Di dalam, Garra kembali bertemu dengan Bi Ijah, Asisten rumah tangga Shafa sejak kecil, laki-laki itu menyalami tangan Perempuan paruh baya tersebut yang menatapnya terkejut.

"Den Garra, ini beneran Den Garra? kapan baliknya?" Tanya Bi Ijah, perempuan itu terkejut mendapati Garra datang bersama Shafa setelah dua tahun tidak pernah terlihat.

"Dua hari lalu, Bi" jawab Garra tersenyum tipis. Keduanya akhirnya berbincang-bincang, dengan Garra yang menjawab seadanya.

"Garra, aku naik dulu yah, mau ganti baju!" Ucap Shafa menyela, saat gadis itu hendak berdiri, Garra menahan tangan gadis itu.

"Aku ikut"

HEH APAAN!!!!

Garra sudah benar-bernar tidak waras jika begini caranya. Shafa bahkan dibuat speechless mendengarkan ucapan laki-laki itu, tak jauh beda dengan Shafa, Bi Ijah juga di buat melongo dengan ucapan Garra.

"Aku cuma mau ke kamar kamu, biasanya kan dulu, aku juga sering lihat kamu ganti baju" ucap Garra dengan wajah tidak berdosa-nya, tanpa ekspresi.

"Ih Garra, itu dulu! Sekarang mah beda!" Shafa sekarang ngegas, Wajah gadis itu merah padam karena malu dengan topik yang sedang di bahas.

Namun mata Shafa semakin membola saat melihat, Garra yang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Laki-laki itu mengapa masih sama keras kepalanya. Arghhhh.

Akhirnya, Shafa ikut menyusul Garra dengan setengah berlari menaiki tangga. Gadis itu kesal setengah mati.

Garra membuka pintu kamar Shafa dan disambut dengan kamar yang di dominasi warna Biru laut, Shafa ternyata tidak mengganti warna cat kamarnya. Laki-laki itu kembali menatap sekeliling kamar dengan wajah datar. Ada yang berubah.

"Mana foto-foto kita yang dulu?" Tanya Garra tanpa nada, laki-laki itu berjalan mengitari kamar

Shafa. Shafa yang mendengar itu sedikit terkejut, kenapa juga Garra bisa sedetail itu mengingat kamarnya?.

"Ak-Aku simpen kok! Itu... Foto kita udah pada usang, Ga', udah jelek kalau di pajang" Alibi Shafa, gadis itu dengan cepat mengambil pakaian di lemarinya.

"Aku mandi dulu, Ga" lanjut Shafa, dan berlari ke kamar mandi. Menghindari pertanyaan-pertanyaan Garra kembali.

Sementara Garra, laki-laki tampak terdiam di tempat. Ada sesuatu yang mengganjal dalam perasaanya, namun ia tidak tau apa itu.