webnovel

15

Dilain tempat mas Gilang menatap kearah Gita dengan tatapan tajamnya, sedangkan Gita yang di tatap seperti itu merasa bingung, pasalnya ia belum melakukan kesalahan sedikitpun hari ini. "mas.." Gita memberanikan diri untuk membuka percakapan mereka.

"hebat ya kamu.." aku mengernyitkan dahiku, bingung. "maksud mas?" dia tertawa tangannya memegang kedua pundakku dengan kencang, "aww..mas sakit." Mas Gilang tersenyum.

"ternyata ini sikapmu dibelakangku, bermesraan Bersama lelaki lain." Raut wajah mas Gilang semakin menggelap dan terlihat jelas bahwa mas Gilang sangat marah terhadap Gita. "sumpah, mas itu kenapa sih, aku gatau."

"jadi perlu ku beri tahu kesalahanmu dimana?" aku hanya menatapnya dengan tatapan bingungku, "Ok kamu itu memang wanita licik.. setelah kamu mendekati Brian, kamu pun masih dekat dengan Iqbal. Oh come on.. wake up from your dreams..wah apa kamu pikir kamu cantik? Engga sama sekali."

"kamu kenapa sih mas? Aku dekat dengan ka Brian kan karena dia juga sepupumu.."

"JANGAN PERNAH DEKAT DENGAN BRIAN!! PAHAM." Potongnya memotong pembicaraanku.

"kenapa?"

"KU BILANG JANGAN YA JANGAN, NGERTI GA?" ucapnya dengan mencekram rahangku kuat-kuat. Gita meneteskan air matanya, sedih dengan sikap dan prilaku suaminya. Gilang yang melihat itu langsung menarikku dalam pelukannya. Gita benar-benar bingung dengan sikap tempramen suaminya, benar-benar sulit sekali untuk ditebak. Gita hanya bisa menangis dalam pelukan sang suami, bahkan Gita tak menolak saat Gilang membawanya dalam dekapan.

"aku gak suka..kamu dekat dengan lelaki lain." Ucap mas Gilang lebih lembut, aku yang berada di dalam pelukannya semakin terisak dengan sikap mas Gilang yang sama sekali tak ku mengerti.

semenjak kejadian di kampus tadi sikap mas Gilang sedikit berbeda, setelah selesai kelas, mas Gilang sudah menunggu di depan gerbang kampus berdiri di samping mobil. Mas Gilang melambaikan tangannya saat matanya melihat sosok sang istri di ujung sana, Gita pun menghampiri mas Gilang.

Kini Gita sudah berada di hadapan mas Gilang, "ayok.." ujar mas Gilang, Gita tersenyum dan mengangguk kemudian dia membuka pintu mobil dan masuk kedalam sedangkan mas Gilang berjalan kearah sebelahnya dimana tempat kemudi berada. Setelah kami masuk kedalam dan sudah memakai sabuk pengaman, mas Gilang pun menghidupkan mesin mobil dan menancapkan gas mobil meninggalkan halaman kampus.

"kita makan dulu ya." Mas Gilang membuka pembicaraan.

"terserah mas, aku ikut." Ucap Gita, ponsel Gita bergetar dia reflek langsung mengambil ponsel tersebut di dalam tasnya. Setelah dilihat tertera dengan jelas di sana nama kak Brian, Gita yang melihatnya seketika dibuat panik. Karena mas Gilang sudah menyuruhnya untuk tidak dekat dengan kak Brian, tapi Gita takut ada hal yang sangat mendesak yang membuat kak Brian menelponku.

"Kenapa enggak diangkat?" mas Gilang menoleh ke arah Gita, Gita sontak terkejut, tangannya kuat-kuat meremas ponsel yang di genggam. mas Gilang menghela nafas kemudian menengadahkan sebelah tangannya sedangkan sebelah lagi tetap memegang stir mobil.

"Your ponsel.." ucapnya dengan tangan yang masih menengadah meminta Gita menyerahkan ponselnya, dengan terpaksa akhirnya Gita menyerahkan ponsel itu setelah itu mas Gilang mematikan ponsel Gita dan memasukannya kedalam saku jasnya.

"Can we both today? I want to be with you." Gita yang mendengarnya membulatkan mata, sedangkan mas Gilang memberi senyum termanis kepada Gita kemudian mas Gilang meraih tangan Gita dan menggengamnya erat. "sorry for making you hurt." Gita tersenyum dan mengangguk mas Gilang mengangkat tangan Gita ke atas tepat di bibirna kemudia mas Gilang mencium punggung tangan Gita.

GITA POV

Aku benar-benar sangat bersyukur karena kini mas Gilang telah merubah, dan doaku di sepertiga malam telah membuahkan hasil. "Mas.." panggilku, mas Gilang menoleh, "terimakasih..terimakasih kau sudah mau membuka hati untukku." Mas Gilang hanya mengusap kepalaku dengan sayang. Dalam hati aku berjanji akan menjadi istri yang baik untuk mu.

"Mas.. maaf aku bukan wanita yang cantik serta cerdas, bahkan jauh sekali dari kriteria istri yang kamu sukai, maaf karena.." aku terhenti karena mas Gilang menarikku untuk mendekat kepadanya, ia menyandarkan kepalaku di pundaknya dengan sebelah tangannya, mas Gilang mengelus kepalaku kemudian mencium puncak kepalaku dengan sayang, "Ssttt.. kamu ga salah." Mas Gilang menghentikan mobilnya, "Kita sampai." Aku tak melihat ada apa-apa disini. Hanya ada rumah pohon? Dan tebentang dengan indah danau di sisinya.

Aku dan mas Gilang pun turun dari mobil, mas Gilang berjalan mendekat kearahku dan berdiri di sampingku dengan sebelah tangannya yang memelukku. "Kita ngapain mas kesini?" tanyaku. Mas Gilang mendorongku dari belakang dan mengarahkanku ke rumah pohon itu, "naik dulu ke sana nanti kamu akan tau apa yang ku maksud." Aku hanya mengiyakan dan mengikuti kemana mas Gilang mengarahkanku.

"Hati-hati.." ucap mas Gilang sambil tetap memegangiku untuk naik, setelah aku tiba di atas, mataku sama sekali tak berkedip sungguh ini sangat cantik. Aku menoleh ke mas Gilang yang berada di sampingku, "Mas…"

"Gimana kamu suka? Aku harap kamu suka, karena aku tak mengerti bagaimana cara menunjukan rasa sayangku terhadapmu, aku juga tidak tau bersikap romantis kepada wanita."

Mas Gilang menggenggam tanganku, jari-jari kami saling bertautan. "mas nyiapin ini semua?"

"Hmm.. enggak sih, aku menyuruh seseorang untuk mendekornya, sementara aku harus mencuri istriku dari lelaki lain." Aku yang mendengar itu terkekeh, ternyata mas Gilang cemburu dengan kak Brian. Astaga jadi sikapnya di kampus dan di mobil..ya ampun Git ternyata kamu bodoh ya untuk urusan kepekaan.

Kini aku dan mas Gilang sudah duduk di kursi dengan meja yang sudah ditata serapih dan seromantis mungkin diamana menyajikan pemandangan aliran sungai yang sangat tenang membuat suasana semakin romantis.

"Kita ulang dari awal ya?" pinta mas Gilang, kedua tangannya menggenggam kedua tanganku erat. Aku lagi-lagi hanya mengangguk pasrah seperinya pesona mas Gilang sudah tak bisa hilang dari pikiranku. Kami pun menghabiskan makan sore ini dengan ditemani matahri terbenam di ujung sana, sungguh sangat cantik warna langit yang oranye itu sangat indah.

Tak hanya disitu, mas Gilang mengajakku untuk pergi nonton bioskop, kita seperti anak remaja yang dimabuk akan cinta, "Kamu tunggu sebentar, mas beli tiket." Dan aku pun menurut, aku menunggu mas Gilang di bangku yang memang tersedia di bioskop, sambil menunggu mas Gilang aku berinisiatif untuk membeli air mineral di karenakan tenggorokanku yang kering, aku bangkit dari dudukku dan berjalan ke arah bar di depan sana yang menjual minuman dan makanan yang khusus di sediakan oleh pihak bioskop.

"Bisa saya bantu kak.." ucap pelayan di depanku dengan kedua tangan yang ia rapatkan di depan dada, sambil tersenyum ramah kepadaku, "air mineral satu dan juga popcorn nya satu ya kak." Ucapku

"Mau yang rasa apa kak."

"Yang BBQ aja kak."

"Ok sebentar kak." Pelayang itu pun menyiapkan pesanan yang ku pinta, hingga sebuah tangan menepuk pundakku dan aku pun reflek berbalik.

"Kak Brian?" kak Brian hanya menyengir kuda, "Kakak ngapain kesini?" tanyaku aku melirik kanan dan kiri takut mas Gilang mencari dan ku lihat mas Gilang sedang mengantri tiket dan memainkan ponselnya. Sedangkan kak Brian di mengikuti arah gerakku, "Nyari siapa?" aku sontak menoleh ke kak Brian, "Ah, aku takut mas Gilang melihatmu kak." Kak Brian tersenyum, ia maju selangkah mengambil pesananku di meja dan membayarnya, "Kak..ko jadi kakak yang bayar." Kak Brian menyerahkannya kepadaku. "Terimaksih." Aku menerimanya.

"Aku hanya ingin memberi tahu bahwa mulai besok kamu ikut aku untuk mengubah penampilanmu." Aku masih terdiam mencoba mengerti maksudnya, apa yang harus diubah dengan penampilanku. "Tenang, kamu ingin suamimu semakin dekat dengan mu bukan? Ah kalau tidak ubah penampilanmu agar kau lebih percaya diri dan tampil cantik di luar."

"Yasudah sebaiknya kamu susul suami kamu, aku akan pergi." Kak Brian pergi meninggalkanku dan masuk ke dalam ruang bioskop. Aku pun melangkahkan kakiku menuju mas Gilang yang berdiri di sana sambil melihat ke kanan dan kiri.

"Kamu dari mana?" tanya mas Gilang dengan tangan yang memegang dua tiket, aku mengangkat barang yang ku beli ke atas, "Aku tadi haus, terus aku beli minum dan ini untuk nanti di dalam, tidak apa kan?"

Mas Gilang tersenyum dan mengangguk, "Tak apa, aku hanya takut kamu tercantol oleh lelaki lain, karena disini banyak sekali lelaki tampan yang seumuran dengan mu..ya walau ku akui bahwa aku lebih tampan dari mereka." Mendengar itu aku terkekeh, ternyata mas Gilang suka sekali memuji dirinya, mas Gilang merangkul pinggangku, "Ayok." Ucapnya.