webnovel

Dyani

Dyani, seorang gadis yatim piatu yang di besarkan di sebuah keluarga angkatnya, harus mau menikah dengan putra tertua keluarga itu. Sayangnya laki-laki itu tak mencintainya karena telah mempunyai seorang kekasih. Tapi dia tak bisa menolak keinginan Ibunya itu. Laki-laki itu tak berniat menyentuh istrinya ini. Malahan membawa kekasihnya untuk tinggal bersamanya dan memperlakukan Istrinya itu layaknya seorang pembantu. Suatu hari, karena kalah taruhan dan semua uangnya habis, Dia malah menggadaikan Istrinya itu dengan harga yang cukup mahal. Namun kekasihnya malah membawa kabur uang itu dan meninggalkannya. Laki-laki itu menyadari kesalahannya dan bertekad akan menebus istrinya kembali. Mampukah dia menebus istrinya itu? Dan mungkinkah Diani akan kembali padanya setelah Bayangan Hitam Masa Lalu itu diukir suaminya?

dian18051984 · สมัยใหม่
Not enough ratings
43 Chs

Akhirnya End. ^.^

"Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Putri Binti Hermawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Bagaimana para saksi? Sah? " Tanya penghulu itu.

"Sah! " Terdengar jawaban serentak.

"Alhamdulillah...! "

Julian tersenyum bahagia menatap istrinya yang duduk di sampingnya.

Aisyah langsung mencium tangan Julian, dan dibalas Julian dengan mengecup kening istrinya itu.

Dyani dan Mark yang sedang menggendong balita berusia dua tahun, segera mendekat memberikan selamat pada mereka.

"Terima kasih banyak! " Jawab Julian terharu.

"Sini! berikan anakku, kalau mau, kalian bikin sendiri! " Kata Julian sambil mengambil gadis kecil itu dari tangan Mark. Dia tak sadar, kalau gadis kecil itu bukan anak kandungnya. Tapi Julian selalu ada saat kehamilan Aisyah dan membantu sahabatnya itu yang sekarang sudah menjadi istrinya. Mark dan Dyani langsung cemberut mendengar perkataan itu. Memang mereka sampai saat ini masih belum memperoleh keturunan lagi meski Mark sudah bekerja keras bercocok tanam setiap harinya. Tapi mereka masih belum melihat bibit itu tumbuh.

Melihat ekspresi kedua pasangan suami istri itu, Aisyah langsung mencubit suaminya. Julian tersadar dan berkata.

"Maafkan aku, aku hanya bercanda! " Jawabnya penuh sesal.

"Iya, tak apa-apa! "Jawab Mark tersenyum tipis sambil memeluk bahu Dyani dan mengusapnya pelan.

"Om Yan...! Ada dedek! " Kata gadis kecil itu pada Julian. Putri kecil Aisyah, memang terbiasa memanggil Julian dengan sebutan Om Yan. sambil mengulurkan tangannya pada Dyani seolah dia minta gendong pada Dyani. Dyani segera menyambut gadis kecil itu.

"Do'ain ya sayang, agar tante juga cepat dapat dedek! " Kata Dyani sambil mengecup pipi chubi gadis kecil itu.

"Iya, ada dedek! " Jawab gadis kecil itu manggut-manggut sehingga membuat Dyani memeluknya gemas.

"Apa katanya? " Tanya Mark yang tak paham Bahasa Indonesia.

"Dia mendo'akan aku punya bayi! " Jawab Dyani haru.

Mark segera menggendong gadis kecil itu, mencium pipinya sayang dan mengatakan terima kasih dalam bahasa Indonesia.

"Mulai sekarang, kamu panggil Papa ya! " Kata Julian sambil memegang tangan mungil gadis kecil itu. Gadis kecil itu hanya mengangguk pertanda setuju.

"Sayang, Bawa Mark ke atas gih. kalian istirahat dulu, pasti capek berjam jam di pesawat! " Kata Mama yang ternyata sudah ada di belakang mereka.

"Iya Ma, Tapi ga enak sama tamu, pesta kakak kan belum usai! " Kata Dyani sedikit sungkan. Memang sejak Dyani menikah dengan Mark, dia juga memanggil Julian dengan sebutan kakak, sama seperti saudara-saudara Julian yang lain.

"Pestanya besok sayang, sekarang kalian istirahat saja!. Oh ya, barang-barang kalian juga udah ada di kamar kamu dulu! " Kata Mama sambil menarik mereka berdua ke arah kamar Dyani yang lama di lantai atas.

Julian segera mengambil Gadis kecil itu dari tangan Mark.

"M..., ini! Minum ini ya! ini obat tradisional, biar kalian cepat dapat baby! " Mama sengaja mengatakan dalam bahasa Inggris, agar Mark paham, saat telah berada di pintu kamar Dyani.

"Mama...!" Kata Dyani malu.

"Ini obat penyubur kok. Resep warisan dari nenek mama! " Kata Mamanya tersenyum usil dan langsung meninggalkan mereka.

"Aku coba minum ya! " Kata Mark begitu mereka sampai di dalam kamar.

"Kamu yakin? emang bisa? " Tanya Dyani ragu.

"Tidak ada salahnya mencoba! " Jawab Mark sambil meminum pil itu. Mark sedikit mengernyitkan wajahnya karena rasa obat itu yang tidak enak. Dyani pun ikut mengernyit melihat ekspresi suaminya.

"Ya udah, aku mandi dulu! gerah, kamu istrirahat dulu, kalau udah selesai aku bangunin! " Kata Dyani dan langsung menuju kamar mandi.

Mark segera berbaring, dia ingin meluruskan tubuhnya untuk beberapa saat.

Tiba-tiba saja Mark merasa aneh pada tubuhnya, lelahnya seketika hilang, hal yang paling aneh terutama di bagian bawahnya yang terasa menyempit.

"Ada apa dengan tubuhku? " Gumamnya heran.

Mark bertambah kaget saat melihat juniornya sudah memberontak ingin di bebaskan.

"Ya Tuhan..., Kenapa bisa begini? "Mark hampir saja berteriak keras saat membebaskan juniornya yang ternyata telah berdiri sempurna.

Mark, ingin memasuki istrinya saat itu juga. Dengan terburu-buru pria itu segera melepas pakaiannya dan berlari menuju kamar mandi.

"Mark! Apa yang kau lakukan? " Terdengar suara kesal Dyani.

"Minta mamamu bertanggung jawab! " Jawab Mark.

............

Di luar sana. Arkan berjalan mendekati pasangan pengantin baru ini.

"Selamat untuk kalian! " Katanya berusaha tersenyum. Namun ada guratan tak rela di wajahnya.

"Terima kasih! " Jawab Aisyah dan Julian hampir bersamaan. Mereka terdiam beberapa saat sampai akhirnya Ibu dan Ayah Arkan mendekati mereka dan memberikan selamat .

Aisyah mendekati Ibu angkatnya ketika beliau berjalan menjauh. Tampak sekali kedua wanita berbeda generasi itu berbicara sangat akrab layaknya mereka ibu dan anak kandung.

"Maaf, aku tak bisa memenuhi permintaan mu waktu itu! " Kata Julian saat Aisyah dan Ibu Arkan sudah menjauh.

"Aku tau! " Jawab Arkan lirih.

"Tapi jika suatu saat kalian bercerai, aku akan langsung mempersunting Aisyah! " Kata Arkan kemudian dengan semangat.

"Sayang sekali, Aku tak akan mengulangi kesalahan yang sama! " Balas Julian tersenyum kesal karena sahabatnya ini mengharapkan pernikahannya tak bertahan lama.

"Aku akan buktikan! " Jawab Arkan terdengar menantang.

.......

Satu bulan kemudian, London.

"Mark..., pelan-pelan! " Kata Dyani sedikit terengah karena Mark memompanya dengan gerakan yang cukup cepat.

"Bentar lagi sayang, hampir...! " Jawab Mark yang merasa hampir mencapai pelepasannya.

Saat merasakan Mark hampir melepaskan benihnya, Dyani segera mendorong tubuh Mark sehingga Mark menumpahkannya di luar.

Mark memandang Dyani kesal menuntut jawaban. Apa istrinya itu tak ingin hamil?. Melihat tatapan Mark, Dyani berkata.

"Spermamu tak baik untuk calon bayi kita yang masih berusia tiga minggu. Jika kena, itu akan mendorongnya untuk keluar, Jadi..., hingga berusia delapan bulan, lebih baik jangan melepasnya di dalam.! " Jawab Dyani tertunduk malu.

Mark menatap Dyani tak percaya.

"Ka... mu.. hamil? " Tanyanya haru sambil memegang kedua bahu Dyani. Dyani mengangguk sambil tersenyum .

"Alhamdulillah...,! " Kata Mark sambil memeluk istrinya dengan semangat. Lalu Mark mencium kening Dyani berkali-kali.

"Kamu tidak keberatan kan? jika beberapa bulan ini kita berhubungan kamu menggunakan pengaman, atau melepasnya di luar? " Tanya Dyani dengan pandangan menyesal.

"Tak akan! Aku akan menelfon mamamu dan berterima kasih atas obatnya! " Kata Mark segera mengambil ponsel nya.

"Mark, sekarang mereka masih tidur! " Kata Dyani mengingatkan.

Mark melihat Jam ternyata pukul delapan pagi. berarti di sana masih pukul dua dini hari.

"Baiklah, beberapa jam lagi akan ku hubungi.!" jawab Mark meletakkan ponselnya kembali.

Mark kembali memeluk istrinya itu.

"Mark, kita harus bangun! " Kata Dyani mencoba melepaskan diri.

"Bentar lagi. Lagian sekarang waktuku libur! " Jawab Mark. Dia memang seenaknya saja pergi bekerja, karena Mark telah mempunyai tangan kanan disetiap distronyo.

Dyani hanya bisa bernafas lelah, untung saja mereka melakukan kegiatan itu setelah sholat subuh tadi. Jadi dia tak ketinggalan dengan ibadahnya.

.......

Selama kehamilan Dyani, Mark semakin over protektif pada istrinya itu. Kadang Dyani merasa sedikit kesal dengan perhatian Mark yang berlebihan sehingga membatasi setiap geraknya. Namun dibalik itu, Dyani amat bersyukur memiliki suami seperti Mark.

Ya meskipun, Dyani pernah melihat seorang wanita seksi di ruangan Mark beberapa hari yang lalu. Wanita itu duduk di pangkuan Mark dan berusaha mencium bibir suaminya itu. Dyani amat kesal, meskipun dia dapat melihat kalau suaminya berusaha menahan perempuan itu dan berusaha melepaskan diri.

Mark sangat kaget ketika melihat Dyani yang berdiri di pintu dengan mata berkaca kaca.

Dyani segera pergi dan Mark langsung mengejarnya. Mark tak peduli dengan wanita itu yang terjatuh di pantai karena dia berdiri tiba-tiba.

"Sayang..., tunggu aku! " Kata Mark cemas karena Dyani berlari dalam keadaan hamil. Dyani tak menghiraukan sehingga Mark langsung menangkapnya dan membawa Dyani ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari sana.

"Jika... jika kamu tak menyukaiku. Lebih baik kita bercerai! " Kata Dyani sambil terisak.

Mark langsung melotot kaget dan segera memeluknya.

"Jangan peluk aku, aku serius! " Kata Dyani kesal karena membayangkan tubuh Mark baru menempel dengan perempuan lain.

"Jangan salah sangka, aku tak mengundangnya. Dia datang sendiri, memang kuakui, dulu dia salah satu partner ranjangku. tapi itu dulu, sebelum aku kenal kamu. Kamu juga taukan? gimana aku dulu? sekarang tidak begitu lagi. Perempuan itu tiba-tiba datang duduk dipangkuanku, dan merayuku, tapi aku mencoba melepaskan diri. Aku bersumpah, aku tak membalasnya sama sekali! " Mark menerangkan dengan panik, dia sangat takut jika Dyani tak mempecayainya. Apalagi istrinya itu melihat adegan itu dengan mata kepala sendiri.

Dyani hanya terdiam. Dia masih merasa trauma dengan pernikahannya yang dulu. Menikah, tapi tak dicintai.

"Jika suatu saat..., kamu tak mencintaiku lagi... Jangan selingkuh. Lepaskan saja aku! " Kata Dyani dengan suara seraknya karena berusaha menahan tangis. Mark terdiam beberapa saat. Ada kekecewaan dalam hatinya mendengar perkataan istrinya itu.

"Itu tak akan terjadi. Aku tak akan jadi laki-laki bodoh yang menyiakan istri sebaik kamu! " Mark langsung memeluk istrinya itu dan membiarkan Dyani menangis di dalam pelukannya.

Semenjak hari itu, Mark menugaskan anak buah nya untuk melarang wanita manapun yang akan memasuki ruangannya, kecuali satu. Istrinya.

...........

Mark tampak panik, tapi berusaha tenang. Laki-laki itu menatap istrinya khawatir. Dyani berusaha antara hidup dan mati membawa bayi mereka ke dunia ini.

"Sayang..., kamu pasti bisa! " Kata Mark terus memberikan semangat pada istrinya itu agar kuat.

Mark bernafas lega saat mendengar tangisan bayinya. Berkali-kali dia mencium kening istrinya itu.

"Terima kasih sayang! " Ucap Mark di sela kecupannya. Dyani hanya tersenyum lemah karena tenaganya habis terkuras.

"Suster itu memberikan bayinya pada Mark. Mark segera mengazankan pura itu dan mengembalikannya pada suster agar segera ditindak lanjuti.

Setelah mereka pindah keruangan, Ibu, Ayah, kakek, Mertua setra Orang tua angkat Dyani telah berada di sana. Mereka menyambut bahagia keluarga baru mereka.

Apa lagi bayi laki-laki itu adalah cucu pertama bagi orangtua Mark dan Dyani, karena Mark dan Dyani sama-sama anak semata wayang. Mereka mengelilingi bayi mungil itu dan seolah tak ingat akan Dyani.

Mark hanya tersenyum melihat putranya yang berhasil menarik perhatian semua orang.

Tak lama kemudian, Julian dan Aisyah datang. Putri kecil mereka telah lebih dahulu berlari memasuki ruangan itu. Mark segera menggendong Aura karena gadis kecil ini yang dahulu mendo'akan kehamilan Dyani.

Aura protes karena dia ingin segera melihat adik bayinya itu.

Mark mendekati Aura dan membisikkan sesuatu. Aura segera berbalik ke arah mama dan papa nya lalu berkata...

"Aku juga mau punya adek bayi! "

.......🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦.....

Sekian dulu kisah ini... jika ada sobat pembaca yang ingin mengetahui kisah Aisyah, Julian dan Arkan... Silah kan mampir di novelku yang berjudul " Talak 3"

Tapi Upnya jarang, aku ga bisa ngetik kalau ga mod 😅 maklumin aja ya!

Terima kasih atas waktunya, mohon maaf atas segala kekurangannya.

Karena aku sadar tulisanku jauh dari sempurna.