webnovel

Cinta Jenny

Pagi itu aku bangun dengan perasaan enggan, ada suara pesan dari WA , yg membuat ku bangun, sepagi ini siapa yg WA, kulihat jam menunjukan pukul 5:30 ada dari sekolah dan dari Jenny. Ternyata hari ini sekolah di liburkan karena akan ada rapat. Dan info itu juga di sampaikan Jenny, dia meminta aku ke rumahnya pagi ini. Aku putuskan tetap pergi ke sekolah tanpa bilang Mami Rima, bahwa sekolah libur. Di Kamar Rima saat ku tengok sebelah ku sudah tak ada mami, dengan hanya mengenakan boxer aku keluar kamar. Aku memperhatikan Rima memakai daster pendek dan ikatan tali tipis di pundaknya, tampak sexy, entah otak ku mungkin yg selalu saja melihat Rima tampak menggairahkan. Selalu saja setiap kali melihat dia, libido ku langsung naik dan ingin bercinta dengannya. Aku menghampiri Rima yg sedang sibuk membuat sarapan. Aku peluk dari belakang, melingkarkan tangan di pinggangnya, ternyata dia sudah memakai CD lagi, kalo polos mau aku segera ajak bercinta lagi.

"Selamat pagi sayang." Rima menyempatkan mencium pipi ku, dan melanjutkan persiapan sandwich juga omlet. Aku mencium lehernya.

"Mmmmmhh aku keringetan sayang" mami Rima menghindari ciuman ku. Tangan ku sepontan meraba payudaranya dan meremasnya.

"Riiiooo iiih..gelliii" Rima bergelinjang

Aku malah tetap meremasnya dan mencari putingnya. Mami memutar tubuhnya ke arah aku. Dan mendekatkan wajahnya ke wajah ku.

" Kita udah berkali-kali ML, dan kamu entah udah berapa puluh kali mainin itu dan menghisap di situ, masih belum puas?" Mami senyum heran memandang aku

"Aku engga tau, kenapa setiap liat kamu selalu aja ingin ada di deket kamu, menyentuh kamu, sekedar peluk kamu atau cium kamu, pokoknya nempel sama kamu. Kalo bisa ML terus sama kamu" aku berbicara jujur apa adanya tentang rasa itu

"Iiihhh aku kasih tau ya, itu yg dirasakan kalo pengantin baru, makanya suka ada honeymoon, biar bisa terus menerus ML kapan aja dan di mana aja." Rima menggoda aku.

"Ya udah hayo kita honeymoon " pinta ku

"Yogya ya," ajak mami Rima, berhasil memancing ku.

"Pertengahan Desember ya, aku mungkin sudah libur sekolah" jawab ku

"Kamu minta jadwal libur sekolah, kalo perlu nanti aku telpon sekolah kamu, jadi aku bisa boking tiket dan hotel dari jauh hari." Aku tersenyum atas ide mami.

"Iya aku mau"

"Sip" jawab mami sambil mencium kening ku.

"Tapi janji ya, jangan larang aku, bercinta setiap saat dan di mana aja" aku mau dia berjanji.

"Iya boleh, tapi engga di tempat umum loh ya" mami pasang muka khawatir aku menjadi liar hasratnya.

"Kalo di mobil, tempat umum bukan" aku jadi membayangkan bercinta di mobil yg parkir di pantai.

"Auuw Rio.. nakalnya mau ML di mobil, emangnya engga sempit?" Tanya Rima sambil membayangkan.

"Iiiih serem iiih pergi sama Rio, aku bisa habis terus di perkosa kamu" sambil mami menghindari aku, aku remas bokongnya karena gemes.

"Auuuwwwwhh"

Mami Rima melambaikan tangan pada ku dari dalam pintu rumahnya, aku menyambutnya, sebelum aku tancap gas motor trail yg sempet menginap beberapa hari di tempat Mami, aku menuju ke rumah jenny pagi ini. Sepanjang jalan aku memikirkan tentang Mami Rima dan Jenny, ada sisi dimana aku merasa nyaman berada dekat Jenny, di sisi lain Rima melengkapi apa yang harus aku lakukan buat mereka, kalo saja aku bisa melepas salah satu dari mereka, pasti akan ada luka mendalam di antara mereka, jenny pasti kan marah kalo tau aku telah jauh melangkah berhubungan dengan perempuan seusia mama ku. Atau mungkin seusia mami Jenny. Tapi aku terlanjur masuk jauh kedalam kehidupan mami Rima. Aku coba melepas sementara Rima, karena sekarang sudah memasuki halaman rumah Jenny. Aku telpon Jenny. Dan bilang sudah di depan pagar, tak lama pagar terbuka, aku masuk, dia bilang pintu samping tidak di kunci aku jalan ke arah samping rumah yang langsung berhubungan dengan dapur. aku langsung masuk, kulihat Jenny memakai kaos yg ke besaran dan hanya itu yg dia pakai. panjang sebatas pahanya.

"Selamat Pagi Rio..."

"Pagi Jenny." Aku menghampiri dia dan mencium pipinya.

"Kok sepi?" Tanya ku sambil melihat ke arah dalam.

"Iya, mami papi lagi ada acara ke Bandung, makanya aku suruh kamu ke sini temenin aku." Jawab jenny sambil membuat sarapan "kamu belum sarapan kan?" Tanyanya sambil menatap ku.

"Belum, kmu bikin apa?" Tanya ku sambil kembali menghampiri Jenny.

"Nasi goreng, katanya kamu ga suka sarapan yg cuma roti, makanya aku bikinin yg berat sekalian biar jadi Endut" jenny senyum-senyum ke aku. Aku memeluk dia dari belakang, aku meraba pinggangnya, ternyata dia hanya mengenakan CD saja. Dari sini aku bisa perhatikan gerakan dadanya yg bergoyang bebas, pertanda dia tidak menggunakan bra, wow.. batinku berkata. Jenny menoleh ke arah ku, dan mencium pipi ku. Ada yg segera bergerak membentuk menjadi keras. Saat bersentuhan dengan bokong jenny yg terus bergerak mengaduk nasi di penggorengan. Aku menikmati.

"Aauuuwww, ada yg nusuk-nusuk nih" jenny mencubit hidung ku sambil senyum. Aku sengaja meluruskan posisi penisku agar tegak. Dan kembali menempelkannya di antara bongkahan bokong Jenny yg menonjol sempurna, meski kecil tapi pas untuk ukuran badannya. Dadanya makin menantang. Aku coba meraba. Benar saja no bra, aku meremasnya.

"Iiiihhh Rioooo" jenny mendesah panjang.

"Sana dulu iiih, nanti kena minyak panas loh" jenny memandang ku manja. Aku mencium bibirnya. Dia membalasnya

"Udah, kamunya duduk dulu di sana, aku masih keringetan. Masih bau" jenny mendorong aku ke kursi yg ada di dapur. Aku memperhatikan setiap gerakanya. Saat akan menuangkan di atas piring.

"Sayang, satu piring aja berdua" sambil aku menghampiri.

"Kamu cukup emang?" Sambil Jenny menoleh kearahku.

"Tadi udah nyomot roti di rumah" aku membantu meletakan piring di dekat wajan. Sambil Jenny bercerita tentang info mendadak sekolah libur, dan tidak mungkin ikut mami papi ke Bandung. Aku ijin mami buat ngajak kamu nginep di sini. Dengan berbagai syarat dan mereka setuju.

"Kamu udah mandi?" Tanya ku sambil melihat dia masih pake baju tidur.

"Belum, kamu tunggu ya. Bentar lagi aku mau mandi" jawab jenny santai selesai dia makan.

"Hmmm.boleh ga aku ikut mandi, panas banget tadi di jalan.

"Iya engga apa-apa, kaos kamu ada tuh di lemari kamar aku, boxer cari aja lah yang cocok buat kamu" jenny dengan santai pindah ke sofa dekat ruang TV, dan mulai mencari acara TV yg dia suka. Sambil aku berjalan mengikuti di belakang dia, dan duduk di sebelahnya.

"Maksud aku mandi bareng kamu" aku menatap dia tersenyum.

"Iiiihhh...maunya" jenny mengusap wajah ku

"Jen beneran, janji engga ML" aku tetap mencoba.

"Iiiih...Rio," dia menatap aku, mempertanyakan beneran atau sekedar bercanda.

" Aku cuma mau liat kamu polos, dan mandiin kamu, janji aku engga minta macem-macem " aku memegang tanganya

"Hmm, kayanya aku malu deh trus takut" dia menatap aku bingung.

"Aku engga akan aneh-aneh percaya deh"

"Kalo aku jadi mau gimana?"

"Engga kita engga boleh ML," jelasku

"Riiioooo aaahhh, aneh-aneh deh" jenny menatap ku manja.

"Tapi boleh kan?" Aku sedikit memaksa

"Hmmmmm" dia menggigit bibir bawahnya nya. Dia masih ragu dan malu untuk melakukan itu, mungkin kalo sudah aku cumbu, dan kita sama-sama dalam keadaan polos pasti dia tak malu dan ragu lagi. Aku harus bersabar.

"Ya udah, nanti aja kalo kamu belum siap" sambil aku mencium pipinya. Dia menatap ku dengan bimbang,

" Kamu , engga marahkan.?" Dia mencari ketulusan di mata ku.

"Kenapa mesti marah, aku kan cuma mau coba seperti apa sih rasa nya mandi bareng sama pacar, kalo kamu engga mau, ya engga usah. Itu harus suka sama suka bukan terpaksa." Aku menatapnya dan mencium matanya.

"Udah lupaiin aja," aku mencium bibirnya

"Aku mau cuci piring, terus mau mandi, di mana kamar mandi aku?" Sambil aku berjalan mengambil piring bekas kita makan dan ke pantry tempat kita masak tadi.

" Kamu bisa mandi di kamar aku, cuci piring biar aku aja." Sambil Jenny menyusul ke Pantry. Aku tak mau melepaskan tetap lanjut, karena dia yg memasak, aku yg cuci. Jenny peluk aku dari belakang.

"Sepertinya enak kalo kita tinggal satu rumah, semoga kita kuliah di kota yg sama" jenny berkhayal sambil peluk aku dan mengigit pundak ku.

"Aauuuww" saat giginya menjepit pundak aku, begitu jenny kalo gemes, cubit , gigit sudah biasa,

"Kamu kalo kuliah mau di mana?" Tanya ku

"Bandung atau Yogyakarta" jenny menatap ku,

"Kalo kamu Rio?" Matanya berharap bisa sama-sama.

"Iya sama kaya kamu, tapi mungkin aku engga bisa kuliah di tempat favorit, terlalu mahal buat otak yg tanggung kaya aku, kalo pinter bisa beasiswa, gratis kuliah" aku menghela nafas tak terbayang akan melanjutkan kemana. Belum jelas tujuan hidup aku.

"Semoga kita bisa sama-sama di kota yg sama, aku nyaman kalo kemana aja, atau di mana aja, asal ada kamu." Sambil Jenny memeluk erat aku. Aku memutar tubuh hingga bisa berhadapan dengan jenny.

" Kalo gitu kita nikah aja, siapa tau bisa tinggal di Jerman, kuliah atau kerja apa gitu" aku sekedar berkhayal mengikuti arah mimpi Jenny.

"Iya ya, mending kita nikah dulu, baru kuliah dan kerja di luar, seru juga tuh" jenny mengamini ide aku.

" Kenapa kita harus nikah dulu, menurut kamu Rio" jenny naik ke pinggang ku, minta di gendong. Aku menggendong dan sambil berjalan ke arah kamarnya di atas .

" Gaya hidup di sana mungkin sex bebas, kita ga bisa ikut gaya mereka, tapi kita butuh bergaul dan kita bisa seperti mereka, bedanya kita sudah resmi, hanya menunda hamil saja." Jawab aku seenaknya aja.

"Justru aku mikirnya, kuliah jadi lebih fokus, karena kita sama-sama ingin cepat selesai, tidak ada drama-drama tentang hubungan kita." Jenny menguatkan idenya.

"Tapi papi mami pasti tidak setuju, mama papa juga mungkin sama, karena mereka pikir setelah menikah kita punya anak dan akhirnya tidak melanjutkan sekolah" aku coba memberi realita yg ada.

" Mungkin mereka butuh bukti atau komitmen kita. Mereka anggap ide kita hanya sebatas melihat senangnya saja tapi tak berpikir hal lain yg harus menjadi pertimbangan" jenny terus memandangku dengan wajah serius. Aku mulai masuk ke toilet di kamar Jenny. Dia tak sadar kalo kita sudah di toilet, saat aku turunkan dia dari gendongan, baru dia melihat-lihat sekitarnya.

"Iiih kenapa ke kamar mandi?" Wajahnya tampak bingung. Aku dengan santai menutup pintu toilet , kemudian melepas seragam juga celana seragam.

"Riooooo" dia diam tak bergerak. Aku meneruskan melepas boxer dan menggantungkannya di sisi pintu toilet, jenny menutup mukanya. Aku telah polos dan menghampiri shower melewati dia. Dan menyiram tubuhku dengan air hangat, seolah dia tidak ada di situ. Dia tetap tidak bergerak dan diam di posisinya.

"Rioooo"

"Apa.." aku mulai memakai sabun.

"Iiiiihhhh" jenny bingung harus bagaimana.

"Ya udah"

"Ya udah apa??" Tanya jenny sambil tak mau membuka tangan di mukanya.

"Kalo mau mandi bareng, ke sini. Kalo engga mau ya terserah kamu" jawab ku sambil membelakangi dia, aku mulai menggosok tangan dan badan ku. Lama tak ada jawaban, juga tak ada suara pintu di buka. Aku melanjutkan menggosok badan dengan sabun. Tiba-tiba ada tangan Jenny memeluk tubuh ku dari belakang. Aku merasakan lembut payudaranya menekan punggung ku. Aku berhasil membuat dia mau mandi bersama. Saat akan menoleh, tanganya menahan pipiku untuk tidak menoleh.

"Iiiihhhh engga boleh liat, menghadap situ aja." Jenny hanya memeluk pinggang aku. Aku maju sedikit. Dan menyalahkan shower

"Iiiihhh Rioooo" Jenny protes aku yakin dia kena siram.

"Apa" aku pura-pura tidak tau, tanganya lepas dari pelukan aku, entah apa yg dia lakukan, aku memutar tubuh ku. Dia hanya mengenakan CD, rambut dan badannya sudah basah. Saat tersadar aku memutar dia berlari segera memeluk aku, untuk menutupi tubuhnya. Justru itu yg aku mau, penis ku sudah mulai mengeras dan memanjang. Dia agak kaget tapi tak bisa di elakkan, aku mengambil sabun dan menggosokkan ke punggungnya, dia diam tangannya aku sabuni dia masih diam tak mau memandang aku. Penis ku makin tegak. Saat aku sentuh bokongnya dan menarik lebih dekat lagi. Dia mendesah

"aaahhhhhh"

Aku mulai ke pundaknya, dan menggosok turun, dan lagi ketika sampai di payudaranya aku mengelusnya dan meremasnya lembut

"Ssshhhhh aaaahhhhh, Riooo" kedua tangan ku kini sibuk menggosok dan meremas Payudaranya. Dia memegang penis ku, menyabuni dan terus meneliti. Menggosoknya. Aku bantu mengajarkan dia untuk mengurut dan mengocok, tanganya mengikuti arahan aku.

"Uuuhhhh..Kalo di giniin, enak banget sayang" ucap ku

"Rio, besar banget. Sakit engga sih kalo di masukin" wajahnya terus memandang penis ku. Aku terus meminta dia melakukan urutan dan kocokan perlahan di batang penis ku.

"Sakit nya sebentar, tapi jadi terbayar dengan enaknya, katanya gitu mereka bilang" kini aku agak menurunkan kaki ku agar kepala penisku bisa di gosokan ke vagina Jenny yg masih merah dan hanya berambut sedikit bulu lembut, hampir polos ke seluruhan vaginanya, ingin rasanya menjilatinya. Perlahan aku arahkan kepala penis ku mendekati vaginanya.

"Rio mau apa? " Dia menatap aku sayu, tapi tak menolak arahan ku, kedua tanganya tetap memegang penis ku. Aku mulai menggesek an di belahan hangat itu.

"Aaaahhhhhhh Riiiooooo, jangan di masukin" tatapannya memohon ke aku.

"Engga sayang, aku engga akan masukin, kan aku udah janji sama kamu" aku meyakininya agar dia lebih tenang. Aku terus menggesekkan ke situ, tanganya ikut membantu, dan sedikit menekan ke dalam, desahnya selalu keluar saat mengenai klitorisnya.

"Aaahhhhh enak bangettt " jenny mulai menikmati, matanya terpejam. Ku biarkan dia menggesekkan sendiri, meski agak ngilu aku mulai merasakan enak. Aku membilas tubuh kita dengan air hangat, dia menikmati itu, aku menggosokkan badannya.

"Sekarang gini sayang" aku memutar tubuh Jenny membelakangi aku, aku sedikit naikan bokongnya, dari selanya batang penis ku dorong perlahan ke depan.

"Rioo jangan di masukinnn" jenny mengeluh manja, dia tak paham apa yg ingin aku lakukan.

"Engga sayang, cuma di jepit aja"

"Gimana" tanya jenny polos. Aku mengarahkan semua, aku suruh dia menahan kepala penis ku tetap menempel di sela itu, aku mulai memaju dan memundurkan perlahan, dia mulai paham. Ini stimulasi ML gaya yg paling aku suka, gerakan aku sudah seperti bercinta dengan Jenny dari belakang orang yg melihat ini pasti mengira kita sedang bercinta. Tangan ku meremas payudara indah milik Jenny, payudara itu mulai kenyal dan putingnya mulai menonjol keras dia telah terangsang dengan petting yg aku lakukan.

"Aaahhhh, sayang.. enak iiiihhh" Jenny merintih dan mendesah, aku semakin bersemangat. Nikmat juga aku rasakan, sentuhan bokong Jenny ke pangkal paha ku terasa nikmat ada suara "plok plok" keluar dari sentuhan itu, jenny otomatis menaikan bokongnya, kakinya jinjit agar gesekan itu tepat mengenai klitoris. Tak butuh lama gerakan ku makin ku percepat.

"Riiiooooo iiiih aku mau keluar.." jenny makin menekan kepala penis ku ke vaginanya. Aku memacu gerakan itu semakin cepat.

"Aaaaaggghhhhhhh Riiioooo" Tubuh Jenny kejang cairan itu keluar tanganya makin menekan kepala penisku makin kedalam sodokan itu akhirnya meleset dan nyaris masuk.

"AAUUWWWW RIOO" Jenny berteriak, karena kepala itu hampir menjebol lubang vagina Jenny. Aku melepaskan posisi itu.

"Iiih Rio, sakit..eh bukan sakit sih tapi kaget" Jenny menatapku dengan expresi kaget.

"Maaf, karena kamu keluar jadi licin dan meleset, maaf ya sayang" aku menatap Jenny sambil memegang ke dua pipinya.

"Sakit sayang?" Tanya ku lagi.

"Sakit cuma sedikit, tapi kaget aja ada benda keras nyodok masuk, karena baru keluar jadi geli banget rasanya" jenny polos bercerita semua. Seperti mengingat sesuatu jenny menatap ku segera.

" Iihh kamu belum keluar" jenny berkomentar dan aku membimbing jemari jenny mengngocok dan mengurutnya, ku minta di percepat . Jenny mengikuti semua arahan aku dia memposisikan berdiri dengan tumitnya agar mudah melakukan kocokan yg semakin aku minta di percepat dan lebih di rapatkan tangannya agar terasa seperti menjepit.

"Aaahhh..Jen, aku mau keluar " rintih ku coba merasakan dorongan itu.

"Keluarin aja, aku harus gimana nih?" Jenny masih bingung meski dia tak melemahkan cengkraman pada batang penis ku, dan kocokannya.

"Rio..aku harus gimana??" Sekali lagi Jenny bertanya menatap ku, aku sudah tak mampu berkata-kata, ingin rasanya membimbing mulutnya untuk menghisap penis ku, tapi aku tak kuasa aku takut dia tidak menyukai, toh Rima saja belum pernah seperti itu. Aku biarkan Jenny melakukan semaunya.

"Aaggggrrhhhhhh" crot, crot Jenny kaget dan tetap mengurut dalam persi lembut seolah memaksa keluar semua sperma ku, dia pandai mengurutnya, rasa nya enak sekali

Aku menari tubuhnya untuk berdiri. Ada lelehan sperma di rambut dan wajahnya.

"Sayang maaf ya, jadi kena kamu" aku coba membersihkannya.

"Iiih engga apa-apa Rio, aku suka liat punya kamu keluar, dan liat wajah kamu, aku kok bahagia ya" Jenny senyum-senyum. Sambil aku nyalahkan shower.

"Bahagia gimana?" Tanya aku penasaran

" Iya seneng aja, banyak hal, kita tetep bisa ngesex dapet klimaks, tapi bisa tetep jaga komitmen, kamu bisa bikin aku klimaks dan aku bisa bikin kamu klimaks, kayanya pasangan yg saling bikin bahagia aja." Jenny menatap ku bahagia matanya berkaca-kaca, aku mencium bibir nya dan memeluk tubuhnya erat. Dia naik ke pinggangku minta di gendong. Ini memang bentuk bahagianya. Di gendong menciumi, mencubit kalo menahan sesuatu bisa mencengkram atau menggigit, aku menikmati personal touch, yg dia lakukan. Bukan sebagai bentuk siksaan tapi lebih seperti expresi rasa bahagia atau tertarik dengan apa yg di alaminya.

Aku bilas tubuh ku dan tubuhnya, aku mengambil kimono sambil terus menggendong dia, karena kali ini dia tak mau lepas dari gendongan ku, kepalanya di sandarkan di bahu ku. Sebisa mungkin aku mengeringkan air di tubuhnya dan di rambut nya, dia meminta aku menghampiri lemari bajunya, dia meminta handuk kecil untuk rambutnya, dan menunjukan empat kaos ku yg biasa dia pakai, dan ada boxer yg agak pendek, tapi masih bisa aku pakai. Dia meminta aku memilihkan baju buat dia, aku ambilkan babydoll berbahan sutra tipis pasti sexy, dan aku bilang 'no underwear ' dia protes.

"Iiiih aku engga biasa kalo engga pake CD "

Aku ambilkan CD transparan warna gelap. Saat aku turunkan di tempat tidur, dia masih saja begitu posisinya, cuma kini dia memeluk guling. Aku menutup tubuhnya dengan selimut. Sampai aku selesai pake baju dia tetap begitu, aku menghampiri

'kamu engga pake baju dulu" tanya ku

"Hmm nanti aja, aku lemes dan ngantuk" jawab jenny sambil matanya tetap terpejam.

Aku turun mematikan TV, mengunci pintu, aku menyusul Jenny ke kamar. Dia sudah tertidur dalam keadaan polos di balik selimutnya. Aku lebih memilih menyalahkan TV di kamarnya duduk bersandar di tepian ranjang persis di sebelahnya. Lamunanku melayang seandainya tadi aku tak sengaja merusak selaput daranya tanpa sengaja, akan banyak masalah yg akan timbul, mungkin bisa saja sampai tiga bulan kita tak ke tahuan, selanjutnya papi mami nya akan marah besar pada ku, selama ini aku selalu menjaga komitmen untuk tidak ML, karena aku menyayangi Jenny, dan aku tak bisa memastikan apakah aku akan menikah dengannya. Gaya hidupnya sudah bercampur dengan keseharian masyarakat Jerman, meski ada beberapa yg bisa di pertahankan tradisi perempuan Jawa, tapi apakah aku mampu mempertahankan cinta yg tumbuh apa adanya, aku khawatir papi mami, menuntut agar kehidupan Jenny lebih baik dari mereka. Aku tak mampu menjanjikan kan hal itu. Cinta kita masih baik-baik saja, mereka masih tetap baik dengan keadaan aku sekarang. Biar lah itu menjadi misteri, tapi kalo di banding dengan hubungan ku ke Rima, ini masih lebih realistis, kendala akan datang dari pihak keluarga ku. Mama tak akan pernah menyetujui hubungan ku dengan Rima, tapi aku masih bisa melakukan hubungan itu selama aku bisa menyimpan rapat tentang Rima, bisa saja aku kuliah di Yogya dan Mami Rima tinggal di sana, kita bisa hidup bersama di sana. Mami akan selalu support dengan segala keputusan ku. Aku menyukai cara Rima mencintai aku, dan aku menyayangi Jenny dan lebih ingin membuat dia bahagia, aku ingin menjalani sisa hidup ku bersama Jenny dan Rima. Mungkin kah aku bisa menyatukan mereka.

" Kayanya TV engga di tonton deh, kmu mikir apa sih?" Jenny bangun dan memeluk aku. Aku senyum dan merapatkan pelukan

" Mikirin kamu" jawab ku singkat.

"Apa yg kamu pikirin tentang aku?" Tanya Jenny menatap aku.

" Mau milikin kamu selamanya" sambil mengecup keningnya.

" Aku udah jadi milik kamu kok"

" Aku sayang kamu."

" Aku pacar, istri, calon istri, tunangan, adek kamu, sodara kamu, aku bisa jadi apa aja yg kamu mau. Aku sudah jadi milik kamu." Jenny menjelaskan semua, tinggal tunggu waktu dan restu. Kalo itu sudah dapat. Jenny akan menjadi seutuhnya milik ku.

"Kamu engga boleh pulang loh, temenin aku di sini malam ini." Jenny menatap aku manja dan menarik tubuh ku lebih erat lagi ke tubuhnya.

"Iya aku temenin kamu, jangan kan cuma malam ini, selamanya juga boleh" aku mengecup keningnya.

"Gombal" Jenny mencubit pinggang ku.

"Rio, aku mau curhat" sambung Jenny.

"Apa ," aku menegakan duduk ku, jenny tiduran di paha ku, masih saja dia tak mau mengenakan babydoll dan CD yg sudah aku ambilkan, dia lebih memilih polos tanpa mengenakan apa-apa.

" Lelaki yg aku perbolehkan masuk sedalam ini, dan sedekat ini cuma kamu, aku sangat percaya kamu, aku sangat mencintai kamu. Semoga kamu tidak pernah melukai hati aku." Jenny bangkit duduk di pangkuan ku kini dia lebih percaya diri dengan tubuh polosnya di depan aku. Aku merangkul pinggangnya memeluk erat tubuhnya.