Floren yang kesal melihat semua karyawannya saling menyalahkan mengancam mereka akan dipecat jika masih terus membuat keributan.
"Nyonya, yang harus dipecat itu dia," kata Betty sambil menunjuk ke Hanna.
Floren melihat kue yang sudah dihias menatap satu per satu karyawannya yang ada di sana.
"Itu yang dekor siapa?" tanya Floren.
Hanna menunjuk tangannya ke atas sambil menundukkan kepala.
"Saya, Nyonya," jawab Hanna.
"Dekor kamu bagus. Sekarang bawa keluar dan antar ke meja teman saya. Nanti saya akan menyusul," perintah Floren.
"Baik, Nyonya," balas Hanna.
"Oh iya, jangan lupa pakai masker agar terlihat higienis," kata Floren.
"Iya, Nyonya," balas Hanna.
Hanna berjalan keluar bersama Beni yang membantu dia membawa kue ke meja Floren dan temannya.
"Nyonya Agatha, selamat pagi. Ini kuenya," kata Hanna.
"Wah, bagus sekali. Ini kalian yang buat?" tanya Agatha.
"Iya kami yang buat, Nyonya," jawab Hanna.
"Oke. Terima kasih," kata Agatha.
"Sama-sama," balas Hanna.
Setelah mereka selesai menyajikan semua kue-kue itu, mereka langsung meninggalkan meja teman nyonya mereka.
***
Di dapur, Floren masih memarahi Betty yang selalu saja menyalahkan Hanna.
"Betty, saya ini tidak sekali dua kali mendengar kamu berteriak pada Hanna. Saya tidak membela siapa pun, tapi kamu juga pekerja di sini. Kalau ada pekerja lain yang membantu, saya yakin dia punya potensi. Kalau kamu yakin sama kemampuan kamu, seharusnya kamu tidak perlu khawatir. Kamu sekarang lebih baik pulang dan kembali lagi minggu depan. Satu lagi, gaji kamu dipotong karena ulah kamu sendiri," kata Floren.
"Nyonya, maafkan saya," mohon Betty.
"Sudah cukup. Saya ada urusan dan kamu pulang sekarang. Seminggu saya kasih libur dan renungkan semuanya," kata Floren.
Floren pergi dari sana membiarkan Betty yang masih saja memohon pada dia untuk tidak meliburkannya paksa.
"Aku sudah bilang kalau kamu harusnya berpikir sebelum melakukan sesuatu," kata Adel.
"Kalian berdua memang benalu di sini," balas Betty.
Betty pergi dari dapur lalu membanting pintu dengan keras membuat Adel geleng-geleng kepala dan Hanna yang masih mencatat pesanan para tahu makin yakin pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Adel, Betty mau ke mana?" tanya Hanna yang sudah kembali ke dapur.
"Dia disuruh libur dulu, terus gajinya dipotong," jawab Adel.
"Hah! Nyonya Floren bilang begitu? Aku harus bilang kasihan Betty. Dia kan tulang punggung keluarga," kata Hanna.
Adel melihat Hanna hendak pergi ke tempat Floren menahan tangannya membuat Hanna terkejut.
"Adel, ada apa?" tanya Hanna.
"Hanna, kamu jangan ikut campur urusan nyonya dengan Betty. Bisa-bisa kamu yang dipecat. Kamu profesional aja kerjanya. Itu juga konsekuensi dia karena sudah buat ulah terus," jawab Adel.
"Tapi aku tidak enak sama Betty," kata Hanna.
"Aku tahu kamu orangnya tidak enakan, tapi kamu harus mikirin diri kamu juga dan apa kamu juga sudah memantapkan diri untuk segala konsekuensi yang akan kamu terima kalau ikut campur urusan itu," balas Adel menatap Hanna.
Hanna geleng-geleng kepala. Dia tidak mau dipecat hanya karena mengurusi urusan orang lain.
"Maaf, Adel. Baiklah saat ini aku diam saja," kata Hanna.
"Iya begitu saja lebih baik," balas Adel.
Mereka akhirnya melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing setelah perbincangan panjang itu selesai.
***
Floren dan Agatha yang sudah berada di satu meja tengah berbincang-bincang, tapi perbincangan itu terhenti saat suara dering ponsel Agatha berbunyi dan menampilkan nama suaminya Agatha.
"Iya aku lagi di kafe Floren temanku, Sayang," kata Agatha.
"Sayang, nanti malam kita makan bersama di rumah kita," ajak Oscar.
"Iya, Papa. Pasti ada hal penting yang mau dibahas, ya ?" tanya Agatha.
"Iya, nanti juga ada teman-teman anak kita. Mereka mau bangun bisnis yang tidak begitu Papa mengerti makanya Papa undang mereka ke rumah kita," jawab Oscar.
"Iya tidak apa-apa, Pa. Mama nanti bilang ke pelayan kita untuk menyiapkan semuanya," balas Agatha.
"Oke. Makasih, Sayang. Sampai jumpa di rumah," kata Oscar.
"Sama-sama, Sayang," balas Agatha.
Agatha tersenyum mendengar perkataan suaminya, lalu dia memutuskan sambungan telepon itu.
"Cie, kalian romantis banget sih. Dari jaman SMA sampai nikah dan sudah punya anak tidak ada yang berubah. Kamu punya anak berapa sekarang?" tanya Floren.
"Sekarang dua. Anak aku yang pernah kamu lihat waktu itu anak aku yang pertama, tapi memang anaknya tertutup," jawab Agatha.
"Oh. Aku juga tidak begitu jelas lihat wajah anak kamu. Kan waktu itu aku lihatnya pas dia sudah mau naik mobil untuk berangkat ke kantor," kata Floren.
"Iya. Wajah dia juga jarang terekspos. Biasa, dia pebisnis misterius," balas Agatha.
"Hahaha, kamu ada-ada saja," kata Floren.
"Oh iya, aku mau pesan kue buat acara makan malam sama keluargaku," kata Agatha.
"Boleh, boleh. Aku panggil pelayan ya untuk kasih kamu menunya," balas Floren.
"Oke," kata Agatha.
Floren memanggil pelayan untuk membawakan menu. Tidak lama Pelayan membawakan buku menu untuk Floren.
"Menu yang paling rekomendasi di kafe ini fruit cheesecake," kata Floren sambil memberikan buku menu ke Agatha.
"Aku mau kue yang lebih sehat, tapi enak. Ada tidak?" tanya Agatha.
"Oh, ada dong. Ini ada lime tart dan tidak terlalu manis, juga ada pie traditional atau mau yang ini raspberry cheesecake, kue ini dibuat dengan fiber oat jadi lebih sehat," jawab Floren.
"Boleh deh yang raspberry cheesecake," kata Agatha.
"Oke. Raspberry cheesecake satu, ya," balas Floren.
Floren memanggil pelayan dan memesankan kue untuk temannya. Setelah memesan, mereka mengobrol kembali.
***
Tidak terasa waktu jam makan siang sudah tiba dan beberapa karyawan pergi bersama untuk istirahat, sedangkan Hanna istirahat sendiri di sebuah restoran sederhana. Dia ada janji ketemuan makan siang dengan temannya.
"Hai, kamu Hanna bukan?" tanya seorang pria.
Hanna melihat wajah pria itu dari atas sampai bahwa hingga dia menyadari bahwa pria itu adalah temannya.
"Oh iya, kamu Victor," kata Hanna.
"Iya, kan sama kayak di foto," balas Victor.
"Hehehe, iya," kata Hanna canggung.
"Yuk duduk di sana. Kamu pasti belum makan siang," ajak Victor.
"Belum, ini aja baru istirahat," balas Hanna.
"Oh. Aku sudah pesan spageti sama salad, kamu mau apa?" tanya Victor.
"Samain aja," jawab Hanna.
"Benaran nih?" tanya Victor.
"Iya," jawab Hanna.
Victor tersenyum pada Hanna dan pergi memesan makanan karena restoran itu menggunakan metode self service. Setelah Victor sudah memesan makanan, dia kembali duduk bersama Hanna.
"Kamu kerja di mana?" tanya Hanna.
"Aku programmer di perusahaan Odilio," jawab Victor.
"Wah, keren banget pekerjaan kamu. Aku jadi minder," kata Hanna sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Biasa aja, aku masih jadi karyawan aja di sana. Kita kan baru kenal tujuh hari, kegiatan kamu apa aja?" tanya Victor.
"Iya tujuh hari dan kamu kepo banget selama tujuh hari. Berhubung kita di satu negara, ya sudah ketemuan aja," jawab Hanna.
"Kamu lucu banget sih," kata Victor.
"Apanya yang lucu? Kamu ada-ada saja," balas Hanna.
"Itu susah diungkapkan dengan kata-kata," kata Victor.
"Hahaha, ada lagi," balas Hanna menepuk jidatnya.
Victor tersenyum menatap Hanna yang begitu manis di hadapannya. Dia merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Apakah ini yang dinamakan jatuh cinta?" gumam Victor.
Tidak lama makanan mereka datang dan pelayan langsung meletakkannya ke atas meja.
"Mari dimakan. Aku jamin makanan ini enak sekali," kata Victor.
"Iya makanannya kelihatan enak. Semoga rasanya enak juga," balas Hanna sambil menyuapkan makanan itu ke dalam mulut.