"Nona, hati-hati mobilnya…"
"..." Xing Jiu'an tak bisa berkata apa-apa. Dia tercengang sejenak, lalu dia membalikkan badannya dan melihat apa yang terjadi.
Mobil yang tadinya berhenti kini mesinnya menyala lagi. Tatapan Xing Jiu'an tertuju kepada orang yang duduk di kursi pengemudi. Orang tersebut adalah pria yang sangat akrab dengannya. Namun, mata pria itu memancarkan kegilaan. Kali ini, dia tidak bisa menghindar lagi. Dengan matanya sendiri, dia menyaksikan mobil itu melaju kencang dan menabraknya. Organ-organ dalam tubuhnya seolah sudah berpindah, namun dia masih memegang erat ponsel di tangannya. Ponselnya memiliki lapisan pelindung, jadi meskipun ponsel itu jatuh terhempas di atas tanah bersamanya, tapi sama sekali tidak rusak, bahkan sambungan teleponnya dengan Mu Qing juga tak terputus.
Suara cemas Mu Qing masih terdengar dari ponsel Xing Jiu'an. Mu Qing terus memanggil namanya tanpa henti. Pandangan mata Xing Jiu'an terasa kabur. Rasa sakit yang amat sangat membuatnya hampir tidak bisa bernapas. Dengan rasa sakit yang tak tertahankan, dia berpikir, jika dia tidak menelepon kakak seperguruannya, maka dia pasti akan baik-baik saja. Kakak seperguruan… pasti dia sedih karena kematianku, kan? Pikirnya.
Efek kecelakaan yang baru saja dirasakannya begitu hebat. Xing Jiu'an hendak membuka mulutnya dan menjawab orang yang memanggil namanya di ponsel. Namun pada saat dia membuka mulut, justru cairan berwarna merah segar yang keluar dari mulutnya. Dia sangat membenci bau amis darah ini.
Sekeliling Xing Jiu'an tampak kacau. Sepertinya ada orang yang mengatakan akan memanggil polisi, ada pula yang memanggil ambulans. Selain itu, dia juga mendengar teriakan wanita dan suara tangis anak-anak, suasana sangat kacau saat ini. Dia melihat mereka semua dalam pandangan kaburnya, gerakan orang-orang itu tampak seperti dalam adegan pantomim.
Xing Jiu'an sudah tak kuat lagi memegang ponselnya. Ponsel yang tadinya digenggam erat di tangannya pun kini terjatuh ke tanah. Dia tak tahu apakah sambungan teleponnya sudah ditutup atau ada jawaban dari saudara seperguruannya itu. Tiba-tiba, tatapan matanya menjadi gelap. Suasana di sekelilingnya perlahan menjadi sunyi senyap. Xing Jiu'an, yang punya begitu banyak orang yang begitu mencintainya di sekelilingnya dan yang ingin melihat kembang api di hari ulang tahunnya yang ke 21 tahun, tapi akhirnya meninggal dengan mengenaskan di pinggir jalan di tengah kegelapan malam. Hanya ada dirinya sendirian.
***
Xing Jiu'an merasa kepalanya sakit ketika dia bangun lagi. Ingatannya sepertinya agak terganggu. Ketika dia melihat ke sekeliling, dia masih tinggal di dalam rumah sambil makan kue. Ketika kesadarannya perlahan-lahan pulih, dia menemukan ada sesuatu yang salah. Misalnya, ulang tahunnya saat musim dingin dan saat tidur dia mengenakan piyama mewah bermotif panda. Namun sekarang, dia mengenakan T-shirt dan celana pendek. Lututnya juga sama sekali tidak memiliki bekas kecelakaan yang dialaminya.
Selain itu, saat dia kembali ke rumah Keluarga Huo, dia tetap mempertahankan rambut panjangnya Sedangkan sekarang, rambutnya tak panjang lagi. Dia mengulurkan tangan dan ternyata rambutnya masih agak pendek. Sejak kecil hingga usia dewasa seperti sekarang, hanya dua kali dia mempertahankan rambut panjangnya. Yang pertama adalah saat dia masih kecil dan yang kedua adalah saat dia diangkat anak oleh Keluarga Huo.
Sebelum Xing Jiu'an sempat melihat ponselnya lebih dulu, sekelebat ide melintas di benaknya dan dia segera mencari cermin terlebih dahulu. Letak cermin itu di sebelah bantal, sehingga lebih mudah untuknya menemukannya. Gadis yang wajahnya terpantul di cermin masih tampak sangat muda, dengan rambut abu-abu keperakan yang tampak agak berantakan. Beberapa helai rambutnya yang kusut menutupi wajahnya. Kulitnya sangat putih dan fitur wajahnya begitu halus. Dia memang lebih sering dengan rambut pendek, seperti tokoh utama yang ada di dalam komik yang bertubuh ramping dan kurus, tapi tidak rapuh.
Xing Jiu'an yakin mengambil ponselnya dan melihat waktu. Dia sangat yakin bahwa waktu saat ini adalah suatu hari yang cukup lama di dalam ingatannya. Pada hari ini, orang tua kandungnya mendatanginya. Mereka memberitahunya bahwa dia adalah anak mereka yang pernah salah dibawa orang 19 tahun yang lalu dan kini mereka ingin membawanya pulang.
Kedua tangan Xing Jiu'an seketika gemetar hebat. Dia mendadak teringat kenangan akan kematiannya. Rasa sakit itu begitu tak tertahankan. Xing Jiu'an mendadak terpikirkan sesuatu yang bahkan sangat mustahil…
Dirinya bereinkarnasi.
Xing Jiu'an kembali ke musim panas saat dia berusia 19 tahun. Masih belum ada yang terjadi pada hari ini. Dia juga belum kembali ke rumah Keluarga Huo. Dia juga belum putus dari kakak seperguruannya dan belum meninggalkan perguruan. Dia masih Xing Jiu'an yang menikmati bantuan dari orang banyak.
Xing Jiu'an membuka bibirnya, entah dia ingin tertawa atau menangis. Tepat pada saat ini, bel pintu berbunyi nyaring.