webnovel

Tuan Muda Han Datang ke Xunshan

นักแปล: Wave Literature บรรณาธิการ: Wave Literature

Xia Changyue meraih ponselnya dan meninggalkan ruang kantor Yan Chengchi dengan cepat.

"Chenxu kembali?" Yan Chengchi memperhatikan sosok Xia Changyue menghilang di depan matanya dan mengeluarkan sebuah kalimat di bibirnya.

"Ya, saya telah menerima laporan bahwa pesawat penerbangan Chenxu baru saja tiba di bandara," jawab asisten khusus tersebut.

Bang!

Yan Chengchi membalikkan badan dan menggebrak meja. Di mata hitam pekatnya terpantul cahaya gelap, suhu pun tubuhnya perlahan menurun. Xia… Chang… Yue… Gumamnya dalam hati.

***

Xia Changyue berlari sekencang mungkin meninggalkan Perusahaan Grup Yan, menuju pinggir jalan dan menghentikan taksi. Namun, saat masuk ke dalam taksi, dia tersadar bahwa dia tidak mengetahui tujuannya untuk menemukan seseorang yang sedang dicari olehnya. Kemudian, dia hanya melamun.

"Nona, kamu mau pergi atau tidak?" Sopir taksi kembali memandang Xia Changyue yang melamun dan bertanya dengan ragu.

"Aku…" Saat Xia Changyue hendak menjawab, ponselnya tiba-tiba berdering. Melihat ID penelpon di layar ponsel, dia dengan cepat mengangkatnya.

Di seberang telepon, sebuah suara lembut berkata dengan jelas, "Changyue, Tuan Muda sedang mengunjungi Xunshan. Dia mencari-cari keberadaanmu tapi tidak ketemu, hal ini membuatnya sedih."

"Dimana Tuan Muda Han? Aku akan segera datang menjemputnya." Xia Changyue menutup telepon dan menatap pengemudi, lalu berkata, "Pergi ke stasiun!"

***

Ketika taksi berhenti di luar stasiun, Xia Changyue melihat seorang bocah lelaki kecil yang dikelilingi sekelompok wanita muda. Bocah lelaki berusia tiga tahun itu duduk di kursi, dengan mengenakan kemeja putih yang rapi dan rompi hitam, dia juga memakai celana hitam harem yang bergaya.

Bocah lelaki itu memiliki tekstur wajah yang halus bagaikan terukir dari batu giok. Dia memiliki bola mata hitam yang bulat, bibirnya tipis dan terlihat sangat manis saat tersenyum. Bocah lelaki itu begitu mempesona, membuat wanita-wanita muda di sekitarnya tertarik padanya dan terus berteriak karena kagum. Mereka juga mengambil foto bocah lelaki itu dengan ponsel mereka, sementara bocah itu dengan sopan menurunkan tutup kepalanya dan perlahan-lahan menolak. 

Mengapa Changyue belum menjemputku? Aku bisa-bisa dimakan hidup-hidup oleh 'para bibi' yang antusias ini, batin bocah yang bernama Xia Shuhan itu. 

Xia Shuhan lalu menendang kopernya dan memandangnya yang menggelinding di jalan. Sekilas, dia melihat Xia Changyue yang berada di dalam sebuah taksi langsung melompat keluar dan turun dari kursinya, menyeret kopernya yang menggelinding dan berlari ke arahnya.

"Changyue…" Tubuh kecil bocah lelaki itu meluncur ke dekapan Xia Changyue dan lengan kecilnya memeluk erat leher gadis itu.

Xia Changyue mengangkat tubuh bocah lelaki itu dan melihat respons kaget dari kerumunan orang-orang yang ada di pinggir jalan. Dia segera mengambil koper Xia Shuhan, lalu membawanya masuk ke dalam taksi dan menyuruh sopir untuk segera melaju.

Taksi tersebut berhenti di hotel terdekat. Xia Changyue pun memasuki kamar hotel bersama dengan bocah lelaki yang pendiam di gendongannya, kemudian mendudukkannya di sofa.

"Xia Shuhan, anak kecil tidak boleh pergi keluar rumah sendirian. Kamu menghilang dari rumah seperti ini, membuatku sangat khawatir. Apa kamu mengerti?" kata Xia Changyue membuka suara.

Bocah lelaki itu baru berusia tiga tahun, dia pergi dari rumah sendirian untuk mencari Xia Changyue. Saat dia mendapat kabar bahwa bocah lelaki itu hilang dari rumah, jantungnya terasa berhenti berdetak.

"Changyue, Tuan Muda Han merindukanmu, apakah kamu tidak menginginkan aku?" Xia Shuhan bersuara sembari menggigit bibirnya. Dia merasa bersalah hingga membuatnya menundukkan kepala. Matanya yang besar berair, dia tampak begitu menyedihkan.

Hati Xia Changyue terasa sesak melihat hal itu. Dia mengulurkan tangan dan memeluk Xia Shuhan. "Bagaimana mungkin aku tidak menginginkanmu? Ini adalah salah ibu. Ibu tidak punya waktu untuk menemanimu. Ibu sangat jahat padamu."

"Apakah kamu masih marah?" tanya Xia Shuhan dengan mata besar yang berair, lalu melirik Xia Changyue, tampak ada sandiwara di matanya.