webnovel

GARA-GARA TARUHAN

Bagaimana jadinya kalau seorang ketua mafia yang dingin dikejar deadline oleh kedua orang tuanya? Bukan deadline membuat perusahaan keluarga itu besar. Namun ketua mafia itu sedang dikejar deadline untuk menikah. "Kamu sudah menandatangani surat perjanjian yang telah aku berikan dulu!" tegas Aryo sang papa. "Surat apa?" tanya Bayu. "Surat kesepakatan kapan kamu menikah? Tiga bulan lagi kamu harus menikah. Jika tidak Papa akan menghancurkan Stars Corps!" titah Aryo. Bayu Drajat nama pria itu. Bayu memang dikejar-kejar oleh deadline. apa yang harus dilakukannya? Apakah Bayu akan melakukan hal yang gila yaitu melakukan saran yang diberikan oleh saudara kembarnya itu? Sementara seorang gadis muda yang masih bersekolah sedang melakukan taruhan bersama sahabatnya. Namun gadis itu kalah taruhan karena tidak bisa menaklukkan ketua OSIS di sekolahnya. "Rani kamu sudah kalah dari aku. Aku sekarang sudah menembak Kak Rendy," ucap Icha dengan bangga. "Iya kamu benar. Apa yang kamu lakukan setelah ini?" tanya Rani. "Ok... aku memintamu untuk menaklukkan hati ketua mafia White Eragon," jawab Icha. "Apa!!!" pekik Rani. "Apakah kamu sudah gila menyuruhku menaklukkan hati ketua mafia? "Ya kamu benar," jawab Icha. Gara-gara taruhan itu Rani harus menaklukkan hati si Bayu yang dingin itu. Apakah Rani mampu membuat Bayu jatuh cinta? Atau sebaliknya Bayu mengajak Rani menikah walau usianya masih 15 tahun. Ikuti terus kisah Bayu dan juga Rani. Setelah membaca tinggalkan komentarnya ya... terima kasih.

SISCHA DANIASRI · สมัยใหม่
เรตติ้งไม่พอ
62 Chs

ANCAMAN BAYU.

"Aku memang melarangmu. Karena dia adalah calon kakak iparku!" ketus Daffa.

"Memang siapa calon kakak iparmu? Aku sendiri tidak mengenalnya? Apakah kakak iparmu adalah seorang yang terkenal," sungut Rani yang berapi-api.

Bayu yang selesai menilai tugas mendengar keributan. Lalu Bayu melangkahkan kakinya dan membuka pintu. Kemudian Bayu menyuruh mereka masuk ke dalam.

"Kalian berdua masuklah ke dalam!" perintah Bayu yang dingin.

"Tapi," potong Rani.

"Masuk!" bentak Bayu.

Kedua orang itu menuruti permintaan Bayu. Akhirnya Daffa dan Rani masuk ke dalam ruangan dengan diikuti oleh Andi.

"Ada apa kalian berantem?" tanya Bayu.

"Gini pak. Tadi saya memang dari sini. Entah kenapa Daffa melarangku untuk menemui bapak. Saya kan enggak mengerti apa maksudnya?" jelas Rani.

"Benarkah itu Daffa?" tanya Bayu dingin.

"Hey... Daffa. Kenapa kamu melarang Rani bertemu dengan Pak Bayu? Sementara kamu tahu kalau Rani adalah anak IPA. Kamu harus tahu kalau anak IPA akan berhubungan dengan Pak Bayu, Pak Irwan dan juga Pak Saga. Jadi kalau kamu melarang Rani bertemu dengan Pak Bayu itu salah besar," ucap Andi.

"Tapi dia enggak bisa seenaknya masuk ke dalam ruangan Pak Bayu. Sedangkan Pak Bayu sendiri sebentar lagi akan menikah," ketus Daffa.

"Pak Bayu akan segera menikah?" tanya Rani.

"Kamu mau menggoreng isu yang enggak jelas ya?" tanya Bayu yang mulai kesal.

Tak lama Andi membisiki Bayu dengan memberi tahukan kalau Daffa itu adalah adik kandungnya Larasati. Bayu pun mulai mengerti apa yang dimaksud dengan Daffa.

"Yang kamu katakan benar. Sebentar lagi aku akan menikah. Tapi kamu jangan mengatakan kepada siapa-siapa. Jika seluruh siswa dan siswi di sini tahu. Kamu tahu apa yang akan terjadi. Aku bisa saja memberikan surat DO," ancam Bayu dengan dingin.

"Kenapa saya harus terima surat DO? Harusnya Bapak bahagia bisa menikah dengan kakak saya yang cantik itu," ucap Daffa yang sombong.

"Cih... Kakakmu adalah seorang penipu. Mana sudi aku menikahinya?" batin Bayu yang kesal.

"Pokoknya kamu jangan cerita kepada siapa-siapa. Jika berita ini menyebar. Aku pastikan kamu akan mendapat surat DO. Dan kamu Rani. Kamu juga jangan pernah menyebarkan informasi ini ke semua siswa yang berada di sini. Jika Rani sering keluar masuk dari ruanganku. Kamu jangan melarangnya. Karena aku sangat membutuhkan bantuannya. Kamu mengerti?" ancam Bayu dengan serius. "Sekarang kalian keluar dari sini!"

Akhirnya Rani dan Daffa keluar. Saat keluar Rani berpapasan dengan Icha.

"Icha," panggil Rani.

"Kenapa kamu berada di ruangan Pak Bayu?" tanya Icha.

"Aku tadi ada urusan sebentar," jawab Rani.

"Urusan apa?" tanya Icha yang hatinya bersorak kegirangan.

"Nanti aku ceritakan," jawab Rani.

Sebelum Rani melangkahkan kakinya pergi, Daffa menarik tangan Rani dengan penuh amarah. Daffa seakan-akan mengancam Rani melalui pandangan matanya. Namun Rani tidak takut akan itu.

"Jika kamu terus mendekati Pak Bayu. Kamu tahu apa akibatnya?" ancam Daffa.

Rani semakin kesal dengan Daffa. Sorot matanya yang tajam seperti pedang yang akan menghunus ke jantung sang musuh.

"Jika kamu mengancamku secara terus menerus. Aku pastikan kamu akan tidak akan bisa menghirup udara segar," kesal Rani yang membanting Daffa.

Icha yang melihat Rani langsung menutup mulutnya. Icha baru tahu kalau Rani yang sifatnya sangat lembut bisa seperti singa betina.

"OMG... Apakah itu kamu Rani?" tanya Icha yang bergidik ngeri.

"Ya itu aku," jawab Rani yang membersihkan tangannya. "Ayo kita pergi!"

Lalu Rani mengajak Icha masuk ke kelas. Sedangkan Daffa merasa tubuhnya menjadi remuk. Daffa melihat Rani pergi langsung mengepalkan tangannya.

"Sebentar lagi kamu akan menjadi milikku!" geram Daffa.

Tepat pukul 12.00 siang. Bel berbunyi menandakan waktu pulang. Rani yang masih kesal dengan ulah Daffa segera menuju ke ruangan Andi bersama Icha. Sementara itu Daffa mulai menguntit ke mana perginya Rani.

"Awas saja kamu. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu dalam waktu dekat ini. Jangan harap kamu bisa berbahagia dengan orang lain!" ancam Daffa dalam hati.

Sesampainya di ruangan Andi. Icha dan Rani masuk ke dalam dan melihat Andi yang masih bermain game.

"Pak," panggil Icha.

"Eh... Kalian sudah sampai sini. Kalau begitu ikutlah aku ke lab. Kita akan diskusi sebuah alat yang akan dilombakan di New York tiga bulan ke depan," ajak Andi yang berdiri.

"Sekarang pak?" tanya Rani.

"Enggak. Nunggu perang dunia ketiga," jawab Andi.

"Waduh pak. Kalau begitu saya angkat senjata," sahut Rani dengan asal.

Andi hanya tersenyum mendengar celotehannya Rani. Andi ingin menyahuti apa kata Rani. Namun Andi memilih untuk diam. Jika Andi menyahuti perkataan Rani. Dipastikan bahwa identitasnya sebagai anggota mafia akan terbongkar.

Setelah itu Andi mengajak mereka ke Sebastian Groups International. Di dalam perjalanan mereka tidak menyadari bahwa Daffa telah mengikutinya. Saat Andi menyetir. Andi melihat kaca spion mobil.

"Icha," panggil Andi.

"Apa Kak Andi?" tanya Icha.

"Coba lihat di belakang ada mobil siapa?" tanya Andi.

Icha segera menoleh ke belakang lalu melihat mobil siapa yang berada di belakang. Mata Icha membelalak sempurna ketika tahu di belakang itu adalah mobil Daffa.

"Kak Andi bukannya itu mobil Daffa?" tanya Icha.

"Sudah aku duga," kesal Andi.

Entah kenapa Rani semakin gelisah. Semenjak keluar dari kelas Daffa selalu mengikuti dirinya maupun Icha.

"Kenapa Daffa mengikuti kita?" tanya Rani yang gelisah.

"Enggak tahu," jawab Icha yang tidak tahu.

"Icha. Segera hubungi Ali untuk mengintai Daffa. Aku tidak mau berurusan dengan keluarga Wiguna!" titah Andi.

"Baik kak," ucap Icha yang mengambil ponselnya.

Icha segera mengirimkan sebuah pesan ke Ali. Icha meminta Ali agar mengirimkan beberapa pengawal. Karena Andi ingin mengetahui informasi tentang Daffa yang mengikutinya sedari tadi. Sedangkan Rani memilih diam dan banyak berdoa agar Daffa tidak terus mendekat.

Sesampainya di gedung yang tinggi menjulang. Andi segera berhenti di lobi. Mereka akhirnya keluar dari mobil.

"Selamat datang Tuan," sapa Pengawal.

"Parkirkan mobilku," perintah Andi dengan melemparkan kunci mobil itu.

Pengawal itu menangkap kunci mobil itu dan memarkirkan mobil Andi. Kemudian Andi mengajak Rani dan Icha masuk. Andi yang biasanya slengekan dan kocak berubah menjadi dingin. Mata elang yang tajam dan juga mematikan adalah ciri khas Andi. Setiap karyawan dan karyawati yang berada di sana tidak berani memandangnya.

Kemudian Andi membawanya ke ruangan CEO sebentar. Di sana Andi meminta sekretarisnya yang bernama Laudya menyiapkan makan siang dan semua berkas-berkas yang harus ditanda tanganinya. Laudya pun segera melaksanakan perintah Andi.

"Apa yang akan kita buat?" tanya Icha sambil membuka kulkas.

"Apakah kalian ada ide?" tanya Andi balik.

"Aku ada ide membuat alat pengintai yang bisa mengintai musuh," jawab Rani.

"Selain itu?" tanya Andi.

"Bukannya kita masuk ke perlombaan Saints?" tanya Icha.

"Sains kemarin sudah dipilih secara random oleh dewan sekolah. Dari awal kalian sudah memilih teknologi. Mau tidak mau kalian akan melanjutkan kompetisi dalam teknologi," jawab Andi.

"Kalau begitu kita bikin robot yang bisa membersihkan rumah," celetuk Rani.

"Ada lagi?" tanya Icha.

"Pesawat tempur," jawab Rani.

"Ada lagi?" tanya Andi.

"Sebuah program khusus yang bisa mendeteksi orang itu jujur atau bohong," jawab Icha.

"Itu hanya di PC. Bagaimana kalau kita buat robot yang bisa mendeteksi kejujuran seseorang. Jika orang itu berkata jujur. Robot itu bisa tersenyum manis. Dan jika orang itu berkata bohong. Kita bisa memberikan orang itu pelajaran," usul Rani.

"Sebuah ide yang sangat brilian. Menang enggak menang. Aku akan bekerja sama dengan March akan memproduksi masal. Dan barang kalian bisa dijual dengan harga yang epic. Setelah kalian makan siang. Kalian bisa ke ruangan laboratorium," kata Andi.

Ali yang selesai mengadakan pertemuan segera pergi meninggalkan markas. Sebelum pergi Ali melihat sebuah pesan dari Icha. Setelah membaca pesan dari Icha. Ali membawa beberapa pengawal untuk mencari informasi.

Tak selang berapa lama Bayu keluar dari mobil. Bayu melihat Ali yang sedang serius. Dengan jahilnya Bayu melakukan...

Plakkkkkk....

Sebuah tangan Bayu mendarat mulus di bahu Ali. Ali yang mendapat pukulan itu hampir berjingkat.

"Maaf Tuan," ucap Ali.

"Kenapa kamu melamun Ali?" tanya Bayu yang penasaran.

"Tadi saat meeting bersama para pengawal. Nona Icha mengirimkan pesan. Daffa adik dari Laras mengikutinya sampai ke Sebastian Groups International," jawab Ali.

"Apa?" pekik Bayu yang terkejut.

"Itu benar Tuan," jawab Ali yang serius.

"Apakah kamu sudah menyuruh beberapa pengawal untuk mengintai Daffa?" tanya Bayu.