Elsa yang berada di apartemennya sedang mencuci piring, tapi tiba-tiba dia tanpa sengaja menjatuhkan piring membuat Louis dan Niko langsung menghampirinya.
"Ma, apa ada yang terluka?" tanya Louis dengan raut wajah panik.
"Tidak ada," jawab Elsa.
"Mama sebenarnya mikirin apa sih?" tanya Niko.
Elsa mengatakan bahwa dia sepertinya mulai tidak waras karena khawatir pada Hanna. Entah mengapa dia merasa hal buruk sedang menimpa putrinya.
"Kak Hanna pasti baik-baik saja. Dia sedang bekerja demi kita," kata Niko.
"Sebenarnya kakak kamu itu bekerja di mana sih?" tanya Elsa.
Niko menggelengkan kepalanya. Dia selama ini tidak pernah bertanya soal di mana kakaknya bekerja.
"Kakak kamu belum memberi kabar dia sudah sampai mana?" tanya Elsa.
"Belum, Ma," jawab Niko.
Louis melihat raut wajah khawatir istrinya meminta Niko segera menelepon Hanna.
"Pa, tidak aktif," kata Niko.
Niko terus mencoba menelepon Hanna, tapi tidak ada panggilan dari dia yang dijawab.
"Mama lebih baik istirahat. Hanna mungkin lagi kerja," kata Louis.
Louis membawa Elsa menuju kamarnya untuk istirahat, sedangkan Niko mendudukkan diri di kursi ruang tamu.
"Kakak ke mana? Jangan begini dong," kata Niko.
Niko sebenarnya juga khawatir pada Hanna, tapi dia harus terlihat biasa saja saat bersama Elsa karena dia tidak mau mamanya tambah panik.
***
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di rumah mewah, tidak lama seorang perempuan yang sudah tidak berdaya dibawa keluar dari mobil.
"Masuk dengan pelan dan jangan biarkan wanita ini sadar," kata Tobi.
Tubuh Hanna dibawa masuk ke dalam rumah mewah itu. Tiap kali mereka melangkah pasti suara teriakan para perempuan minta tolong makin terdengar.
"Taruh di situ saja," kata Tobi saat mereka sudah berada di depan pintu kamar.
Salah satu anak buah Tobi membuka pintu kamar. Tubuh Hanna dibawa masuk ke dalam dan ditaruh di atas ranjang. Ikatan di kaki Hanna dilepaskan dan penutup mata perempuan itu dibuka.
"Bos, sepertinya dia sudah mau sadar," kata Felix.
Tobi memandangi mata Hanna yang perlahan terbuka. Senyum di bibirnya terbit saat melihat perempuan itu seperti ketakutan dan bergerak mundur hingga mentok ke sandaran ranjang.
"Aku di mana?" tanya Hanna dengan raut wajah ketakutan.
"Nona sedang berada di tempat yang sangat indah," jawab Tobi.
Hanna melihat pintu masih terbuka hendak berlari ke arah pintu, tapi tiba-tiba tubuhnya ditahan para suruhan Tobi.
"Lepaskan saya!" teriak Hanna.
"Nona tidak akan pernah bisa keluar dari sini," kata Tobi.
Tobi mengkodekan para suruhannya untuk mengikat Hanna kembali.
"Selamat menikmati hari kamu di kamar indah ini," kata Tobi.
Tobi bersama anak buahnya pergi meninggalkan Hanna tanpa peduli suara teriakan minta tolong dari perempuan itu.
"Sepertinya tuan sudah ingin mengetahui kabar gadis itu," gumam Tobi melihat ponselnya berdering.
Tobi mengangkat telepon itu hingga terdengar suara tuannya.
"Berikan dia makanan dan minuman. Saya tidak mau melihat dia seperti orang yang tidak makan berhari-hari," perintah seorang pria.
"Tuan Edgar, nona ini mau dipekerjakan di klub kita yang mana?" tanya Tobi.
"Jangan pernah kamu menyentuh dia, suruh saja perempuan lain yang bekerja," jawab Edgar.
"Baik, Tuan. Saya akan memberikan dia makanan dan minuman dulu," kata Tobi.
"Suruh dia memakai gaun tidur tipis. Saya ingin mendapatkan sambutan yang meriah darinya," perintah Edgar.
"Baik, Tuan," kata Tobi.
Tobi melihat panggilan itu sudah diputuskan sepihak oleh Edgar langsung berjalan ke dapur untuk meminta pelayan menyiapkan makanan dan minuman buat Hanna.
***
Hanna yang berada di kamar sudah lelah berteriak. Dia mendengar suara pintu terbuka langsung membuka matanya. Dia melihat dua pria berbadan kekar membawakan makanan dan minuman untuknya.
"Apa salah saya sama kalian hingga kalian tega melakukan hal seperti ini pada saya?" tanya Hanna dengan mata berlinang air mata.
"Nona harus makan sekarang juga, saya tidak mau menampung orang sakit di sini," kata Tobi sambil melepaskan ikatan di kaki Hanna.
"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya Hanna.
"Nona nanti akan tahu sendiri," jawab Tobi.
Hanna memakan makanan itu dengan ogah-ogahan. Dsangat tidak bernafsu untuk makan, apalagi ketika melihat kondisinya yang sangat menyedihkan.
"Kenapa aku harus berakhir di sini?" gumam Hanna.
Tobi yang menatap Hanna membentak perempuan itu hingga terkejut. Dia mendekati Hanna lalu memaksanya makan dengan cepat.
"Nona Hanna, jangan membuang waktu saya hanya untuk melihat kamu makan!" teriak Tobi sambil mencengkram dagu Hanna.
Hanna menangis dalam diam sambil memakan makanannya. Dia sangat bingung dengan keadaannya saat ini.
"Pakai baju itu. Tuan kami akan segera datang," kata Tobi sambil melempar paper bag.
Tobi bersama anak buahnya pergi meninggalkan Hanna membuat perempuan itu menghelakan napas kasar.
"Sebenarnya siapa sih tuan mereka?" gumam Hanna.
Hanna membaringkan tubuhnya di atas ranjang lalu mengambil paper bag yang diberikan Tobi. Dia melihat isinya adalah gaun tidur tipis terkejut.
"Ini sangat keterlaluan. Aku tidak tahu apa-apa, tapi diculik seperti ini," kata Hanna.
Hanna melihat pakaian yang dia pakai sudah lengket karena keringat akhirnya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya di kamar mandi.
***
Seorang pria dengan baju santai berjalan menuju tempat Hanna berada. Saat sudah sampai, dia melihat Hanna baru keluar dari kamar mandi tersenyum.
"Hanna," panggil pria itu.
Hanna mendengar suara yang sangat dia kenali berbalik. Dia melihat Edgar berdiri di depannya sambil tersenyum berlari sekencang mungkin menghampiri pria itu.
"Edgar, aku takut," kata Hanna sambil memeluk Edgar dengan erat.
"Tidak ada yang perlu kamu takutkan," balas Edgar menangkup wajah Hanna.
"Edgar, tolong bawa aku pergi dari sini," mohon Hanna.
Edgar menatap Hanna dengan tatapan datar. Dia meminta perempuan itu untuk beristirahat.
"Sebenarnya ini ada apa?" tanya Hanna menangkup wajah Edgar.
"Kalau mau semuanya aman, lebih baik kamu menurut," jawab Edgar dengan tatapan tajam.
Hanna berjalan mundur. Dia berteriak pada Edgar untuk dibebaskan dari sini.
"Edgar, apa maksudnya ini semua? Apa ini adalah rencana kamu?" tanya Hanna dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu lebih baik diam atau kamu akan bernasib sama seperti para perempuan yang berada di kamar sebelah," perintah Edgar.
Hanna menitikkan air matanya. Dia tidak menyangka pria yang sangat dia sayangi dan sudah dianggap sebagai pelindungnya ternyata tega berkhianat.
"Hanna, jangan buat kesabaran aku habis. Aku hanya ingin menjaga kamu saja," kata Edgar dingin.
"Menjaga dari apa? Sekarang aku merasa seperti dibodohi oleh kamu. Edgar, lepaskan aku!" teriak Hanna.
Hanna melihat Edgar lengah segera berlari menuju pintu, tapi mendadak dia terjatuh ke lantai saat tamparan kencang dari Edgar melayang ke pipinya.
"Sayang, jangan pernah melawan," kata Edgar.