webnovel

bunda anya

Raka inget dengan jelas wanita paruh baya yang berdiri di depannya, wanita yang Raka rindukan selama ini, wanita yang mengganti sosok ibu dihatinya walau dengan nyata ibu kandungnya masih hidup hingga kini. Raka melangkah mendekati sosok bunda Anya yang berdiri mematung sambil menatapnya penuh heran. apa kah dia pernah bertemu dengannya? dengan keras bunda Anya mencoba mengingat wajah tampan Raka, wajah yang seperti tidak asing namun dia lupa dimana dia bertemu dengan pemuda didepannya ini. sedangkan Raka mulai mendekat meraih satu tangan bunda Anya dwan di angkat hingga menyentuh pipi kanannya kemudian mengusapnya. Raka terus memegang telapak tangan bunda Anya agar tangan itu terus membelai dan mengusap pipinya dengan lembut, Sama seperti dulu bunda Anya lakukan padanya ketika mereka masih kecil.

"bunda..ini Raka Bun,"

"raka.. Raka Atmaja.. Eshel Raka Atmaja.." bunda Anya menyebut serentetan nama panjang Raka, dengan mata yang berkaca-kaca. Raka mengangguk kan kepalanya beberapa kali dan bunda Anya pun tak tahan untuk tidak memeluk tubuh tegap Raka, ya.. Raka anak dari sahabat sekaligus tetangganya di Bali dulu, anak laki-laki yang selalu manja dengannya, anak laki-laki yang diperlakukan selayaknya putra sendiri. mereka berpelukan dengan erat, sedangkan Khana yang melihat adegan itu hanya mengernyitkan kedua alis nya. bingung dan seketika pula dia mengingat tadi bundanya menyebutkan sebuah nama 'eshel' . apa Eshel sahabat kecilnya? Eshel yang selalu berebut suapan dari bundanya.. dan selalu mengambil perhatian dari kakaknya?

"Raka rindu Bun,"

"bunda juga rindu sama Raka."

"bunda.. jadi Raka ini.... es..Eshel?" kata Khana seolah meminta penjelasan bundanya.

"iya.." jawab sang bunda seraya menatap Raka yang tersenyum menatap Khana.

"Nana.."

"Eshel, aku ga nyangka.. jadi ini elo, gw ga nyangka, kog badan Lo bisa gede gini sih.. dulu badan Lo kecil, dah kayak orang Ethiopia yang kurang gizi tau ga?wkwkkwk" kata Khana sambil ketawa lebar.

"enak aja kamu na..ngatain gw kurang gizi"

"sudah-sudah, yok dilanjut di dalam ngobrolnya." kata bunda Anya melerai keduanya.

Raka Pov

sungguh dalam mimpi pun aku tak pernah menyangka bahwa Khana yang aku kenal sekaligus aku sukai adalah 'nana' sahabat kecilku yang sering aku bikin kesal, dan yang juga membuat aku bahagia karena bertemu bunda Anya, bunda yang selalu menentramkan hati, membuat aku merasa dihargai sebagai seorang anak.

"bunda masak apa Bun, bau nya enak banget, jadi laper."

"ya udah cuci tangan sana, terus kita makan," kata bunda.

"Khana mana Bun?" tanya Raka sambil berjalan ke wastafel dan mencuci tangannya.

"taruh tas di kamar, bentar lagi juga turun, Oya.. gimana kabar orang tua, ka?"

"Alhamdulilah, mereka semua baik, Bun?"

"bunda kenapa ga pernah kirim kabar? Raka bingung mau nyari bunda kemana, padahal Raka kangen banget." jawab Raka sambil menarik kursi disamping meja makan.

"bunda, masak apa?" tanya Khana sambil menarik kursi diseberang Raka.

"main comot aja, udah cuci tangan belum lo, na?" kata Raka sambil menepuk tangan Khana yang mau ambil tempe goreng.

"aduh sakit.."

"makanya jangan clamitan, cuci tangan dulu Sono,"

"aku udah cuci tangan, cuci kaki, ga lihat gw juga dah ganti baju,"

"elahhh... sorri deh, na.. kirain belum cuci tangan Lo."

"kalian berdua ini..mau ngulang masa kecil?"

"ga lah Bun.." kata raka

"makan ayok laper nih.." kata Khana sambil ambil piring di sisi meja.

"siapin Bun.." pinta Raka

"dasar anak kecil.." kata Khana sambil mencibir

"bodo amat.. seterah lo, na mau ngomong apa?"

"suapin ya Bun.."pinta Raka lagi.

"iya ... iya... bunda suapin, mau pakai lauk apa?"

"tempe goreng, sama ayam yang paha Bun,"

"Maruk amat."kata Khana

"biarin, Lo sirik aja sih, na?"

bunda Anya mulai menyuapi Raka dengan penuh sayang, hal ini malah membuat Raka sedih, dia ingat kepada orang tuanya yang tak pernah memperdulikannya, apa lagi pada sosok ibunya yang tak pernah menyuapi, jangan kan itu sekedar untuk menemani dia menonton film kartun kesukaannya atau menemani dia tidurpun tidak.

"Lo kenapa,ka?"tanya Khana ketika tidak sengaja dia melihat Raka menghapus air mata dari sudut matanya.

"ga apa-apa kok,seneng aja ketemu lagi sama bunda Anya."

"oh.. jadi seneng nya cuma ketemu sama bunda doang, sama gw enggak?"

"ya ga gitulah.. bahagia gw ketemu sama Lo na."

"huh" Khana mencibirkan bibirnya.. sontak saja hal itu membuat Raka gemas, dan reflek mencubit pipi khana.

"gemes gw."

"sakit tau.." sedang bunda Anya hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua anak beda jenis kelamin dihadapannya.

"berarti kalian satu sekolah?" tanya bunda.

"iya Bun?" jawab raka.

"oh..gitu, terus kalian pacaran?"tanya bunda Anya lagi.

"kog bunda nanya gitu..?" kata Khana

"lha terus tiba-tiba kamu diantar pulang gitu sama Raka kan ga biasanya juga kamu bawa temen cowok ke rumah."

"ya ga lah.. Bun.. tadi tuh Raka aja yang pingin main ke rumah, ya Khana iya in aja.. kasian tar dia nangis kalo ga boleh.."

"hahahaha...enak aja, mau nya sih gitu Bun, pacaran sama Khana tapi apa mau dikata, Khana kan udah punya Adit ."

"Oya.. kog Khana ga cerita?"

"buat apa cerita, Bun, orang udah putus juga."

"ha?! putus, makanya jangan jutek sama orang,"

"bunda sok tahu, mana pernah Khana jutek sama orang."

"iya jutek sih ga, cuma ga respek aja Ama orang sekitar." kata Raka.

"emang cueknya kebangetan tuh kamu, na."kata bunda.

"iya deh iya.. "jawab Khana pasrah.

suasana makan berlangsung penuh canda dan penuh curhatan, terlalu lama Raka tak merasakan kehangatan keluarga seperti ini, dan dia bersyukur telah menemukan kembali orang-orang yang dia sayangi.