webnovel

12

……..

Hari minggu ini Gita hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar, merebahkan tubuh gempalnya di atas kasur sambil menscroll sosial media di ponselnya, sedangkan Gilang, Gita tak tahu kemana suaminya itu. Merasa bosan, Gita berinisiatif untuk merapikan rumah. Gita membuka pintu kamarya, hal pertama yang dia lihat adalah kamar suaminya yang tertutup rapat, dia menatap kamar itu dengan berbagai pikiran yang memenuhi otaknya.

Dua minggu dengan status yang berbeda ini harus membuatnya mencoba lebih dewasa untuk menjalani kehidupan yang penuh kejutan, Gita keluar kamar dan berjalan memperhatikan setiap sudut ruangan yang tampak megah dan mewah namun tak ada kehidupan dirumah ini. Baju tidur masih melekat ditubuh gempal wanita yang kini sudah berubah status menjadi nyonya muda ini.

Saat asik mengitari ruangan, Gita mendengar suara dering ponsel berbunyi memenuhi ruangan, dia menoleh mencari dari mana asal suara ponsel tersebut hingga matanya menemukan sesuatu di atas nakas dekat tv Gita mencari dimana asal suara tersebut, kakinya terus melangkah membuat suara telpon itu pun semakin keras. Hingga dia melihat benda pipih itu yang tergeletak di atas nakas samping tv. Bukankah ini ponsel mas Gilang? Tapi dimana mas Gilang, sedari tadi aku tak melihatnya.

Gita meraih ponsel itu dan mendapati ada sebuah telpon masuk dari ponsel suaminya, dari seorang wanita? Karena takut penting Gita pun mengangkat sambungan telpon tersebut. Namun hanya mendengar kata yang diucapkan wanita diujung sana membuat Gita lemas, “sayang jemput aku ya..” kata itu membuat seketika dunia Gita runtuh. Gita terkejut, apa selama ini suaminya sudah punya kekasih, tapi mengapa Gilang menikahi dirinya, pikiran aneh pun menghantui Gita.

Gita dengan cepat langsung memutuskan sambungannya, dia meletakkan kembali ponsel Gilang. Namun betapa terkejutnya saat dia berbalik sosok Gilang sudah ada di belakangnya dengan wajah yang sulit diartikan, Gilang menatap Gita curiga. Karena tingkahnya yang seperti maling yang tengah tertangkap basah telah mencuri. “misi mas.” Ucap Gita yang ingin pergi dari sana, namun Gilang menghentikan Gita. Gita yang ditahan pun keringat dingin, hatinya berdebar tak karuan. Apa yang harus dia katakana.

"hmm.. maaf mas, saya tidak bermaksud." Ucap Gita dengan jantung yang terus berdebar, sungguh wajah mas Gilang benar-benar membuatnya takut.

Gilang menaikan sebelah alisnya dengan satu tangan yang berada di dalam saku celana bahannya sedangkan tangan satunya dia gunakan untuk mencekal tangan Gita, "Apa ini yang kau dapatkan dari hasil sekolah selama dua belas tahun?" Gita terdiam, dia menatap Gilang dengan takut-takut, “maksud mas?”. "Astaga, kau itu tidak cantik, dan lihatlah lemak di sekujur tubuhmu gendut...setidaknya gunakan otakmu, kasian orangtuamu yang hanya membuang uang untuk anak sepertimu." Gita benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Gilang padanya, mengapa dengan dirinya, dengan pendidikannya, denga orang tuanya. Gita memberanikan diri menatap mata coklat suaminya.

“kalo masalah aku ngangkat telpon mas, aku minta maaf, aku hanya takut itu penting.” Gita permisis dari sana namun Gilang masih menahannya. “apa lagi mas?”

“jangan pernah sentuh barang pribadiku. Ingat itu.” Setelah mengucapkan itu Gilang berlalu, dia juga mengambil ponselnya

"mas.." panggil Gita dan membuat Gilang menghentikan langkahnya dan menoleh menatap Gita yang menatapnya dengan sendu, Gita berjalan perlahan mendekati Gilang disana Gilang yang hanya menatap Gita dalam diam. "Saya..saya minta maaf karena sudah membuat hidup mas Gilang hancur karena menikahi saya, tapi kalo boleh jujur saya tak pernah meminta mas Gilang untuk menikahi saya. Bukankah saya sudah terus menolak mas Gilang saat itu? dan juga tante yang terus memaksa saya untuk menikah dengan mas, hingga yang saya tau saya sudah menjadi istri sah mas Gilang saat saya sadar di rumah sakit. Lalu..saya juga tak meminta mas Gilang untuk menghidupi saya, kalua boleh..saya mau minta izin untuk tinggal di rumah ibu."

"satu lagi mas, tadi sepertinya pacar mas telpon dan meminta mas untuk menjemputnya. Saya minta maaf telah menjadi benalu dalam hubungan mas dan mb jesika." Setelah itu kini giliran Gita lah yang meninggalkan Gilang disana sendiri dan berjalan untuk masuk kedalam kamar.Gita menutup pintu kamarnya dan terduduk lemas disana, hatinya sakit, ternyata suaminya memiliki kekasih. Gita tak menyangka kalau suaminya akan menduakannya.

Semua pergi. Ayah, ibu, dan juga Iqbal... mereka pergi meninggalkan dirinya sendiri. Setelah masuk kedalam kamar dan menguncinya, air mata Gita perlahan mengalir dari ujung mata indahnya, apa seperti ini rasanya kalah sebelum berperang. Dia pesimis kalau suaminya akan sayang padanya, akan menerimanya. Gita berjalan menuju meja belajarnya dia mengambil sebuah foto yang selalu dia bawa, dan itu berhasil untuk menguatkannya disaat dia lelah, disana terlihat jelas wajah bahagia wanita gendut yang dikelilingi oleh tiga malaikat yang selalu ada untuknya.

"kamu benar..kamu telat, haruskah aku memperjuangkan cintamu juga?" Tanya Gita pada sosok lelaki dalam foto itu, dia mengusap foto itu dengan ibu jarinya. "kenapa kamu gak pernah bilang? Apa kamu juga malu punya pacar sepertiku?" gita reflek menganggukkan kepalanya. Bahkan dia tak pantas hanya sekedar untuk dicintai. Gita mengambil ponselnya yang sedari tadi bordering, gita juga menghapus air mata itu.

Saat dilihat rupanya ada sepuluh pesan dari Iqbal dua puluh telpon tak terjawab, empat pesan masuk dari Brian. Gita membuka satu persatu pesan yang Iqbal kirimkan, seperti tak membolehkan dia bahagia, kini dia mendapat pesan bahwa Iqbal pamit ke bandung untuk tes, yang berarti dia akan jauh dari Iqbal.

Dengan cepat aku langsung menghubungi nomor Iqbal namun nihil, semua panggilannya tidak satu pun diangkat, bahkan ponselnya kini tidak dapat dihubungi. Walau aku tau bahwa ponsel Iqbal sedang diluar jangkauan, tapi bagai buta, Gita tetap saja mencoba untuk menghubungi "Iqbal..ayok angkat.." lagi lagi hanya suara operator yang terdengar di telinganya. Gita lemas dia menjatuhkan ponselnya di atas meja. Dia memandang keluar jendela yang menampakkan taman bunga yang tersusun indah. Tidak kehilangan akal kini gita mengirim beberapa pesan kepada Iqbal.

*To pangeran kodok.

Kamu kemana? Apa kamu pergi jauh? Apa aku boleh meminta cintamu lagi? Apa aku boleh melepas pernikahan ini untukmu? Kenapa kamu baru mengatakannya? Kenapa kamu hanya menyimpannya? Iqbal jawablah.. apa aku salah disini? Aku tidak pernah memintanya untuk menikahiku? Namun mengapa sikapnya begitu terhadapku.. bolehkah aku egois dan memintamu untuk datang kesini dan membawaku bersamamu? Kau tau, disini aku diperlakukan sebagai pelacur dia hanya melampiaskan kebutuhan biologisnya dan akan bersikap kasar terhadapku.

Kirim.

Masih ada pesan dari Brian, namun Gita sama sekali tak berselera dia mengabaikan pesan-pesan itu dan lebih memilih untuk berbaring di Kasur, Gita juga memasang earphone di telinganya yang ssebelumnya sudah terhubung pada ponsel yang sudah diaktifkan dengan lagu.

Akini Gita pun berbaring di atas kasur dengan memejamkan kedua matanya dan menikmati lantunan musik yang memenuhi indra pendengarannya.

#Pamit-tulus

Tubuh saling bersandar

Ke arah mata angin berbeda

Kau menunggu datangnya malam

Saat kumenanti fajarSudah coba berbagai cara

Agar kita tetap bersama

Yang tersisa dari kisah ini

Hanya kau takut kuhilang

Perdebatan apapun menuju kata pisah

Jangan paksakan genggamanmuIzinkan aku pergi dulu

Yang berubah hanya

Tak lagi kumilikmu

Kau masih bisa melihatkuKau harus percaya

Kutetap teman baikmu

Sudah coba berbagai cara

Agar kita tetap bersama

Yang tersisa dari kisah ini

Hanya kau takut kuhilangPerdebatan apapun menuju kata pisah

Jangan paksakan genggamanmuOooooo

Yang berubah hanya

Tak lagi kumilikmu

Oooooooo

Kau harus percaya

Kutetap teman baikmu

Izinkan aku pergi dulu

Yang berubah hanya

Tak lagi kumilikmu

Kau masih bisa melihatku

Kau harus percaya

Kutetap teman baikmu

Oooooooo

Aaaaaauuuuuuu