“Sudah tuan. Saya sudah menurunkan beberapa pengawal untuk mengintai Daffa,” jawab Ali.
“Baguslah. Aku tunggu kabar selanjutnya,” titah Bayu.
Bayu melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Saat melangkah masuk Saga memanggilnya, “Yu...”
“Jangan sebut aku Yu. Namaku bukan Yu,” kesal Bayu.
“Maaf,” ujar Saga.
“Kenapa kamu datang-datang kesal?” tanya Fendy.
“Ah... Rasanya aku ingin memakan orang,” jawab Bayu dengan kesal sambil membuka kulkas. “Siang ini Daffa menjadi penguntit.”
“Apa???” pekik mereka serempak.
“Iya. Ali tadi mendapat perintah dari Andi untuk mengintai Daffa,” jawab Bayu yang mengambil softdrink.
“Daffa menguntit Andi. Lha.. sekarang Andi ke mana?” tanya Fendy.
“Mana aku tahu,” jawab Bayu yang menutup kulkas.
“Biasanya Andi siang begini ke Sebastian Groups International,” jawab Saga. “Terus kenapa Daffa menguntit Andi?”
“Masalahnya di mobil Andi ada Icha dan juga Rani,” jawab Saga.
“Oh... Andi memang sering mengajak Rani dan juga Icha untuk mengembangkan bakatnya,” sahut Saga.
“Terus kenapa ada Daffa mengikuti Andi?” tanya Bayu.
“Setahuku sih. Daffa mengikuti Andi. Karena ingin menguntit Rani,” jawab Saga.
“Apa!!!” pekik Bayu.
“Iya. Dari awal masuk Daffa memang suka sama Rani. Tapi Rani tidak menyukai Daffa,” jawab Saga.
Bayu yang mendengar jawaban dari Saga hatinya terbakar. Bagaimana tidak Rani sang calon istrinya diincar oleh adik musuhnya.
“Enggak bisa aku biarkan. Daffa tidak boleh menyukai Rani,” geram Bayu.
Fendy hanya diam saja karena tahu kalau Rani menjadi incaran Bayu. Sedangkan Saga yang memegang ponselnya bengong lalu membuang ponselnya secara tidak sadar.
Saat Saga bengong. Fendy mengambil sebuah petasan korek yang berada di atas nakas. Fendy sengaja menyalakan petasan itu di bawah Saga. Setelah menyalakan petasan itu. Fendy menarik Bayu untuk keluar dari ruangan. Apa yang akan terjadi?
Dooorrr.
Saga terhenyak kaget. Hampir saja Saga terjatuh. Kemudian Saga teriak dengan suara menggelegar, “Dasar jangkrik lu!!!”
Fendy dan Bayu tertawa terbahak-bahak mendengar Saga yang berteriak.
“Lagian juga jadi orang kok bengong,” seru Fendy.
Ali yang sudah sampai di tempat kejadian langsung melihat Daffa. Ali mengamati keadaan Daffa.
“Ngapain itu bocah di depan gedung Sebastian Groups?” tanya Ali.
Akhirnya Ali memutuskan untuk keluar dari mobil. Lalu Ali mendekati Daffa dengan gaya coolnya.
“Bro... Ngapain lu di sini pake seragam sekolah segala. Lu kagak takut diciduk sama polisi apa?” tanya Ali dengan ramah.
Daffa yang melihat Ali hanya cengengesan. Kemudian Daffa mendekati Ali dan membisiki sesuatu, “Enggak bang. Aku lagi nunggu seseorang yang ada dalam gedung itu.”
“Oh... Siapa memangnya?” tanya Ali yang penasaran.
“Itu bang. Namanya Rani. Tadi janjinya pulang bersama aku. Tapi kok pulang sama Pak Andi guru matematika,” jawab Daffa yang kesal.
“Mungkin saja Rani temanmu itu jadi selingkuhannya Pak Andi. Sebaiknya kamu pulang. Sebentar lagi ada patroli polisi. Kalau kamu di sini terus kemungkinan kamu akan diciduk,” Ali berusaha memperingati Daffa agar segera pulang.
“Apa benar?” tanya Daffa yang takut berurusan dengan polisi.
“Benar,” jawab Ali.
Sekujur tubuh Daffa mengeluarkan keringat dingin. Daffa segera masuk ke dalam mobil. Tanpa ada permisi ke Ali, Daffa segera menancap gasnya. Sedangkan Ali hanya bisa menggelengkan kepalanya. Lalu Ali memutuskan kembali ke markas.
Malam pun tiba. Seluruh anggota inti berkumpul di suatu ruangan. Mereka terdiam dan tidak saling bicara. Tak lama datang ada suara ketukan pintu yang cukup keras.
“Masuk!!!” teriak March.
Ceklek.
Pintu terbuka.
Ali melangkahkan kakinya untuk menuju ke Bayu. Ali membungkukkan badannya untuk memberi hormat ke Bayu.
“Selamat malam Tuan,” sapa Ali.
“Ya... Ada apa tadi siang?” tanya Bayu.
“Daffa sengaja berhenti di depan kantor Sebastian Gruops,” jawab Ali.
Sebelum Ali meneruskan laporannya. Joko teriak terkejut, “Apa!!!”
“Kenapa?” tanya Fendy.
“Aku mulai curiga dengan adiknya Laras. Bisa-bisanya Daffa menguntit Andi hingga ke Sebastian Groups International,” jawab Joko.
“Lanjutkan!” titah Bayu yang dingin.
“Daffa sengaja mengikuti Tuan Andi. Tapi bukan untuk menguntit Tuan Andi. Melainkan untuk mengikuti Nona Rani,” Ali mulai meneruskan laporannya.
“Rani,” lirih Bayu.
“Itu benar Tuan. Katanya Nona Rani sudah berjanji akan pulang bersama,” Ali menambahkan laporannya.
“Enggak mungkin. Dari pagi Rani sudah menemui aku di kantor,” Andi langsung memotong pembicaraan Ali.
“Yang dikatakan Andi benar. Rani memang meminta ke Andi untuk pergi ke lab. Lalu siangnya pergi ke sana untuk mencari ide,” imbuh March.
“Keluarlah!” titah Bayu.
Ali membungkukkan badannya lalu berpamitan. Setelah itu Ali segera pergi dari ruangan itu. Melihat kepergian Ali, Bayu hanya bisa menghembuskan nafasnya.
“Bagaimana dengan Icha?” tanya Fendy.
“Icha dalam bahaya,” jawab Joko.
“Maksudnya?” tanya Bayu.
“Selama masih ada Laras. Hidup Icha bahaya. Karena Icha sangat menentang pernikahan kalian. Berbagai cara Icha lakukan agar Pak Aryo dan Bu Santi tidak menjalankan rencana pernikahan ini,” jawab Joko sambil meraih ponselnya.
“Memangnya Pak Aryo tidak sepenuhnya percaya dengan Icha?” tanya Bayu yang masih ingin menemukan masalah.
“Ya... Semakin hari... Laras semakin marah dan membenci Icha. Setiap rencana Laras... Icha pasti tahu semuanya,” jawab Joko. “Jujur... Aku tidak bisa melindungi Icha secara terus-menerus. Aku enggak punya cukup waktu.”
“Bayu,” panggil Fendy.
“Ada apa?” tanya Bayu ke Fendy.
“Aku rasa Daffa itu orangnya terlalu obsesi. Dia memang menyukai Rani. Tapi tidak untuk mencintainya,” jawab Fendy.
“Yang dikatakan oleh Fendy benar. Dia memiliki omes yang sangat parah sekali,” tambah Irwan.
“Apa itu omes?” tanya Bayu yang tidak paham dengan istilah anak muda sekarang.
“Otak mesum,” jawab Irwan.
“Kamu tahu informasi itu dari mana?” tanya Joko.
“Memangnya kamu sudah tahu informasi itu ya?” tanya Irwan balik.
“Ya aku tahu itu,” jawab Joko. “Aku kira salah satu dari kalian enggak tahu.”
“Aku tahu itu ketika berada di bar bersama Rio. Aku melihatnya di sana bersama dengan beberapa perempuan. Ya you knowlah,” ucap Irwan.
“Amazing itu anak. Usia delapan belas tahun. Tapi kelakuannya seperti orang dewasa,” puji Andi.
“Ya bisa dikatakan begitu,” sahut Saga.
“Berarti Rani dalam bahaya?” tanya Bayu.
“Pokoknya yang sudah menyangkut dengan keluarga Wiguna. Bisa dikatakan mereka dalam bahaya. Apalagi Daffa orangnya yang sangat pemaksa. Jika tidak sekarang Daffa akan mengamuk seperti kesetanan. Lalu mengerahkan seluruh pengawal Wiguna untuk mencarinya,” jawab Joko.
“Ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus melindungi Rani!” geram Bayu.
“Apa!” pekik March yang baru saja bersuara sambil membalas email.
“Aku sangka kamu puasa ngomong hari ini?” ledek Irwan.
“Sialan lu!” gertak March.
“Apa hubungannya kamu dengan Rani?” tanya March.
“Kamu tahu kan Icha adalah sahabat dekat Rani. Aku tidak mau orang yang berdekatan dengan Icha dalam bahaya,” jawab Bayu.
“Kamu benar,” sahut Saga. “Kenapa aku melupakan itu ya?”
“Lebih baik kamu menurunkan beberapa pengawal. Agar Rani dan keluarganya aman,” Irwan memberikan saran ke Bayu.
“Kalian mana tahu soal Rani. Bayu sudah mengincar Rani untuk dijadikan calon istrinya,” batin Fendy.
“Yang dikatakan Irwan benar. Biar bagaimanapun keluarga Rani yang tidak mengerti apa-apa. Malah bingung dengan tingkah Daffa. Cepat atau lambat Daffa akan memiliki Rani. Walau itu harus membunuh orang yang menentang keras Daffa,” tambah Joko.
“Apakah Daffa masuk ke organisasi bawah tanah?” tanya Bayu yang curiga.
“Ya... Bulan kemarin Daffa dinobatkan sebagai ketua mafia Dragon Knight. Yang di mana organisasi itu sengaja didirikan oleh keluarga Wiguna sendiri terutama Yoga yang sangat terosebsi untuk menjatuhkan lawan bisnisnya,” jawab Joko yang menjelaskan semuanya.
“Bisa gawat ini. Kalau kita tidak menghentikan Daffa. Dunia persilatan akan terjadi perang selanjutnya,” tambah Fendy.
“Yang dikatakan Fendy benar. Kalau kita tidak bisa menghentikan Daffa. Otomatis semuanya bisa terjadi perang antar mafia. Jiwa Daffa masih labil,” tambah Andi.
“Rencana selanjutnya apa?” tanya March.
“Rencana pertama nikah. Setelah itu aku menemui Pak Aryo untuk membatalkan rencana pernikahanku dengan Laras,” jawab Bayu yang menggantung.
“Kalau enggak bisa?” tanya Fendy.
“Tetap aku akan datang ke acara pernikahanku di Bali dengan istriku sambil membawa barang bukti seluruh kejahatan Laras. Dan panggil kepolisian untuk menangkap mereka,” jawab Bayu.
“Bukan ide yang buruk,” sahut March.
“Sebelumnya aku ingin meminta kepolisian untuk menangkap mereka di acara tersebut,” tambah Bayu.
“Bagaimana dengan Wiguna Groups?” tanya March.