webnovel

The Truth

Damario membenci dirinya yang perlahan-lahan mulai menyimpan ruangan tersendiri untuk Casta. Ia tidak tahu bagaimana menghilangkan bayangan wanita itu dari pikirannya terlepas dari usia pernikahan mereka yang sudah berlangsung selama 1 tahun lebih.

Disatu sisi, ia ingin menunjukkan kepeduliannya pada Casta namun disisi lain, ia membenci fakta bahwa Casta adalah seorang wanita murahan yang ia dapati di bar. Pikiran dan perasaannya bertolak belakang. Semakin ia bersikap kasar, semakin lembut dan sabar Casta menghadapinya. Seperti minggu lalu ketika Casta mendapati dirinya dipenuhi bekas merah di lehernya, Damario tahu wanita itu terluka tapi dengan sabar dan tenang ia menemaninya tidur.

Damario meraih ponsel di nakas dan menghubungi seseorang. Beberapa saat kemudian, ia kembali menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba Casta muncul dan duduk ditepi ranjang.

Hampir sebulan ini Casta menemani Damario sampai ia tidur. Casta baru tahu ternyata suaminya mengalami insomnia berat selama hampir 3 tahun.

"Bagaimana kondisimu?" tanyanya lembut. Damario terdiam. Ia membiarkan Casta memijit pelan jari tangannya.

"Kurasa kau harus rutin ke dokter. Jika seperti ini terus, kau akan sakit".

Casta berhenti memijit jari tangan Damario ketika dipikirnya pria itu sudah terlelap. Ia menatap nanar wajah Damario. Mengingat setiap perbuatan suaminya itu membuat matanya terasa perih dan dadanya sesak menahan air mata. Ia mengelus lembut kepala Damario dan mengecup dahinya.

"Te amo.." katanya sambil melangkahkan kaki meninggalkan Damario.

Pria itu membuka matanya setelah Casta menutup pintu kamar. Ia berusaha mati-matian agar tidak tertidur. Dalam keadaan apapun juga Casta selalu berhasil membuatnya merasakan kantuk. Damario tidak boleh tertidur sebelum menerima info dari Carlos.

Beberapa jam kemudian, sebuah notif masuk di email nya. Dengan cepat Damario memeriksa pesan itu.

Disitu tampak beberapa foto beserta keterangan. Foto pertama seorang pria paruh baya bernama Cesario Bertin Clodovea ayah Casta. Foto kedua seorang wanita paruh baya bernama Sheryn Milthon ibu Casta. Damario membaca sebuah artikel yang menjelaskan tentang kecelakaan maut yang menewaskan orangtua Casta di diperbatasan kawasan Barrio de las letras dan Barrio de la latina setahun yang lalu. Tiba-tiba sebuah video masuk. Damario mengerutkan dahinya ketika menyadari bahwa wajah pria pemilik Graffiti Music Bar itu muncul di video. Ia memutar video itu.

"Halo namaku William. Kau pasti mengenalku tuan Patricio. Ya aku si penjual wanita cantik yang kau beli seharga 20 milyar itu. Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini namun sekertarismus Carlos membayarku dengan jumlah yang tidak sedikit. Gadis bernama Alegria Casta Clodovea itu aku culik ketika ia keluar dari restoran tempatnya bekerja. Waktu itu gadis itu membuatku terluka. Akhirnya aku terpaksa menyuntikkan obat pelemah sehingga dia tidak bisa membantah ketika aku membawanya untuk dijual." Video berdurasi 2 menit itu cukup untuk menjelaskan segalanya. Ada sedikit rasa bersalah karena telah menyebut wanita itu murahan. Tapi apa boleh buat? Semua pria pasti berpikiran seperti itu bukan? Damario tetap bersikukuh pada pendiriannya bahwa wanita yang kini menjadi istrinya itu tidak pantas menerima perhatian dan kasih sayang.

....

Casta membolak-balikkan tubuhnya berusaha untuk terlelap akan tetapi rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalanya tak tertahankan. Apakah mungkin pergi kerumah sakit selarut ini? Damario pasti akan marah. Ia mencoba berdiri namun kepalanya terlalu sakit untuk menahan tubuhnya. Akhirnya ia menginterkom pelayannya.

"Ada apa nyonya?"

"Bawakan aku air hangat!"

"Baik."

"Cepat Maria!"

Cepat-cepat Maria membuatkan air hangat.

"Maaf tuan. Sepertinya kepala nyonya sakit lagi. Saya harus segera kesana."

Damario yang saat itu tengah meneguk air bersikap acuh tak acuh. Suara Casta dengan jelas terdengar ketika dia menginterkom Maria. Kepalanya sakit lagi? Itu artinya Casta sering sakit kepala?

...…....

Maria membuka pintu kamar Casta dan mendapati wanita itu meringkuk dikasur sambil menekan kepalanya.

"Nyonya apa yang terjadi? Apakah sakitnya semakin parah?"

"Air." Casta benar-benar kesakitan. Kepalanya berdenyut dengan cepat dan kuat. Cepat-cepat ia menghabiskan segelas air hangat sambil memijit bagian belakang kepalanya. Maria sadar bahwa majikannya berusaha menyembuyikan rasa sakit dikepalanya. Ia kembali ke dapur dan mendekati majikannya.

"Tuan maaf jika saya lancang. Sepertinya sakit kepala nyonya semakin parah. Walaupun dia berusaha tenang, saya khawatir sesuatu yang buruk terjadi. Bagaimana jika kita membawanya kerumah sakit?"

Damario menatap datar pelayan itu. Maria tahu bahwa ia telah melakukan kesalahan karena dengan lancangnya ia menyuruh majikannya melakukan sesuatu.

Untuk pertama kalinya Casta merasakan sakit yang begitu hebat menyerang kepalanya sejak pertama kali ia tahu keberadaan parasit yang bersarang di otak dan rahimnya.

Tiba-tiba, ia merasakan aura kamarnya berubah seolah terasa lebih dingin. Ia membalikkan badannya dan terkejut ketika melihat Damario yang sudah berdiri di dekat kasur.

"Damario. Aku kira kau sudah tidur." Casta berusaha seolah tidak terjadi apa-apa dengannya. Ia duduk dan bersandar di kepala kasur. Pria itu tak mengatakan apapun selain memandang wajah Casta tanpa ekspresi. Casta mencoba tersenyum dan berkata "Kau tidak bisa tidur? Apakah kau lapar?"

Pria itu masih terdiam. Casta tahu tatapan yang diberikan oleh Damario bukan tatapan kosong. Pria itu menatapnya begitu dalam seakan ingin menyelami berjuta-juta pikiran Casta. Tiba-tiba bola mata hazel itu bergerak memandangi kasur.

"Ah jadi kau ingin tidur? Berbaringlah aku akan tidur di sofa." Casta berdiri dan menarik pelan lengan Damario lalu menuntunnya untuk berbaring dan tanpa ia duga, pria itu menurut. Ia baru saja ingin mengambil selimut akan tetapi tangannya ditarik dengan kuat hingga ia jatuh di kasur tepat disamping Damario. Casta sangat terkejut. Baru saja ia mengalami hal mengejutkan, tiba-tiba ia merasa tangan pria itu melingkar di pinggangnya dan memeluknya erat. Casta tak dapat berkata-kata sungguh. Ini pertama kalinya ia berada diranjang yang sama dengan suaminya. Perasaannya tak menentu dan detakan jantungnya tak teratur lagi. Apakah Damario menyadari hal ini?

Tiba-tiba ia merasakan napas pria itu yang mulai teratur. Apakah dia tertidur? Bagaimana mungkin ia bisa tidur dalam keadaan seperti ini? Lagi pula mustahil jika Damario bisa tertidur secepat ini. Bukankah dia mengalami insomnia? Berbagai pertanyaan menghinggapi kepala Casta. Sejujurnya ia senang bisa merasakan pelukan hangat suaminya. Sangat nyaman. Meskipun tidak menggunakan selimut, ia tak merasa kedinginan. Pelukan Damario cukup untuk membuatnya merasa lebih dari sebuah kehangatan. Ya kenyamanan. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, Casta mengelus lembut pergelangan tangan Damario dan membiarkan kantuk menyerangnya. Rasa sakit yang sedari tadi menganggu kepalanya perlahan menghilang. Ia berharap Damario akan selalu memperlakukannya seperti ini.

"Que duermas bien".

.

.

.

.

Notes:

Te amo = aku mencintaimu

Que duermas bien = selamat tidur