webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · อื่นๆ
Not enough ratings
95 Chs

Epilog 36 : Cerita yang Tak Bisa Diubah(2)

"Apa kau serius? Orang itu musuh sebenarnya?!" tanya God Of Stories tak percaya pada penjelasan Kim Dokja yang berwajah poker.

"Ya, itu yang selalu aku pertanyakan sebelumnya dan sekarang aku yakin," balas yang terakhir sambil menatap langsung ke mata coklat Yoo Jonghyuk yang bergetar. "Jika mungkin apakah kalian masih mau membantuku? Aku tahu yang kulakukan selama ini pada kalian adalah hal yang jahat, jadi tidak apa-apa kalau kalian tidak mau," lanjutnya ketika luka-luka lecet di tubuh kurusnya mulai membengkak.

"Beritahu aku, Kim Dokja. Semua alasanmu," sahut Yoo Jonghyuk yang sudah kehilangan minat untuk terkejut lagi. Segala hal mengenai Kim Dokja akan selalu mengejutkan, jadi dia harus terbiasa dengan itu.

"Yah, kupikir sekarang waktu yang tepat, secara singkat aku adalah penjelajah waktu atau kau bisa menyebutnya pengendali waktu juga, aku melakukan keduanya untuk merubah beberapa hal yang seharusnya tidak terjadi atau untuk mencegah sesuatu yang menjadi malapetaka —"

God Of Stories menyela. "Jadi kau bukan Kim Dokja?!" dan disambut Yoo Jonghyuk yang memelototinya. Kim Dokja terkekeh sebentar meskipun luka di area bibirnya semakin buruk. "Aku Kim Dokja saat ini," jelasnya.

"Itu artinya kau bukan Kim Dokja sebelumnya, lalu siapa kau?! Pengendali waktu? Apakah hal semacam itu bahkan ada? Aku tidak percaya! Pengendali waktu hanyalah simbol!" ucap God Of Stories dengan berapi-api dan kekesalan yang tampak sangat jelas terpampang di wajahnya.

Ekspresi Kim Dokja berubah dalam waktu yang sangat singkat, namun Yoo Jonghyuk dapat melihatnya, itu adalah ekspresi seseorang yang telah menjalani neraka tak terhitung jumlahnya serta hancur perlahan-lahan, tidak, mungkin lebih dari itu karena dia tiba-tiba teringat Plotter.

"Kau benar, aku hanya simbol," jawab Kim Dokja dengan nada datar. "Dan karena itu aku tidak bisa benar-benar menjadi manusia, tapi anehnya aku masih bermimpi mewujudkannya dengan bantuan The First Nightmares," lanjutnya lebih jauh, sangat berbeda dengan orang itu yang dikenal Yoo Jonghyuk terlalu tertutup. 

"Itu cukup. Jadi, apa rencanamu selanjutnya?" sela yang terakhir untuk mencegah penyangkalan God Of Stories yang siap menyemburkan kata-kata menusuk.

"Hanya sementara, aku tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Oleh karena itu, aku memberitahu kalian, narasi akan dimulai lagi setelah aku pergi."

Kim Dokja mengusap rambutnya yang kotor sambil mengatakan itu seperti orang yang frustrasi, namun sebenarnya tidak begitu.

"Pergi?"

"Kim Dokja, kau mau pergi ke mana lagi?!"

Dua suara saling bersahutan untuk menanggapi penjelasan mencengangkan itu.

"Ada beberapa hal yang harus kulakukan di garis waktu lainnya, kali ini aku tidak bisa menjamin pertemuan berikutnya. Jika cerita ini diselesaikan dan kalian berhasil mengubahnya dengan informasi yang kukatakan, maka aku akan kembali."

Sebelum kedua pendengar sempat membalas, Kim Dokja terhuyung-huyung seolah seseorang telah memukulnya di bagian belakang kepala, Yoo Jonghyuk menangkapnya yang akan terjatuh. Pada saat itu, —

"S-siapa kalian?!"

Dua pasang mata membesar pada ucapannya dengan wajah kebingungan total.

***

Kim Dokja tidak tahu bagaimana dan mengapa dua anak yang terlihat seusianya terus mengganggunya dan bersikap seperti orang dewasa yang merawat seorang anak, meski dia hanya mengetahuinya lewat interaksi singkat dengan Ibunya.

Pertemuan pertama dengan mereka adalah seminggu yang lalu dan ini liburan musim panas, jadi tidak aneh bagi kedua anak yang tak pernah dia lihat di musim lainnya untuk berada di taman bermain hari itu, namun yang dia maksud bukan itu.

Anak perempuan bernama Han Sooyoung sedikit kasar padanya dengan kata-kata pedas dan sarkastik. Sementara, anak lelaki yang tampan itu memiliki nama keren yang disukainya, Yoo Jonghyuk, dan sifatnya sama kerennya dengan namanya.

Mungkin jika harus dikatakan, Kim Dokja menjadi takut pada mereka karena alasan pribadinya, yaitu kutukan. Jadi, dia menghindari pertemuan dengan mereka sampai Yoo Jonghyuk mengetuk pintu rumahnya, lebih tepat disebut flat kecil di apartemen kumuh pada pagi hari setelah Ibunya berangkat kerja dan Ayahnya yang pemabuk tidur.

"Ayo bermain," ajaknya menyebabkan rahang Kim Dokja terjatuh.

"B-bagaimana kau bisa menemukan tempat tinggalku," bisik yang terakhir sambil menutup pintu di belakangnya dengan pelan. Yoo Jonghyuk menyipitkan matanya sebagai respon.

Yoo Jonghyuk dengan cepat meraih tangannya kemudian memaksanya ikut berlari menuju taman bermain yang menjadi tempat pertemuan mereka. Berhenti beberapa kali untuk mengambil napas dan akhirnya tiba. Di sana Han Sooyoung sudah menunggu lama, dia menyilangkan kedua tangannya dengan ekspresi rumit.

Rasanya seperti diinterogasi, mereka berdua menanyainya berbagai macam pertanyaan aneh yang menurutnya terlalu ikut campur, misal apa yang dia lakukan semalam? Apakah dia terkena sakit kepala di malam hari dan merasa ada seseorang yang merebut tubuhnya?(untuk yang ini sangat tak bisa dipahami) lalu lainnya apakah dia dipukuli lagi oleh Ayahnya?

Tentu saja Kim Dokja tidak menjawab semua pertanyaan itu dan hanya terdiam dengan anak anjing ketakutan di depan anjing liar yang menggonggong keras. Dia bertanya-tanya apakah mereka akan menyeretnya paksa jika dia entah bagaimana menolak bergaul?

Itu menyeramkan untuknya meskipun dia sedikit senang mendapatkan perhatian yang belum pernah dia rasakan. Bahkan, Ibunya terlalu sibuk untuk memberinya perhatian dan Ayahnya tidak perlu ditanyakan lagi. Dia sering mendapat pukulan dari yang terakhir walau kesalahan sekecil apapun itu terjadi.

Pagi ini, dia cukup was-was sebab semalam agak berisik untuknya yang bersembunyi di kamar, suara-suara keras dan benturan sesuatu ke lantai menambah rasa gelisah sehingga dia hampir tidak tidur sampai pagi. Kemudian, seseorang berani mengetuk pintu flat mereka yang meningkatkan kecemasannya untuk memeriksa Ayahnya masih tertidur. Di balik pintu itu, berdiri anak laki-laki yang tampan dan juga secara aneh memperlakukannya dengan penuh perhatian meski terkesan tidak peduli.

Dan akhirnya kembali ke masa sekarang, di sinilah dia duduk di tengah Han Sooyoung dan Yoo Jonghyuk, dengan keduanya menggerutu satu sama lain ketika tak menerima tanggapan darinya.

"lihat!!! Bagaimana cara kita menyelesaikannya jika dia bodoh seperti ini?!" teriak anak perempuan yang memiliki kecantikan di bawah mata kirinya itu, rambut sebahunya menambah kesan tomboi. "Dan kenapa dia tidak kembali lagi, dia seharusnya memberitahu lebih banyak. Ugh!!! Aku pasti sudah tidak waras karena mendengarkan segala hal tak masuk akal itu!" lanjutnya dengan suara histeris.

Yoo Jonghyuk mengabaikan rengekan rekannya itu dan malah menatap Kim Dokja dengan intens. Yang ditatap melihat ke manapun selain dia dengan gugup, namun masih belum berbicara.

Sudah berapa lama baginya sejak terakhir kali mengeluarkan suaranya? Ah, benar. Itu tidak lama semenjak bertemu mereka berdua. Dia yang dulu bisa menghitung dengan jari berapa kali suaranya keluar, tetapi sekarang itu menjadi dua kali lipat dari sepuluh jarinya.

"Kim Dokja," panggil Yoo Jonghyuk pelan sehingga yang dipanggil terpaksa menatap langsung ke mata coklatnya yang memiliki kilatan aneh seolah memutuskan sesuatu, dan alisnya bergerak-gerak seperti ulat.

"Beritahu kami jika kau menemukan sesuatu yang aneh di rumahmu atau barang yang sengaja disembunyikan oleh orang tuamu," ucapnya dengan nada dingin, tetapi ekspresinya mengkhianati suaranya. Itu ekspresi yang pernah Kim Dokja lihat, Ibunya sering melihat dia dengan ekspresi itu, mungkin kasih sayang?

"A-aku...…" Dia mengetes suaranya yang serak lalu berdehem. "Aku tidak mengerti. Jika memang ada lalu kenapa?" tanyanya dengan mata bingung.

Han Sooyoung dan Yoo Jonghyuk bertatapan sesaat lalu menyerbu Kim Dokja dengan pertanyaan berikutnya. "Benda apa itu? Bentuknya? Apakah ada aura atau sensasi yang membuatmu merinding ketika kau dekat benda itu?" Han Sooyoung yang pertama memulai sesi pertanyaan beruntun.

Kim Dokja sedikit panik saat menjawab. "Aku pikir begitu, t-tapi mengapa?" Dan disahut oleh perintah Yoo Jonghyuk. "Ambil benda itu dan berikan pada kami!"

Rahang Kim Dokja terjatuh dan murid-murid mata hitamnya yang lebih pekat dari malam membesar. Dengan rasa jengkel yang naik, dia membalas dengan nada datar. "Tidak mungkin, aku tidak mau." Kemudian berdiri sambil menatap mereka dengan tatapan mencela.

"Hei! Dasar bodoh! Kami ingin menyelamatkanmu, tahu!" geram Han Sooyoung sambil memegangi lengannya. Kim Dokja marah dan secara refleks memukul tangan yang memegangnya dan mendesis. "Aku bisa menyelamatkan diriku sendiri!" Sebelum berlari pergi meninggalkan mereka tanpa menoleh.

"Pendekatan yang salah," komentar Yoo Jonghyuk yang kecewa. "Berikutnya adalah giliranku."

Han Sooyoung  mengangkat kedua tangannya seolah menyatakan menyerah. Mereka berdua bersaing dalam rencana tercepat dan tepat untuk menyelesaikan cerita ini dengan berbekal informasi orang itu, penjelajah waktu atau apalah itu, mereka sebenarnya tidak peduli, yang penting adalah jika ini dapat membantu orang itu setidaknya sekali, mereka akan melakukannya meski sedikit gerutuan keluar tanpa sadar.

"Baik, protagonis. Tetapi, rencanamu butuh waktu lebih lama. Dan kenapa harus 3 Agustus? Kau mau merayakan ulang tahunmu atau apa?!" sindir Han Sooyoung dengan sebelah matanya menyipit.

Yoo Jonghyuk mengabaikannya dengan menutup matanya lelah. Ini sudah seminggu baginya dan God Of Stories atau Han Sooyoung berada di sini, dunia cerita khusus, itulah yang disampaikan God Of Stories. Namun, orang itu tak mengatakan apa-apa tentang dunia cerita ini justru orang itu hanya memberikan informasi yang diperlukan untuk merubah endingnya. Tetapi, —

Yoo Jonghyuk baru menyadarinya sekarang, matanya terbuka tiba-tiba menyebabkan Han Sooyoung mengerutkan kening. "Ada apa protagonis? Tidak mungkin kau tadi tidur dan bermimpi, kan? Terlalu singkat untuk itu, ngomong-ngomong kau punya keluarga di dunia ini sementara aku harus melakukan segala hal sendirian. Yah, kau beruntung." Yang terakhir mengoceh tentang kehidupannya di dunia ini selama seminggu yang terkesan lama sekali.

Yoo Jonghyuk merenungkan itu, ada yang salah, segala hal berkebalikan dari apa yang dia ketahui sebelumnya dan anehnya itu selalu dapat diterima seolah-olah memang harus diterima. Namun, kenapa dia tak bisa menolak dan mencoba menyangkalnya? Ada apa sebenarnya? Dunia cerita macam apa ini?

Tak ada siapapun yang bisa kembali ke masa lalu, sehingga dia yakin dengan berubahnya ending cerita ini yang merupakan bagian dari cerita orang itu, takkan merubah apa yang telah terjadi. Lalu mengapa itu penting untuk menyelesaikannya?

Kenapa? Kenapa? Kenapa?

Kenapa orang itu menyiratkan bahwa ada sesuatu yang lain di sini selain membunuh musuh sebenarnya bukan secara harfiah?

Pikiran Yoo Jonghyuk berputar-putar seperti berada dalam labirin demi menemukan jalan keluar tercepat dan benar. Han Sooyoung yang melihatnya memiliki ekspresi kosong menjadi khawatir. "Hei, ada apa? Jangan menakutiku, Jonghyuk."

Yoo Jonghyuk memegangi kepalanya yang sakit dan mengerang sebentar sebelum menjawab. "Apa kau tidak menyadari kontradiksi dalam semua hal yang telah terjadi? Bagaimana kau bisa menjadi God Of Stories?"

"Hah?" Han Sooyoung bingung pada pertanyaan mendadak tentang alasannya menjadi God Of Stories, memang dia sedikit banyak anehnya melupakan memori tentang itu. Mungkin bukan begitu, ada beberapa memori yang secara alami terhapus selama proses perubahannya dari 'manusia' menjadi sesuatu yang bukan 'manusia' biasa lagi.

"Lalu, apa sebenarnya The First Nightmares? Dan bagaimana seseorang bisa terbagi menjadi beberapa bagian dengan rupa yang sama, tapi kepribadian berbeda?" Yoo Jonghyuk terus melemparkan keraguannya. Sejujurnya dia tak memerlukan jawabannya, dia sudah memiliki dugaan untuk setiap pertanyaan itu.

Dia bukan hanya protagonis hanya dalam nama, otaknya yang cerdas sangat cepat mempelajari situasi dan apa yang mungkin terjadi. Dengan wajah berkerut dan bibir terkatup, Yoo Jonghyuk mengepalkan tinjunya erat-erat kemudian berdiri.

"Dunia ini, kita tidak harus menyelesaikannya," putusnya sambil menatap langit. "Ada hal lain yang lebih penting." Dia menoleh ke wajah terkejut Han Sooyoung.

"Ending cerita ini tak bisa diubah, namun ada yang bisa kita lakukan untuk sisanya," lanjutnya sambil melontarkan tatapan mengejek ke Han Sooyoung. "Julukanmu tidak cocok dengan otak udangmu, Han Sooyoung."

Amarah yang terakhir naik sampai ubun-ubun, Han Sooyoung menggeram dan bersiap melemparkan pukulan keras. "Sialan kau! Aku menyesal menganggapmu berbeda dari protagonis yang kukenal!!! Yoo Jonghyuk yang asli jauh lebih baik darimu!!!"

Plak!

Pukulannya ditahan oleh lengan kanan Yoo Jonghyuk yang menampilkan ekspresi tercengang. "Apa kau benar-benar tidak tahu?" tanyanya.

"Apa?" Yang ditanya merasakan sesuatu yang berbeda.

"Hanya ada satu Yoo Jonghyuk."

Han Sooyoung tampak seperti memakan sesuatu yang kecut ketika mendengar penyataan percaya diri itu. "Baik, jadi kau menganggap dirimu yang asli?" tanyanya tak percaya.

Yoo Jonghyuk mendecakkan lidahnya kemudian melangkah menjauh sambil berkata. "Cermin kaleidioskop menampilkan tiruan yang terkesan berbeda."

Han Sooyoung melebarkan kelopak matanya yang berkedut.

***