webnovel

Fons Cafe #2

Tatsuya Maruyama is a success lawyer. Alexander Kougami is genius physic teacher. Carlos Takamasa is the womanizer scriptwriter. Leonardo Shibasaki is the cold hand oncology surgeon. David Kajima is the funniest comedian of the year. Kris Aikawa is the funky business man. They all have the same problem about woman. --- Berteman sejak masa sekolah, menjadikan mereka berenam selalu paham satu sama lain, dan hingga pada akhirnya satu per satu di antara mereka pun memutuskan untuk mulai melangkah dan mencari pasangan hidupnya. Setelah Tatsuya, Alex dan Carlos menemukan tulang rusuk mereka. Mungkin kisah ini sudah selesai bagi mereka bertiga. Namun, tidak demikian bagi Leo, David dan Kris! Apakah Leo, David dan Kris mendapatkan kesempatan mereka juga untuk bahagia?

Abigail_Prasetyo · วัยรุ่น
เรตติ้งไม่พอ
46 Chs

Episode 72

Selang beberapa tahun sejak sahabat lelaki pertamanya itu menikah. Kemudian, menyusul pula yang lainnya. Bahkan, David yang paling muda di antara mereka berenam pun kini sudah memiliki Tyas yang menjadi pendampingnya di hidupnya.

Kini, tinggallah Kris yang menyendiri di studio barunya.

Baru-baru ini, Kris membeli sebuah studio baru di Montagne Apartment, lantai 9. Apartemen yang sama dengan apartemen yang Alex tinggali. Kris bosan hidup sendirian di rumah mewahnya di jalan protokol.

Jadi, sejak David menikah, dia memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah studio yang hanya muat untuk sebuah ranjang, meja kerjanya yang penuh dengan berbagai kabel, dan arena hiburannya, TV. Kamar mandinya hanya ada shower, wastafel dan kloset. Bajunya hanya ada beberapa saja disini. Dan untuk dapur, tidak ada dapur.

"How's life, Bro?" Tanya Carlos sambil meminum sake. "David sudah jarang kemari sepertinya sejak menikah?"

"Hei, David masih belum pulang dari bulan madunya, tahu!!" Gerutu Kris. "Aku kesal kalau harus mengingat Si Bocah itu sudah menikah dan meninggalkanku melajang sendirian seperti ini. Ngomong-ngomong, dimana Rhea?"

Carlos menyelesaikan ketikannya di laptop, "Rhea dan Sandy sedang ke Perancis, dan aku menolak untuk ikut. Karena kau tahu, Rhea pergi bersama orangtuanya. Jadi aku pikir itu adalah hal yang bagus. Sometimes, family time is needed right?"

Keluarga. Ah, Kris jadi rindu keluarganya di Jepang sana.

"Kris! Krisss!!!!" Seruan itu muncul dari luar Fons, yang kemudian masuk.

"Ya Tuhan! Kau akan membuat semua pelangganku pergi, Lex kalau bersikap seperti itu terus!!"

"Gomen--maaf. Tapi kau harus lihat berita ini! Aku yakin kau terkejut!" Alex menyodorkan ponselnya kepada Kris. Berita di internet yang sudah tersiar ke seluruh dunia itu membuat Alex berpikir kalau Kris pasti tidak tahu. Pasalnya, Kris bukanlah orang yang suka membaca berita di internet, walaupun keluarganya mempunyai perusahaan di bidang IT.

"Bacakan sajalah!" Pintanya.

Alex ragu, tapi kemudian dia mulai menarik napasnya dan membacanya perlahan. "The son of Shourai Tech has move on finally. He was seen by the media last Thursday on an event in the Embassy of Japan, helding hands with the Ambassador Culture, Michiko Nakahara..."

"Apa!?" Kris kaget, "Siapa?! Siapa yang menulis berita itu? Bisa-bisanya dia menuliskan berita seperti itu!"

"Tunggu, kau berpegangan tangan dengan Duta Kebudayaan itu memangnya?" Tanya Carlos, "Atau itu hanya jabat tangan biasa? Ah, tapi sepertinya kalau hanya jabat tangan tidak akan seheboh ini di dunia maya."

Terkutuklah orang-orang yang berani menulis hal mengenai Kris.

"Shourai Tech sepertinya akan mengadakan pesta besar-besaran nih," goda Alex, "Berita ini sudah tersebar ke seluruh dunia, Kris. Dan sudah di tulis sejak dua hari lalu ternyata!"

"Harusnya itu sudah menjadi berita basi!"

"Memang, tapi, berita tentang satu-satunya lajang yang tersisa dari Shourai Tech adalah berita yang paling seru buat orang-orang di luar sana. Khususnya warga Jepang dan Asia lainnya," jelas Alex lagi.

"Aduh, aduh!" Kris mengerutkan keningnya saat Shoucall, sebuah aplikasi yang di buat dari Shourai Tech dari ponsel Kris berdering. Terpampang jelas bahwa peneleponnya adalah ayahnya Kris dari Jepang sana. "Ayahku menelepon! Kenapa bisa begini?!"

"Angkat saja!" Seru Carlos, "Kau tidak ingat saat David dulu di telepon Ibunya?"

Kris menepuk dahinya lalu mengangkatnya segera. "Hai, Otousan--ya, Ayah. Kebetulan sekali Otousan meneleponku di siang hari seperti ini--"

"Kebetulan sekali kau mau mengangkat telepon dariku!" Balas Otousan, melalui Shoucall-nya. "Kau tahu? Aku berusaha untuk menghubungimu dari kemarin, dan kau tidak mengangkatnya! Apa kau sudah melupakan ayahmu sendiri?"

"Tidak! Tentu tidak Otousan!! Hanya saja, aku sedang sibuk beberapa hari ini."

"Kau sibuk dengan Michiko Nakahara yang di sebut-sebut sebagai kekasih, dan calon istri barumu itu ya?"

Kris mematung. "Tidak, Otousan! Mana mungkin aku bisa menggantikannya? Otousan tahu sendiri kalau aku selama ini tidak pernah hidup dengan siapapun, dan perempuan manapun, bukan?"

"Tetap saja. Itu bukan berarti kau bebas dari perempuan. Kau pasti tahu seorang lelaki tidak akan bisa hidup tanpa perempuan kan?"

Kris merasa kalah, ayahnya ini bukanlah orang yang mudah di perdaya, dan di ajak kompromi.

"Aku ingin kalian cepat menikah. Kau sudah di pertengahan tiga puluh tahun, Kris. Apalagi yang kau tunggu? Erika tidak akan bahagia jika melihatmu masih seperti ini terus-terusan. Mengerti?"

Ah, mendengar nama Erika di sebut akhirnya Kris mengangguk. Entahlah, nama itu seperti magnet untuknya. Rindu, adalah satu kata yang tepat menggambarkan perasaannya kepada Erika.

"Baiklah. Aku tunggu kabar baik itu dari Kyoto. Sayonara."

Alex dan Carlos tiba-tiba mendadak terkejut dengan perubahan ekspresi yang di tunjukkan oleh Kris. "Kris? Kau kenapa?"

"Tidak. Aku tidak akan melupakan Erika meskipun aku mati sekalipun!" Seru Kris mantap, lalu berlalu begitu saja.

"Kris!" Seru Alex, "Kau mau kemana?"

"Shourai Tower. Bekerja." Tanpa banyak basa-basi, Alex hilang di balik pintu, Fons.

Setelahnya, Leo, David dan Tatsuya yang sedari tadi menyamar menjadi pelanggan di Fons, keluar. Begitu pula dengan para istri mereka yang masing-masing turun dari lantai dua.

"Baiklah. Kita tidak bisa meninggalkan Kris melajang untuk seumur hidupnya kan?" Kata Leo, "Jadi, kurasa, ini saat yang tepat untuk membuat dia dengan Duta Kebudayaan itu bersatu."

"Hei, siapa yang membuat ide gila ini?" Sanggah David.

"Tentu saja ini ulahmu, Bodoh!!!" Seru Leo, Alex, Tatsuya dan Carlos.

"Tapi ini cara agar Kris bisa hidup senang dan bahagia. Kalian memangnya tidak sedih kalau melihat Kris sendirian tiap akhir tahun, hanya mengenang Erika?"

Semuanya diam.

"Kalian sedih bukan? Begitu pula aku. Apa lagi aku tidak bisa sering-sering menemaninya sekarang sejak menikah," sorot mata David melirik ke arah Tyas.

"Hei, hei, hei!! Fokus, Vid, fokus!!" Alex berseru untuk mengingatkan sambil menjentikkan jarinya beberapa kali di depan David. "So, we'll stick on the plan?"

"Tepat sekali."

"Baiklah, jadi ingat ya, kalian, para ibu muda disini harus bisa bagaimanapun caranya mendekati Michiko Nakahara itu," jelas David, "Kalian berempat, pastikan Kris tidak curiga, tapi tetap mau untuk ikut blind date yang kita susun ini."

"Heh, kau sendiri melakukan apa?" Selidik Tatsuya.

"Aku? Ya aku akan mengontrol dari sini..."

Semuanya memasang tatapan maut mereka, lalu melipat tangan di depan dada. Kesal, akan jawaban yang mereka dengar dari mulut David.

"Tidak, tidak... aku juga ikut membantu kalian! Tenang saja, kalian semua tidak perlu sangar seperti itu!"

"Dengar baik-baik ya, Vid. Kalau saja tidak ada Tyas, kau sudah kita habisi dari tadi!" Seru Alex, mengancam.

"Ya sudahlah, sudahlah. Sekarang kita harus bersatu untuk menyatukan Kris dan Michiko Nakahara!! Ayo semangat!!!"

"Semangat!!!" Seru para istri.

"Semangat!" Seru para suami itu dengan lesu sambil mengangkat tangan mereka membentuk kepalan tangan.

"Hei, semangat dong, semangat!!" Seru David.

"Sudahlah, jangan banyak omong, lebih baik kita segera lakukan eksekusinya!" Keluh Carlos.

"Ah, kau benar juga. Sekarang kita ke kedutaan Jepang untuk Indonesia dulu."

"Untuk apa?" Tanya Leo. "Kita kan sudah punya datanya."

"Untuk menculiknya kawan! Tevin sedang disana dan katanya, Michiko Nakaha sedang mengurus sesuatu disana."

"Baiklah, baiklah. Ayo kita jalan."