webnovel

Perihal Bimbel

Bel pulang telah berbunyi lima menit yang lalu, sementara Shafa dan Garra Belum beranjak dari kelas yang kini tinggal menyisakan mereka berdua. Mereka sama-sama diam, dengan Garra yang menatap lurus kearah Shafa dengan datar, Masih memikirkan perkataan Shafa saat jam istirahat tadi.

"Ga, Aku tetap mau ikut bimbel," ucap Shafa pada akhirnya, kembali membahas hal yang membuat Garra sempat Marah.

"Kamu tau jawaban aku, Shafarah!"

"Tapi Gar-"

"Aku bilang gak boleh!!"

Shafa nyaris terperanjat, Karena terkejut dengan bentakan Garra. Gadis itu mundur selangkah, Takut melihat Garra yang kembali menatapnya tajam.

"Garra..."

"Aku mau, kamu dengerin Aku, Shafa!"

Gadis itu menggeleng, Garra memang tidak pernah berubah. Bagaimanapun laki-laki itu berjanji merubah dirinya, Garra akan selalu mengingkari.

"Kamu memang gak pernah bisa berubah, Ga! Kamu gak pernah coba untuk ngerti keadaan aku gimana, tapi kamu selalu nuntut aku untuk dengerin semua kata-kata kamu!" Ucap Shafa menatap laki-laki didepannya sinis, sementara Garra menatap Shafa tidak percaya.

"Ga... Meskipun aku milik kamu sekarang, tapi kamu juga harus mengerti keadaan aku gimana. Awalnya Aku kira... Kepergian kamu selama dua tahun ini, bisa buat kamu berubah... tapi ternyata enggak... Kamu masih sama dengan yang dulu, Egois!" Lanjut Shafa kembali, namun kali ini suaranya terdengar melemah.

Garra yang mendengar itu, mendadak bungkam. Rasanya tidak nyaman ketika Shafa yang mengucapkan kalimat panjang itu. Sesuatu dalam dirinya merasa tersentil, tapi ia tidak tahu mengapa.

"Garra... Kali ini aja dengerin aku, aku ikut bimbel karena beberapa alasan, dan kamu tau itu. Papah kerja keras buat aku, dia pengen buat aku sukses dan terpelajar, Ga'. itu salah satu alasan kenapa aku ngebet belajar dan ikut beberapa bimbel, karena aku pengen buat Papah bangga..."

"Fa..." Ucap Garra tercekat, namun kembali diam seolah memikirkan sesuatu.

"Kamu boleh tetap ikutan Bimbel,"

Shafa yang mendengar itu menatap Garra tidak percaya berpadu binar di matanya, namun ekspresinya kembali berubah saat Garra kembali mengucapkan sesuatu.

"Tapi aku harus ikut juga, biar aku bisa pantau kamu terus di sana"

Garra tetaplah Garra, Laki-laki posesif yang tidak membiarkan Shafa jauh dari jangkauannya.

*****

"Ini tempat bimbelnya?" Tanya Garra ketika mereka sampai di depan sebuah gedung yang tidak terlalu besar.

Tadi ketika mereka selesai berdebat di kelas, laki-laki itu memilih untuk mengikuti bimbel yang sama dengan Shafa. Dengan seragam yang masih melekat di tubuh mereka, Garra dan Shafa langsung menuju tempat Les tersebut, setelah sempat makan siang di restoran samping sekolahnya.

Shafa hanya mengangguk sebagai jawaban, kemudian mereka berdua turun dari mobil, dan melangkah masuk menuju tempat bimbel tersebut. Hari ini Shafa mendapat jadwal les Bahasa Prancis, jadi Gadis itu harus menaiki tangga terlebih dahulu untuk sampai di kelas yang berada di lantai dua, bersama dengan Garra.

Sedari tadi, Garra tidak melepas rangkulannya di bahu Shafa. Lelaki itu menatap tajam beberapa orang laki-laki yang terang-terangan menatap Shafa atau sekedar menyapa gadis itu.

Tiba di kelas, ada banyak sekali siswa dari sekolah lain, terlihat jelas dari seragam mereka yang berbeda. Kebanyakan dari mereka berasal dari sekolah negeri, yang letaknya tak jauh dari tempat bimbel itu.

"Hai...Shaf!" Shafa yang merasa terpanggil, menoleh, menatap seorang laki-laki ber-almamater merah tengah tersenyum kepadanya. Dia Rico, teman bimbel yang satu-satunya sedikit akrab dengan Shafa. Gadis itu ikut tersenyum tipis, sebelum sebuah tangan meremas tangannya di bawah meja.

"Kemarin kamu gak masuk kelas Kimia, tumben banget, kenapa?" Rico kembali bertanya, belum menyadari kehadiran Garra yang saat ini menampilkan ekspresi tak terbaca.

Saat Shafa hendak menjawab, sebuah suara lebih dulu menyelanya.

"Gak ada urusannya sama Lo!" Sentak Garra bengis.

Sementara yang di bentak menampilkan raut bingung melihat sosok lain di samping Shafa. Rico menatap Shafa dengan pandangan bertanya, namun gadis itu hanya diam dengan ekspresi takut. Sejenak ia diam sebelum senyuman jahil terbit di wajah laki-laki itu.

"Shafa partner Bimbel gue, iyakan Fa'?" Ucap Rico kemudian menatap Shafa menggoda.

Sementara Shafa lantas kembali menatap Garra takut. Rahang lelaki itu kini mengeras, siap meledakkan emosi yang sebentar lagi bisa saja meledak. Gadis itu berusaha menenangkan dengan mengusap Punggung tangan laki-laki itu, walau ia tau hal itu percuma saja.

"Sialan!" Umpat Garra, Sebelum berdiri dari kursinya hendak memberi pelajaran pada Laki-laki itu. Namun sebelum itu terjadi, Shafa menahan tangan Garra erat.

"Garra, Plisss... Aku mohon jangan ribut lagi!" Ucap Shafa pelan, yang di dengar jelas oleh laki-laki itu. Bukan apanya, saat ini mereka tengah berada di tempat bimbel, yang berisi banyak orang. Shafa sungguh tidak mau membuat keributan.

Ajaibnya, Garra langsung duduk walau sempat menghembuskan nafasnya kasar. Memeluk pinggang Shafa dari samping, hal itu berlangsung saat mentor datang hingga kelas berakhir.