Seorang petugas membuka pintu penjara tempatku di kurung, meskipun kusebut petugas mereka sebenarnya hanya setengah binatang yang bekerja sebagai penjaga di arena pertarungan ini. Tak ada kedisiplinan atau aturan apapun, mereka bisa melakukan hal-hal semau mereka asalkan para petarung masih sehat untuk bertarung.
Kupikir mereka akan mengurungku disini sampai meninggal, ternyata mereka mengumpulkan para petarung setiap pagi dan sore untuk makan. Aku bangun dan berjalan keluar dari sel penjaraku. Aku melihat Derold. Manusia tikus yang mengisi penjara di sebelahku dan juga Steve manusia badak yang juga mengisi penjara di dekatku.
Berbeda dengan seelumnya, kali ini aku bisa melihat keseluruhan petarung yang berada di dalam ruangan. Ada berbagai macam orang, maksudku setengah binatang dengan berbagai ukuran. Aku menghitung ada sekitar 4 orang dengan aura yang mengerikan yang membuatku berharap bahwa aku tidak akan bertarung melawannya.
Mataku tiba-tiba terhenti pada sosok manusia. Manusia? Aku tidak menyadari bahwa ada manusia lain yang ditangkap untuk menjadi petarung disini. Haruskah aku mendekatinya?
"Sebaiknya jangan, kebanyakan manusia itu lemah. Setiap manusia yang ditangkap pasti akan mati dalam satu putaran. Jika ada manusia yang selamat dari putaran pertama, maka manusia tersebut adalah orang-orang aneh sepertimu," kata Derold yang seolah sadar dengan apa yang kupikirkan.
Perkataan Derold membuatku sadar, meskipun dia terlihat seperti seorang pria kurus yang lemah, tetapi karena dia berhasil selamat di arena ini maka dia bukan manusia biasa, sama sepertiku. Meskipun aku senang melihat manusia lain selain aku tetapi kurasa sebaiknya aku menjaga jarak darinya.
Kami kemudian lanjut berjalan ke dalam sebuah ruangan besar yang sudah disediakan. Para petarung lalu berbaris membentuk dua barisan, aku berbaris di belakang Derold. Meskipun aku tahu makanan yang disediakan tidak akan enak, tetapi ketika aku melihatnya secara langsung, aku tiba-tiba merasa mual. Mereka menyediakan mangkok kayu yang penuh dengan serangga, kaldu berwarna hitam, dan beberapa potongan buah. Aroma makanan tersebut benar-benar busuk sehingga aku muak.
"Hei bajingan cepatlah!"
"Maaf."
Dorongan dari belakang membuatku sadar bahwa aku membuat yang lainnya menunggu terlalu lama. Aku segera mengambil mangkok tersebut dan berjalan menuju tempat duduk Derold. Berbeda denganku yang memandang makanan ini dengan jijik, Derold nampak sudah terbiasa dengannya. Dia memakan serangga-serangga tersebut dengan santai.
Derold menyadari kedatanganku, "Kenapa kau hanya berdiri disana, ayo kesini duduklah kita makan bersama-sama."
Aku memasang wajah kecut dan menjawab, "Kurasa kau bisa memiliki jatah makanku." Aku menaruh mangkok tersebut disisi Derold lalu duduk.
Derold kemudian menyadari sesuatu, "Ah aku lupa, ini kali pertama kau memakan makanan seperti ini. Awalnya aku juga sama sepertimu, merasa jijik dengan makanan ini namun semenjak tubuhku berubah sepenuhnya, aku tidak merasakan apa-apa lagi."
"Apakah semua setengah binatang memakan makanan seperti ini?"
Derold menggelengkan kepalanya, "Itu tergantung, ada orang yang mempertahankan selera manusia, ada orang yang mengembangkan selera makan yang baru, tetapi secara keseluruhan kurasa setengah binatang memiliki toleransi terhadap makanan yang lebih tinggi dibanding manusia."
Derold mengambil potongan-potongan buah di mangkoknya dan menaruhnya di depanku, "Setidaknya kau bisa memakan potongan buah tersebut. Rasanya cukup enak untuk selera manusia."
Aku menuruti perkataan Derold dan memakan potongan-potongan buah tersebut. Pada akhirnya itu adalah satu-satunya hal yang kumakan dalam makanan sore kali ini. Setelah 30 menitan, petugas kembali mengawal para petarung ke sel mereka masing-masing.
Aku awalnya khawatir para petugas ini akan menjahiliku tetapi untungnya aku kembali ke dalam sel penjara dengan aman.
Berada di penjara adalah hal yang membosankan. Aku memanfaatkan waktu luangku untuk melatih tubuhku. Aku melakukan push-up sit up dan berbagai Gerakan lainnya secara terus menerus. Selain itu aku juga mencoba bermeditasi untuk mengumpulkan energi alam sebagai bahan agar benih kekuatan dalam diriku tumbuh. Sayang sekali upayaku gagal. Nampaknya meditasiku tak berguna.
Sepertinya ada metode khusus dalam bermeditasi untuk mengumpulkan energi alam. Ngomong-ngomong aku sempat bertanya pada Derold mengenai mekanisme kekuatan setengah binatang.
Menurut Derold setengah binatang sudah secara otomatis memiliki benih kekuatan ketika mereka bangkit. Adapun dewa yang menanam benih tersebut adalah leluhur sub ras mereka sendiri. Setengah binatang juga memiliki tubuh yang lebih sensitif dengan energi alam sehingga lebih mudah bagi mereka untuk tumbuh dibanding manusia. Satu-satunya kelemahan mereka adalah kurangnya kontrol terhadap kekuatan yang mereka miliki.
Meskipun keadaan penjara membuatku tidak nyaman, tetapi rasa ngantuk benar-benar menyerang diriku sehingga aku memaksakan diri untuk tidur menggunakan tanganku sendiri sebagai bantal.
***
"Mimpi ini lagi?"
Aku melihat sekeliling, sekali lagi aku berada di luar angkasa. Aku yakiin aku sedang dalam mimpi. Sama seperti yang kualami pada saat itu. Satu-satunya perbedaan adalah sebuah bola berwarna abu-abu yang melayang cukup jauh dari tempatku berdiri. Bola berwarna abu-abu itu sangat mencolok dibandingkan dengan benda-benda lain yang berada di sekitarku.
Aku bergerak sedikit demi sedikit menuju bola tersebut. Aku menggunakan batu-batu asteroid sebagai pijakan untuk mendorong tubuhku mendekat ke arah bola tersebut. Setelah beberapa saat akhirnya aku sampai di dekat bola berwarna abu-abu tersebut. Aku mengulurkan tanganku untuk menyentuhnya tetapi aku tidak bisa. Seolah-olah ada sebuah dinding transparan yang menghalangiku menyentuh bola tersebut.
Apa ini? Aku terus mencoba untuk menyentuh bola tersebut tetapi tak bisa. Tak peduli apa yang kulakukan bola tersebut benar-benar terhalang oleh tembok tembus pandang. Aku tiba-tiba merenung, mungkinkah mimpi ini memiliki makna tertentu? Apa yang diwakilkan oleh bola berwarna abu-abu itu?
Sampai mimpi itu selesai aku masih tidak bisa menebak apa maksud dari mimpi terrsebut. Pagi akhirnya tiba, setelah beristirahat sejenak waktu untuk sarapan datang juga. Tentu saja aku masih tidak berniat untuk memakan makanan yang disiapkan, meskipun perutku saat ini benar-benar keroncongan.
Saat aku keluar dari sel penjara aku terkejut melihat bahw Derold sudah tidak ada di penjara.
"Apa yang terjadi? Kemana Derold?"
"Dia mati, pertarungan deathmatch Derold berlangsung tadi malam saat kau sedang tidur. Sayang sekali meskipun dia sering bertahan mengandalkan keberuntungan dan kakinya yang cepat, sekarang keberuntungannya sudah habis. Derold tak bisa mengalahkan musuhnya dan dia akhirnya terbunuh."
Steve dengan tenang menjelaskan kebingunganku. Mendengar ucapan Steve tentu membuatku kaget, dan juga sedih. Manusia tikus, Derold, yang ramah padaku kini sudah meninggal dunia. Saat itu aku menyadari, alasan kenapa para petarung lain seolah acuh satu sama lain adalah karena orang-orang bisa mati kapan saja.
Aku benat-benar harus memikirkan sesuatu, kalau tidak aku bisa mati disini. Aku tidak bisa mengandalkan Leon dan Clarissa sepenuhnya. Aku harus membuat sebuah rencana, tetapi diriku saja tidak cukup, kurasa aku harus mencoba membujuk petarung yang lain.