"Sesuatu? Apa ada sesuatu yang mau kakak lakukan padaku?"
"Tentu saja ada, kalau tidak ada kenapa aku memberimu makan?"
"Apakah aku itu hewan peliharaan kakak?"
Gadis itu pun teringat dengan rumor yang beredar di kelasnya tentang seseorang yang telah berpacaran dengan sang tuan putri salju dari SMA.
"Hmmm...? kalau tidak salah aku pernah dengar rumor kalau putri salju sudah punya pacar ya?"
"Ah...memang itu pernah terjadi ya...aku juga kaget pada saat itu tiba-tiba dia menembakku seperti itu."
Seperti biasanya Ryuu hanya berekspresi datar dan berbicara dengan nada datar juga menjawab pertanyaan dari gadis itu.
"He~h jadi itu beneran kakak ya?"
Begitupun gadis itu, dia hanya menanggapi jawaban Ryuu dengan wajah yang datar tak berekspresi juga dengan nada yang datar.
Ryuu pun menoleh ke arah gadis itu dan menatapnya dengan tatapan membosankannya seperti biasa.
"Oh ya, ngomong-ngomong siapa namamu?"
"Kakak itu sebenarnya orang yang jahat ya? Padahal kemarin aku sudah memperkenalkan diri."
Gadis itu tahu kalau sebenarnya Ryuu hanyalah jahil kepadanya karena tidak mungkin ada orang yang bisa melupakannya setelah bertemu sehari.
"Aku sama sekali gak ingat tentangmu selain kalau kau sebenarnya novelis, kalau tidak salah...pochi? ah bukan...mochi!"
"Apa bagi kakak aku terlihat kaya Mochi?"
"Hmmm...entah kenapa pipi bulatmu itu mengingatkanku dengan kue Mochi."
Gadis itu menutupi pipinya yang bulat itu dengan tangannya.
"Kakak, pipiku bukan kue Mochi!"
Bagi Ryuu memang pipi bulatnya itu mengingatkannya dengan kue Mochi milik nenek penjual yang biasa dia makan saat sedang ingin.
"(sigh) Kakak ini memang gak bisa diharapkan ya? Baik namaku adalah Anastasia Irineevna Alexievich, nama pena Nodachi."
"Uwa~h susah sekali."
Memang gadis itu juga berpikir kalau namanya itu memang sangat sulit untuk diingat tetapi entah kenapa banyak orang-orang selalu berusaha mengingatnya dengan keras sedangkan yang lain hanya tidak peduli dan memanggilnya dengan "kamu".
"Tapi buat kakak yang baik, kukasih ijin buat manggil aku 'Ana', bagus kan?"
"Hmmm...aku lebih suka dengan 'Mochi', bolehkah aku memanggilmu Mochi?"
"He~h padahal sudah kukasih ijin buat memanggilku dengan panggilan spesial, kenapa?"
"Hanya entah kenapa 'Ana' itu terasa aneh dan tidak sopan jika aku menerjemahkannya dalam bahasa jepang, jadi kupikir untuk menghormati pipi bulat dan kenyalmu itu, Mochi lebih cocok."
Anastasia pun menatap Ryuu dengan tatapan yang seolah-olah melihatnya sebagai orang yang mencurigakan.
"Kakak...apa jangan-jangan kakak ini sedang melakukan lelucon jorok?"
"Tidak, kupikir hanya tidak sopan memanggil wanita dengan 'lubang' terutama saat di depan murid-murid yang memang bisa bahasa Jepang."
Mungkin Anastasia sering tidak peduli dengan bagaimana tanggapan orang kepadanya, tetapi setelah Ryuu mengatakan itu dia juga menjadi tidak mau dipanggil "Ana" lagi di depan orang banyak.
"(sigh) Baiklah, aku biarkan kakak memanggilku dengan Mochi, tapi ingat ini Cuma spesial buat kakak!"
"Ya ya aku tahu, baiklah kalau begitu aku akan pergi dulu."
Anastasia terkejut karena Ryuu yang tiba-tiba ingin pergi saja padahal dia belum mengatakan keinginannya.
"Jadi sebenarnya kenapa kakak kemari?"
"Hanya mengunjungi junior kelaparanku, kalau soal permintaanku itu akan kukatakan kalau sudah saatnya saja."
Itu pun membuat Anastasia semakin merasa penasaran dengan permintaan Ryuu yang juga menjadi teman pertamanya setelah selama ini dia selalu menghabiskan waktunya sendirian.
Tanpa sadar dia pun memegang lengat Ryuu yang akan meninggalkan gedung itu.
"Tunggu!"
Tiba-tiba saja muncul Yuki yang membuka pintu dan masuk ke dalam bangunan itu, dia pun melihat Anastasia yang tengah memegang lengan Ryuu yang seolah-olah tidak membiarkannya pergi.
Yuki pun terlihat sangat terkejut sampai-sampai dia tidak mempercayai apa yang telah dilihatnya, dia tidak percaya kalau Ryuu pergi berduaan dengan wanita lain saat dia sudah mempunyai pacar.
"Ryuu?! A-apa yang kau lakukan?"
Anastasia tentu tahu kalau Yuki saat ini telah salah paham melihat ini sekarang, tetapi dia ingin melihat reaksi lebih jauh dari Yuki sehingga dia tidak melepaskan lengan Ryuu.
"Ah...ketahuan!"
Yuki sama sekali tidak mengetahui siapa sebenarnya Anastasia, dia bahkan tidak pernah tahu atau mendengar tentang gadis seperti dia, tetapi dia pun menyadari kalau seragam yang dipakai oleh Anastasia itu adalah seragam SMP.
"Ryuu a-aku tidak menyangka kalau ka-kamu punya kekasih lain, selain itu dia masih SMP!"
Yuki tidak tahu kalau Ryuu ternyata mempunyai selera seperti itu, memang Yuki melihat kalau gadis itu terlihat imut dengan wajah polos dan pipinya yang bulat, tetapi mau bagaimana pun dia masih lah SMP.
"Ryuu, aku tidak menyangka kalau kamu punya ketertarikan seperti itu."
Ryuu pun melihat ke arah Anastasia dengan muka datar seperti biasanya.
"Hmmm...? Mochi, apakah kita punya hubungan seperti itu?"
"Tidak, kurasa tidak punya."
Yuki pun terkejut melihat reaksi dan juga percakapan diantara mereka berdua yang sama sekali tidak terlihat seperti sepasang kekasih.
"Ja-jadi kalian berdua..."
"Hanya teman ngobrol, kebetulan aku menemukan Mochi tergeletak tak berdaya karena kelaparan jadi aku kasih dia makan."
Yuki pun akhirnya tahu alasan kenapa Ryuu membeli makanan di kantin dan membawanya entah kemana, memang dia merasakan hal yang aneh ketika mendengar hal itu, tetapi dia tidak menyangka kalau dia memberikannya kepada Anastasia.
"Mochi? Nama yang aneh."
"Itu hanya panggilan yang diberikan oleh kak Ryuu, nama asliku Anastasia Irineevna Alexievich."
"Na-nama panggilan?"
Yuki pun terkejut untuk kedua kalinya karena bahkan sebagai pacarnya saja Yuki sama sekali tidak diberikan nama panggilan dan bahkan masih banyak hal yang canggung ketika mereka hanya berdua, tetapi Anastasia yang bahkan Yuki tidak tahu dia siapa, bisa memiliki nama panggilan dan bahkan terlihat sudah terbiasa berbicara dengan Ryuu.
"He-he~h jadi kamu sudah punya nama panggilan ya?"
Tentu mereka yang mempunyai nama panggilan hanyalah orang yang sudah benar-benar akrab satu sama lain, oleh karena itu Yuki benar-benar terkejut akan hal itu.
Anastasia pun mendekatkan mulutnya ke telinga Ryuu.
"Hey kakak, kelihatannya dia cemburu."
Pada saat Anastasia mendekatkan mulutnya, Yuki merasa tingkat kecemburuannya meninggi karena dia saja masih belum pernah sedekat itu dengan Ryuu.
"Kelihatannya memang begitu ya?"
"Jeez! Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?"
"Tenanglah kakak, kami hanya ngobrol seperti biasa."
"Lagipula, kenapa Ryuu bisa tenang seperti itu saat sedang ada masalah besar?!"
Mendengar itu, Anastasia pun sedikit terkejut karena Ryuu sama sekali tidak pernah mendengar ini, Ryuu juga sama sekali tidak pernah berbicara tentang masalahnya saat mereka bersama.
"Membantu? Kak Ryuu, apakah ada masalah?"
"Ah, kalau tidak salah memang ada ya..."
Melihat reaksi Ryuu yang terlihat sama sekali tidak peduli dengan masalah yang sedang dia hadapi itu membuat Yuki berpikir sekali lagi apakah Ryuu itu sebenarnya tahu seberapa besar masalahnya.
"Ryuu, aku pikir kamu harus menganggap masalah ini lebih serius."
"Kak Yuki, memangnya ada masalah apa?"
"Dia mendapat surat ancaman dari seseorang."
"Surat ancaman? Kak Ryuu yang itu?"
"Dan juga jumlahnya sangat banyak sampai-sampai memenuhi loker sepatunya."
Ini adalah hal yang mengejutkan bagi Anastasia karena walaupun dia mengenal Ryuu hanya beberapa hari ini, tetapi baginya Ryuu adalah orang yang suka hidup dengan tenang dan menghindari masalah.
"He~h, kak Ryuu, sebenarnya apa yang sudah kakak perbuat?"
"Tidak, Ryuu tidak melakukan apapun, semua ini salahku."
Yuki merasa bersalah akan hal ini karena adanya berita itu, dia jadi membuat masalah yang besar di dalam hidup Ryuu yang hanya menginginkan kehidupan sekolah yang tenang.
"Semua ini gara-gara aku berpacaran dengan Ryuu jadinya banyak orang yang memusuhi Ryuu."
"Hmmm...kalau begitu kan kakak tinggal putus saja kan selesai."
Bagi Yuki itu adalah hal yang paling dia tidak inginkan untuk menyelesaikan masalah ini karena baru saja kehidupan sekolahnya yang berbunga dimulai, dia tidak ingin melepaskannya begitu saja.
"Tidak, aku tidak ingin melakukan itu, aku tidak akan menyerah untuk mencari cara lain, aku tidak mau memutuskan hubungan yang baru dimulai ini...karena itu lah ayo kita memikirkan bersama-sama cara menyelesaikan masalah ini, Ryuu!"
Ryuu pun seperti biasa ekspresinya selalu datar sehingga tidak ada yang tahu apa dia setuju atau tidak dengan Yuki.
"Baiklah, dan juga sampai kapan kamu berada di sini? Kamu pasti pamit ijin ke toilet kan buat menyusulku kemari?"
"Ah, benar juga! Tapi bagaimana denganmu?"
"Aku memang sudah tidak berniat untuk mengikuti pelajaran jadi kamu saja yang masuk."
Yuki pun menatap Anastasia yang masih setia dengan ekspresi datarnya, di dalam hatinya masih muncul kekhawatiran kalau Anastasia mungkin bisa mencuri Ryuu dari dirinya.
Tentu Anastasia menyadari ini melihat raut wajah yang dikeluarkan oleh Yuki.
"Tenanglah kakak, aku tidak akan mencuri kak Ryuu kok."
Wajah Yuki memerah karena dia tidak menyangka kalau apa yang ada di kepalanya ternyata bisa terbaca oleh Anastasia dan juga tepat di hadapan Ryuu.
"Bu-bukan itu yang aku maksud ta-tapi...ehm! sampai nanti, Ryuu!"
Yuki pun bergegas meninggalkan Ryuu dan Anastasia dan kembali ke kelasnya untuk mengikuti pelajaran lagi, di saat itu Ryuu pun berpikir bagaimana Yuki bisa menemukannya di sini.
"Jadi begitu ya, kakak."
"Apanya?"
"Aku sudah bisa menebak tujuan kakak yang sebenarnya."
"Tujuanku...ya? coba katakan."
Dengan tatapan yang berbinar-binar dan ekspresi yang penuh keyakinan Anastasia pun menatap langsung ke arah Ryuu.
"Dengan kata lain kakak ini seorang Lolicon yang ingin memutuskan pacarnya dan membuatku jadi penggantinya kan?"
Tentu itu pembicaraan yang menarik tetapi itu bukan lah keinginan Ryuu karena melihat Anastasia yang juga sangat populer jadi buatnya itu hanyalah menambah masalah lain.
"Buat apa aku keluar dari kandang macan kalau hanya untuk masuk ke kolam buaya."
"Apa maksudnya?"
Anastasia terlihat kebingungan dengan kata-kata Ryuu, itu membuat Ryuu merasa heran kenapa baik Yuki maupun Anastasia sama sekali tidak menyadari lingkungan di sekitaran mereka.
"Kenapa orang-orang yang populer itu selalu tidak menyadari dirinya sendiri ya?"
"Kakak, kenapa kakak selalu mengucapkan kata-kata yang sulit dimengerti?"
"Itu hanya kaunya saja kan yang terlalu tidak peka, Mochi."
"Begitu kah? Tapi...ya baiklah aku akan bergabung dengan kakak!"
"Kalau begitu selamat berjuang, Author-chan."
Ryuu pun berjalan menuju ke pintu keluar, tetapi tanpa disadari Anastasia kembali memegang dengan erat lengannya.
"Tunggu!"
Ini bukan lah suatu kebetulan atau apapun karena memang selama ini Anastasia tidak pernah merasa kesepian walaupun dia selalu sendirian, tetapi entah kenapa semenjak bertemu dengan Ryuu dia menjadi sangat suka berbicara dengannya.
"Kakak, setidaknya tolong temani aku sampai bel berbunyi."
"(sigh) Kau memang juniorku yang merepotkan ya?"
Mereka berdua pun duduk dan mengobrol sampai bel selanjutnya berbunyi. Di sana nampak wajah Anastasia yang terlihat sangat senang karena dia bisa menemukan teman bicara yang sangat cocok untuknya.
Bagi Ryuu sendiri Anastasia memang gadis yang agak aneh karena dia bercita-cita menjadi seorang novelis yang besar di saat dia masih jauh untuk membuat sesuatu yang bagus di bidang itu, dan juga ekspresi datarnya itu juga mengingatkan Ryuu kepada dirinya sendiri.
Akhirnya bel selanjutnya pun berbunyi dan Ryuu bergegas untuk pergi menuju ke kelasnya lagi.
"Umm...kakak, boleh kah aku nanti mampir ke tempat kerja kakak?"
"Boleh, tapi kenapa?"
"Aku hanya sedikit tertarik saja, pasti juga nanti ada kak Yuki juga kan yang mampir ke sana?"
Memang pada dasarnya Yuki adalah orang yang jenius jadi dia memiliki ketertarikan yang besar kepada buku, dan entah kenapa dia juga suka membaca novel romantis untuk dijadikannya referensi di saat dia sendiri tidak berani mempraktikkannya dan hanya bisa mengkhayal jika itu benar-benar terjadi.
"Ya, kurasa dia nanti akan mampir."
"Baiklah kalau begitu kita jalan sama-sama ya? Aku tunggu di gerbang!"
"Baiklah, nanti aku sampaikan ke Yuki juga."