webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
46 Chs

Episode 80

Hari-hari Kris di sibukkan dengan menemani keluarga Chiko untuk berjalan-jalan. Mulai dari tempat-tempat rekreasi di Jakarta, bahkan sampai ke Bandung, dan Bali.

Ah, kalian pasti bingung kan, bagaimana cara Kris bisa pergi ke Bali di sela-sela jadwal padatnya?

Lelaki yang penuh akal itu mengatur agar jadwal libur miliknya tidak di ganggu. Rapat, dan pertemuan lainnya dia serahkan kepada general managernya.

Sekembalinya dari Bali selama seminggu, Kris di sibukkan dengan tugasnya di kantor untuk melanjutkan rancangan aplikasi barunya. Ah, tapi... aplikasinya ini harus dia selesaikan sebelum akhir bulan. Karena jika belum selesai, dia tidak bisa pergi kemana-mana dulu.

Itu berarti, pilihannya untuk menemani Chiko batal. Gagal.

"Kau masih di kantor?" Tanya Chiko, yang menelepon Kris. Dia saat ini sedang berada di Fons, bersama Steffi, Alex dan Ellen. "Aku sedang di Fons."

"Maaf, Chiko. Aku masih di kantor. Aku akan kesana sekitar jam tujuh. Apa kau mau menungguku dulu disana?"

"Baiklah. Aku akan makan malam terlebih dulu kalau begitu ya."

"Sepertinya kalian makin dekat saja," goda Steffi, yang sedang memangku Ellen. "Alex saja tidak pernah sebaik itu saat kami belum menikah dulu."

Alex langsung sensitif mengingat masa kenalan mereka yang singkat itu. "Hei, hei. Stef, kita sudah tinggal satu rumah sebelum kita menikah. Kau ingat?"

"Apa?" Tanya Chiko kaget, "Kalian tinggal bersama sebelum menikah?"

"Ya, itu karena kecelakaan bodoh yang dibuat olehnya," ujar Alex, "Jadi, terpaksa aku menerimanya di rumahku. Asal kau tahu saja, ya, Steffi adalah perempuan paling parah yang ku kenal saat itu."

"Alex!" Seru Steffi kesal.

"Bahkan kami bertengkar hampir setiap hari. Tapi, entahlah, aku menyukainya walaupun begitu," jelas Alex singkat. Alex melirik sekilas kepada jari tengah tangan kiri Chiko. Dia memakai sebuah cincin yang sederhana nan manis. Cocok untuk jarinya yang lentik. "Aku bahkan tidak memiliki inisiatif macam apapun untuk membelikan Steffi perhiasan, seperti yang diberikan Kris untukmu itu."

Chiko tersipu malu.

Cincin itu diberikan Kris saat mereka di Pantai Pandawa. Entah kapan membeli cincin tersebut. Tetapi, Kris secara resmi melamarnya di bibir Pantai Pandawa, dan memasangkan cincin itu di jari tengah tangan kiri Chiko.

"Aku mencintaimu. Mungkin ini singkat. Dan ini semua mungkin adalah ulah teman-temanku yan mempertemukanmu denganku. Tapi, aku sungguh-sungguh dengan perasaanku. Maukah kau mempercayai ucapanku, dan membagi hidupmu bersamaku selama sisa hidupmu?"

Lamaran Kris bukanlah lamaran yang istimewa sebenarnya. Hanya kalimat biasa nan sederhana yang di rangkainya dengan tulus.

Tapi, bagi Chiko, ucapannya adalah hal yang indah dan manis.

"Pasti dia melamarmu dengan kikuk?" Tebak Alex.

Chiko menggeleng. "Tidak. Dia mengatakannya dengan mudah, dan luwes. Tidak ada ketakutan dalam ucapannya."

"Baiklah," desah Alex. Berbeda dengan saat dia melamar...

Kring-kring.

"Alex!! Good to see you here! Where's Kris?"

"Belum pulang. Katanya dia mau lembur supaya bisa pergi ke Jepang akhir bulan ini."

"Untuk apa?" Tanya Kree. Ah, perempuan itu masuk seenaknya saja dan langsung masuk ke dalam Fons dan berkomentar seenak mulutnya mau bicara saja.

"Bertemu orangtuanya. Lalu, menentukan tanggal pernikahannya dengan Chiko," jawab Alex.

Kree baru sadar bahwa disana ada Chiko. This is the time. Saat yang tepat untuk menyingkirkan perempuan menyebalkan ini, batin Kree dalam hatinya.

"Aku pergi dulu," kata Alex pamit, "Ayo Stef. Sampai nanti, Chiko, Kree. Ellen, ucapkan salam pada Tante Chiko dan Kree."

"Dadah Tante Chiko, dan Tante Kree!! Ellen pulang dulu ya!"

-----

Baiklah. Tinggal Kree dan Chiko di Fons. Kree melihat Chiko yang duduk di seberangnya, dan dia, melihat pula cincin yang bersinar dan berkilau di jari tengah Chiko.

"Kris memberimu cincin itu?"

Chiko menoleh, tersenyum simpul, lalu lalu mengangguk.

"Ternyata dia masih seperti yang dulu. Ah, apa dia melamarmu, atau mengatakan sesuatu yang kikuk saat memberikan cincin itu?"

Kali ini, Chiko menggeleng. "Tidak. Dia mengatakannya dengan lancar, tanpa beban dan tidak kikuk."

"Padahal Kris selalu bersikap aneh kalau dia dekat atau akan membicarakan hal serius pada orang yang disukainya. Ah, dia memang selalu begitu."

"Kau dekat dengan Kris?"

Sangat. "Bisa di bilang begitu. Dia sepupuku jauhku," jawabnya ringan. "Kau sudah mengenal Kris dengan cukup baik kan?"

"Tentu saja," balas Chiko.

"Berarti kau juga tahu kalau Kris menyukai tequila, dan merokok di saat dia inginkan, bukan?"

Chiko mengernyitkan keningnya.

"Kau tidak tahu? Ah, pasti kau tahu yang ini," lanjut Kree, "Kris hanya menyukai Sumatra Mandheling untuk kopinya. Bukan jenis yang lainnya."

Chiko mengangguk kali ini.

"Tanpa krim dan gula tambahan."

Chiko diam kali ini. "Aku... tidak tahu sampai sedetail itu. Ternyata kau memang sangat mengenal Kris dengan baik."

"Jangan mengklaim kalau kau sudah benar-benar mengenal Kris, Nona Nakahara. Kau hanya mendengar sebagian kecil tentang ceritanya." Ada nada keangkuhan dalam perkataan Kree barusan. "Hm. Berarti kau tidak belum mengenal siapa Kris. Dan kau belum tahu siapa Erika bukan?"

Chiko tidak tahu. Siapa itu Erika? Apa ada kaitannya perempuan bernama Erika itu dengan Kris?

"Dia adalah istri Kris. Ah, pasti kau tidak tahu ya? Oh, dan hanya pada Erika sajalah Kris benar-benar jatuh cinta, merasakan cinta yang sangat di cintainya. Tidak ada sama sekali yang bisa mengubah hatinya."

"Istri?"

"Ya. Kau pikir dengan usia 36 tahun, Kris belum pernah menikah sama sekali? Jangan bodoh." Kree mulai memainkan nada bicaranya, seolah dia adalah kamus yang tahu segala hal. "Dia menikah saat usianya 25 tahun. Tapi setelah beberapa bulan menikah dan menetap di sini, Erika meninggal. Lalu Kris menjadi kakek-kakek muda dengan tampilan dirinya yang mengenaskan itu."

Tapi, pasti dia sudah melupakan Erika, bukan? Mana mungkin dia masih...

"Ah, Erika tidak akan tergantikan. Dia adalah gadis yang terlalu sempurna untuk di cela, terlalu indah untuk jadi nyata." Kree semakin merasa dirinya akan menang. "Dia lulusan sekolah khusus putri. Lidahnya sangat sensitif, seorang koki yang hebat. Melakukan pekerjaan rumah dengan sempurna. Dan yang paling penting, dia adalah istri yang sempurna untuk lelaki manapun."

Kali ini, rasa tak nyaman mulai merasuki hati Chiko. Gadis itu ingin lari. Dia tidak suka mendengar hal-hal semacam ini.

"Jika Kris belum pernah menceritakan hal ini padamu, itu sudah pasti karena dia tidak bisa melupakan Erika. Aku pun tidak akan melupakan Erika jika aku seorang lelaki yang pernah menyukainya."

Chiko merasakan matanya mulai basah. Dia pun keluar dari Fons. Tapi di pintu masuknya dia menabrak Tatsuya yang hendak masuk. "Chiko?"

Gadis itu mendongak sebentar. "Maafkan aku."

"Ada apa? Kenapa kau menangis?"

Gadis itu menggeleng cepat. "Tolong berikan ini untuk Kris." Chiko memberikan cincin yang di pakainya pada Tatsuya agar di sampaikan kepada Kris. "Tolong sampaikan aku akan melupakannya. Aku tidak akan mengganggunya lagi."

"Tapi... Chiko! Chiko!!"

Gadis itu sudah menjauh. Tatsuya pun membuka pintu Fons. Dia mendapati Kree di sana dengan wajah sumringah senang.

Tidak perlu berpikir terlalu lama. Tatsuya sudah mengerti bahwa iblis kecil ini adalah penyebab Chiko seperti itu tadi.

Maruyama Tatsuya

Kris, aku rasa Chiko sudah tahu tentang Erika. Kree baru memberitahunya. Lebih baik kau temui Chiko secepatnya dan katakan yang sebenarnya.