“Aish.. itu bocah,” kesal Aryo. “Apakah kamu ingat dengan Fendy?”
“Masihlah. Itukan anakku juga. Aku yang melahirkan,” geram Santi.
“Bukannya begitu. Fendy itu bocah susah diatur. Disuruh megang Asco bersama Bayu. Malah milih kabur ke Finlandia,” Aryo semakin kesal terhadap Fendy.
“Biarkanlah pa. Memang dari dulu Fendy sangat unik sekali. Bahkan lebih absurd ketimbang Bayu. Gara-gara papa... mama jadi rindu pada Fendy,” ucap Santi dengan sendu. “Jika Bayu tidak ingin menikah dengan Laras. Lebih baik Fendy Pa. Papa tahu kalau Fendy tidak kalah ganteng dari Bayu.”
“Sepertinya Laras sangat mencintai Bayu ma. Aku mencoba menawarkan Fendy ke Laras. Tapi Laras menolaknya. Katanya Laras tidak sudi mempunyai calon suami yang urakan seperti Fendy,” ujar Aryo blak-blakan.
Sontak saja Santi terkejut dengan pengakuan Laras. Bagaimana bisa Laras mengatakan hal yang menyakitkan seperti pedang menusuk ke jantungnya?
“Apa!!!” teriak Santi.
“Ya itu benar Ma. Laras mengatakan kalau Fendy itu urakan,” ujar Aryo yang blak-blakan.
“Aku tidak setuju dengan Laras. Meski Fendy urakan. Fendy adalah pria baik,” Santi mencoba membela Fendy.
Santi sangat kecewa dengan pengakuan Laras. Meski tidak dekat dengan Fendy namun Santi sangat mengkhawatirkan keadaannya. Walau Fendy sendiri sudah mandiri dan mendapatkan penghasilan tanpa harus memegang Asco.
Laras yang sedang bersantai dikejutkan dengan pengawalnya yang sudah berdiri di depannya. Pengawal itu memang sengaja masuk ke dalam tanpa mengetuk pintu. Bagi Laras sendiri hal itu sudah biasa. Bahkan jika Laras ingin menyalurkan hasratnya tanpa aba-aba langsung menerkam Pengawalnya itu. Bagi pengawal yang dapat durian runtuh dari Laras malah tidak menolaknya. Bahkan mereka mendapatkan secara gratis.
“Ish... Kalian ini?” kesal Laras.
“Maaf nona,” Pengawal itu langsung membungkuk dan meminta maaf.
“Ada apa?” tanya Laras.
“Nona kami menemukan keberadaan Tuan Bayu,” jawab Pengawal itu.
“Di mana Bayu sekarang?” tanya Laras yang tidak bersahabat.
“Tuan Bayu sekarang berada di kaki Gunung Salak,” jawab Pengawal itu.
“Baiklah. Aku segera ke sana,” sahut Laras dengan wajah bahagia.
“Apakah anda perlu sopir nona?” tanya Pengawal itu.
“Tidak perlu. Aku bisa ke sana sendiri. Kirimkan sharelocknya saja,” ketus Laras.
Joko yang masih mengevaluasi nilai sekolah merasakan sesuatu. Joko tidak sengaja mencium bau-bau Laras berada di sekitarnya.
Brakkkk!!!
Sebuah tangan membuka pintu kamar Joko sangat kuat sekali. Sementara itu Irwan masuk tanpa perasaan bersalah dan cengengesan. Joko yang melihat Irwan hanya bisa menghela nafasnya berkali-kali lalu mengumpati Joko dengan kesal, “Sialan lu! Masuk... Masuk... enggak ketuk pintu malah menggebrak pintu. Untung saja jantungku enggak keluar dari tempatnya!”
Irwan terkekeh melihat Joko yang kesal. Lalu Irwan memberikan tabnya dan memberi tahu mobil Laras bergerak menuju ke kaki Gunung Salak. Kemudian Joko mulai melihat mobil Laras ke mana pergi?
“Laras pergi ke mana? Bukan urusanku!” kesal Joko yang sedang mengevaluasi nilai muridnya itu.
“Kamu mau tahu ke mana Laras pergi? Laras mengetahui di mana keberadaan Bayu sekarang,” jawab Irwan.
March yang lewat di depan kamar Joko terkejut atas pemberitahuan Irwan. Lalu March masuk ke dalam ruangan itu.
“Apa yang kamu bicarakan?” tanya March.
“Laras mengejar Bayu,” jawab Irwan.
Sontak saja March terkejut. Sebelum Bayu pergi March mendapat pesan jangan ada yang tahu keberadaannya. Dengan mengepalkan tangannya March memukul meja.
“Bayu sedang menyendiri saat ini,” ucap March.
“Apa?” pekik mereka serempak.
“Jika ada yang membocorkan kita dalam masalah besar,” geram Irwan.
“Kemungkinan kita akan latihan fisik di hutan terlarang selama sebulan! Argh... Tidak bisa dibiarkan. Gara-gara kuntilanak kita jadi sasaran!” geram Joko.
“Lebih baik aku mengejarnya. Sebelum kita dapat masalah besar,” keluh Irwan.
“Aku juga,” sahut March.
Setelah itu mereka memutuskan untuk mengejar Laras. Sebelum mengejar Laras Joko mengirimkan pesan ke Bayu agar berhati-hati.
Bayu yang masih sibuk dengan laptopnya tak sengaja mendapat pesan dari Joko. Matanya membulat sempurna dan membaca pesan tersebut. Dengan kesalnya Bayu segera membereskan laptopnya dan juga memakai baju.
“Huh... Kenapa sih kuntilanak itu selalu mengejarku? Kenapa enggak mengejar Andi yang wajahnya imut atau March dengan wajah bulenya. Atau juga Saga yang mirip sekali dengan Jung Kook,” keluh Bayu yang mengambil kunci dan juga ponselnya itu.
Bayu segera meninggalkan tempat itu. Sebelum menuju ke mobil Bayu melihat Laras memarkir mobilnya. Dengan seribu langkahnya Bayu dengan cepat menghilang di balik pohon.
“Sialan itu kuntilanak!” batin Bayu yang geram. “Gimana gue bisa kabur. Kalau si kuntilanaknya agresif begitu!”
Kemudian Bayu meninggalkan area itu dengan melewati hutan.
“Bener-bener sial dech gue!” umpat Bayu.
POV 3.
Melihat Bayu yang dikejar oleh Laras. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Bayu yang banyak akal sudah tiba-tiba saja musnah begitu saja. Kemudian Bayu semakin bingung mau ke mana lagi. Niatnya ingin bersembunyi dan menyendiri. Namun apa daya Bayu sedang terjebak dalam kondisi yang tidak bisa ditebak sama sekali.
“Bayu.... Lebih baik kamu lurus saja. Aku akan membantumu kabur dari sini!” teriakku.
“Ck... Kamu itu yang membuat aku jadi apes! Berharap bisa menyendiri tanpa ada gangguan. Malah ketemu dengan kuntilanak,” maki Bayu.
“Oh maaf,” ucapku dengan memelas.
“Tiada maaf bagimu! Harusnya kamu membuat hidupku damai sebentar. Ini malah buat hidupku ruwet,” ujar Bayu.
“Ayo sini aku bantu mencarikan jalan,” Aku langsung menarik tangan Bayu dan mengingat di mana aku masuk tadi.
Setelah keluar dari hutan. Bayu merasakan perasaan yang lega. Baru kali ini Bayu sedang diburu oleh Laras hatinya langsung menciut. Kalau boleh memilih Ketimbang dikejar oleh Laras lebih baik Bayu dikejar sama musuh.
Selang beberapa lama. Ada satu mobil minibus yang sedang melintas. Lalu Bayu mengayunkan tangannya untuk menghentikan mobil itu.
March yang sedang membawa mobil menancap gasnya. Joko dan Irwan sangat gelisah sekali. Mereka sangat khawatir sekali jika Laras menemukan Bayu. Jika Laras sampai menemukan Bayu. Akan ada bencana besar di White Eragon.
Sebelum sampai ke rumah Bayu. Irwan, Joko dan March yang berada di dalam mobil diam tanpa ada ekspresi. Mereka tidak sengaja melihat Bayu yang berada di depannya.
“Bukannya itu Bayu,” seru Irwan.
“Iya itu Bayu,” sahut March yang tiba-tiba saja berhenti mendadak.
Ciiiiittt.
March berhasil menghentikan mobilnya. Hampir saja March menabrak Bayu dan melihatnya dengan memelas, “Untung saja kita tidak menabraknya. Kalau sampai menabraknya kemungkinan besar kita yang celaka.”
“Masih untung belum buntung ya March,” sahut Joko.
“Sialan lu Joko!!!” umpat March.
Bayu yang menghentikan mobil itu tidak jadi tertabrak. Tetapi Bayu sangat bersyukur sekali. Itu tandanya Bayu masih diberi kesempatan untuk hidup lagi. Lalu Bayu mendekati mobil itu dan mengetuk kaca mobil tersebut.
“Mas... Kang... Koh... Atau siapalah. Tolongin saya. Saya sedang dikejar sama kuntilanak,” Bayu terus-menerus mengetuk kaca mobil itu.
Mereka yang berada di dalam mobil menahan tawanya melihat Bayu yang memelas. Bagaimana tidak Bayu mengetuk pintu dengan wajah memelas untuk memohon dibukakan pintu. Kemudian March membuka pintu dari dalam dan Joko membukanya.
Saat pintu terbuka Bayu memuji sikap orang yang memberikan tumpangan tersebut.
“Syukurlah masih ada orang baik di dunia ini. Semoga Tuhan membalas kebaikan entah siapa namamu itu.”
Kemudian Bayu masuk ke dalam dan menutup pintu.
Tak lama March melajukan mobilnya ke tempat di rumah Bayu. Bayu yang diam-diam melihat mereka menuju ke tempat semula langsung wajahnya pucat dan meraba punggungnya untuk mencari air softgunnya. Namun Bayu tidak menemukannya sama sekali.
“Argh... Sial... Kenapa aku tidak membawa pistolku sih?” umpat Bayu dalam hati.
“Mau di bawa ke mana aku?” tanya Bayu yang mulai dingin dengan tangan mengepal.
“Mau nganterin kamu ke Laras,” jawab Joko yang tanpa berdosa.
“Bisakah kalian tidak ke sana?” tanya Bayu dengan datar.
“Maaf... Aku harus menuruti keinginan Laras,” jawab Irwan dengan dingin.
Sontak saja Bayu kaget. Bayu baru menyadari apa yang sedang mereka bicarakan. Lalu Bayu berpikir kenapa orang yang berada di dalam mobil itu tahu Laras. Apakah Bayu sedang masuk ke dalam perangkap anak buah Laras? Kenapa sang sopir menuju ke tempat di mana Bayu di tempatnya?
Sesampainya di rumah yang bisa dibilang kecil. March menghentikan laju mobilnya tersebut. Mereka yang tidak sengaja berakting langsung memainkan skenarionya.
“Berikan kunci mobilmu itu!” titah Joko.
“Buat apa aku memberikan kunci mobilku ke kamu? Apakah kamu ingin membuatku menderita?” tanya Bayu.
“Berikan kunci mobilmu itu?” perintah Joko.
“Tidak,” jawab Bayu.
“Yakin... Kalau mobil lu tetap berada di sini? Kalau mobil lu tetap berada di sini gue pastiin Laras nungguin lu di sini,” sahut March.
“Apa lu semua anak buah si kuntilanak?” tanya Bayu yang kesal