webnovel

Accident

Bertin dan Sheryn pergi ke rumah sakit tiga jam yang lalu ketika Sheryn merasa sulit bernapas. Casta ingin menemani ibunya namun Bertin melarang. Ia ingin Casta menjaga rumah dan bekerja.

Hari ini Casta tidak memiliki jadwa mengajar sehingga ia berencana mengunjungi Museo Nacional del Prado (Museum del Prado). Sebenarnya ia sudah berencana pergi kesana satu bulan lalu namun jadwalnya sangat padat sehingga ia baru bisa pergi sekarang.

Bagi pecinta seni seperti Casta, sangat aneh jika tidak familiar dengan museum tersebut. Museum ini adalah museum nasional Spanyol yang menjadi tempat pemandangan budaya dan galeri seni terbesar didunia. Casta sangat mengangumi museum ini karena disana terdapat berbagai macam karya besar Eropa seperti Velazquez, Goya, Raphel, Rubens, dan Bosch.

"Aku sangat beruntung tinggal didekat museum itu." Casta menyunggingkan senyumnya sambil berjalan cepat. Karena jarak yang cukup dekat, ia bisa tiba disana dalam waktu 10 menit jalan kaki melalui Calle de Cervantes.

Casta tak henti-hentinya mengagumi keindahan museum ini. Ia memperhatikan berbagai koleksi seni Eropa abad ke-12 hingga abad ke-20 yang merupakan bekas koleksi kerajaan Spanyol.

"Hola Casta!" terdengar suara dari arah berlawanan. Casta menolehkan kepalanya dan menemukan sosok seorang pria tinggi dan kurus berdiri di dekat tiang dan melambaikan tangannya.

"Leonardo." Casta tersenyum semringah melihat pria idamannya. Leonardo Sebastian adalah seorang pemuda asal Inggris yang kuliah di Madrid. Ia mengambil jurusan Sejarah. Casta cukup dekat dengannya karena ialah yang menyelamatkan Leonardo dari kejahatan para perampok jalanan 2 bulan lalu. Sejak saat itu, Leonardo dan Casta sering bertemu. Casta bahkan terang-terangan pada orangtuanya bahwa dia menyukai Leonardo. Wajar saja. Pria itu tampan meskipun sedikit kurus.

"Nice to meet you here Casta."

"Nice to meet you too Leo."

"How are you doing?"

"Iam doing good. Bye the way, what are you doing here?"

"I have to do a research here."

Casta menganggukkan kepalanya. Ia senang bisa bertemu Leonardo meskipun hanya sesaat.

"I have to go. Bye."

Casta memperhatikan punggung pria itu dan tersadar ketika ponselnya berdering.

Ia mengerutkan dahinya ketika melihat nomor asing. Perasaannya menjadi tidak enak. Ia pikir sesuatu akan terjadi.

"Halo."

"..."

"Apa? Baiklah saya akan segera kesana".

Mata Casta berkaca-kaca. Dengan cepat ia menaiki taksi dan turun dilokasi kejadian. Tangannya bergetar. Jantungnya berdetak sangat kencang. Ia mendekati kerumunan orang dijalanan. Air matanya mengalir deras ketika melihat seorang pria dan wanita paruh baya terkapar di jalan dengan kondisi mengenaskan. Darah segar mengalir dari kepala dan tubuh mereka. Ia juga melihat seorang pria berjarak 3 meter dengan napas setengah. Ia sekarat. Itu artinya masih bisa diselamatkan. Sementara dua orang yang kini di tangani oleh polisi, entah bagaimana Casta menjelaskannya. Yang jelas ia sangat terpukul.

"Ayah bangun!" Casta mencoba memeluk ayahnya namun polisi memcegahnya. Begitu juga dengan ibunya.

"Mereka orangtuaku. Ku mohon biarkan aku membangunkan mereka!" Casta meneriaki polisi yang terus menghalanginya.

"Maaf nona. Orangtua anda tidak dapat diselamatkan. Tubuh mereka terbentur aspal dan batu besar."

"Mereka masih bisa bangun. Tolong bawa mereka kerumah sakit.!"

"Maaf nona. Kami harus membersihkan tubuh korban agar cepat dimakamkan."

"Tidak. Ayah. Ibu. Kalian sudah berjanji selalu menemaniku. Ayo bangun ibu! Aku akan buatkan Gazpacho untuk kalian." Casta tak dapat menahan air matanya lagi. Ia tidak bisa mempercayai bahwa orangtuanya tewas karena kecelakaan lalu lintas. Ia mengikuti polisi menuju rumah sakit. Ia meronta-ronta membuat para perawat dan dokter terganggu. Akhirnya, mereka menyuntikkan obat penenang sehingga ia tak sadarkan diri.

...…...

Satu bulan semenjak kepergian orangtuanya, Casta berubah menjadi seorang gadis pendiam. Hari-hari ia lewati dengan kesedihan. Foto Bertin dan Sheryn selalu menemani tidurnya. Jujur ia tak bisa merelakan kepergian mereka. Ia masih sangat membutuhkan mereka meskipun ayahnya mendidiknya menjadi gadis yang mandiri. Hidupnya terasa hancur.

Barusan ia menerima telepon dari keluarganya di London. Mereka meminta Casta untuk pindah ke London karena ibunya Sheryn berasal dari sana namun Casta menolak. Ia tak ingin meninggalkan rumahnya tempatnya menghabiskan masa kecil.

Ia pun tidak makan karena ia tidak punya uang lagi. Untung saja ia punya Leonardo. Pria itu menawarkan Casta pekerjaan sampingan di restoran Alimentacion Quiroga yang jaraknya hanya 110 m dari Barrio de las letras tempat tinggalnya. Malam ini Casta mulai bekerja jadi dia memutuskan untuk beristirahat sebentar.

"Are you ready?" tanya Leonardo yang dibalas dengan anggukan oleh Casta.

"Keep smile Casta!" tambahnya.

Leonardo menemani Casta sampai di restoran dan membiarkan gadis itu berinteraksi dengan pegawai restoran lainnya. Perasaan Casta tidak enak. Dia merasa seseorang tengah memperhatikannya. Meskipun menguasai ilmu beladiri bukan berarti Casta tidak pernah takut. Ia tetaplah seorang wanita.

Waktu menunjukkan pukul 10. Kini semua pegawai restoran bersiap pulang setelah membersihkan restoran.

"Buen trabajo Casta." Kata seorang pegawai sambil menepuk pundak casta.

"Gracias".

Casta keluar dari restoran itu dengan ragu-ragu. Sejak tadi ia memang merasa sedang diperhatikan oleh seseorang ditambah lagi jalanan sangat sepi. Sejak kecelakaan lalu lintas satu bulan lalu, aktifitas di sekitar tempat tinggalnnya hanya berlangsung sampai pukul 9 malam.

Casta mempercepat langkahnya ketika ia mendengar langkah seseorang dibelakangnya. Casta tak tahan lagi diteror seperti itu. akhirnya ia memberanikan diri untuk menoleh kebelakang.

.

.

.

.

Notes:

Hola Casta = halo Casta

Buen trabajo Casta = kerja bagus Casta

Gracias = terimakasih

Kira-kira siapa yang ngikutin Casta terus? ?

Whataserendipitycreators' thoughts