webnovel

Kejahatan He Yan

บรรณาธิการ: Wave Literature

He Yan tidak melakukan apapun, tapi ibu mertuanya sudah berkata seperti itu, sangat jelas kalau ibu mertuanya memiliki prasangka terhadap He Yan.

He Yan mengetahui mungkin ini karena dirinya bukan dari keluarga yang berada seperti Wen Nuan, jadi ibu mertuanya tidak menyukainya, tetapi perkataan ibu mertuanya juga terlalu menyakiti hatinya.

Nenek Jian lalu menjelaskan, "Yiling belakangan ini sedang dalam suasana hati yang buruk karena masalah ujian, tunggu sampai suasana hatinya membaik baru bercanda dengannya."

He Yan sambil tersenyum berkata, "Aku mengerti, Bu. Masalah ujian, Yiling jangan terlalu memikirkannya, keluarga kita tidak kekurangan makanan dan pakaian, jadi dia tidak perlu terlalu memikirkan harus mendapatkan nilai yang bagus, tidak baik juga kalau terlalu menekan diri sendiri."

He Yan selalu menggunakan perkataan seperti ini kepada Jian Yiling agar gadis itu tidak perlu berusaha lebih keras.

He Yan tidak hanya sekali ini memberikan saran yang salah kepada Jian Yiling, dengan mengatakan kalau dia sekarang bisa mengandalkan kakek neneknya, dia juga bisa mengandalkan orang tuanya, setelah beberapa tahun juga bisa mengandalkan suaminya dan kakak-kakaknya.

Kedepannya Jian Yiling hanya akan mengandalkan harta warisan dari kakek dan neneknya, karena itu saja sudah cukup untuk makan seumur hidup.

Jian Yiling menarik lengan baju Nenek Jian, "Aku lapar."

Begitu Nenek Jian mendengar hal itu, dia langsung menyuruh pembantunya untuk membawakan makanan. "Cepat, ayo kita makan, Yiling sudah lapar."

Setelah Nenek Jian membawa Jian Yiling ke ruang makan, rona wajah He Yan yang ada di belakang berubah menjadi suram.

Anak sialan ini, waktu itu jelas-jelas selalu mendengarkan perkataanku, tapi kenapa hari ini berubah menjadi begini? Batin He Yan.

Kalau Jian Yiling belajar menjadi anak yang penurut, itu bukan sesuatu hal yang baik bagi He Yan.

He Yan menggunakan waktu sebelum makan untuk pergi ke toilet, dan menelepon seseorang.

Teleponnya berdering sebentar, lalu terdengar suara seorang wanita paruh baya.

He Yan pun bertanya kepadanya, "Bibi Mo, sebenarnya apa yang terjadi? Jian Yiling kenapa seperti berubah menjadi orang yang lain?"

Nada bicara He Yan terdengar menyalahkan. 

"Nyonya kedua, aku, aku juga tidak tahu, beberapa hari ini aku selalu menjaga dan merawat Tuan ketiga di rumah sakit, dan tidak berhubungan dengan Nona Jian." Suara wanita paruh baya itu terdengar lembut dan hati-hati.

"Kalau begitu Bibi jangan lupa untuk terus mengatakan kepada Jian Yunnao, kalau tangannya tidak akan sembuh maka kehidupannya juga akan hancur."

"Aku sudah melakukannya. Tetapi aku sangat takut dia akan mengingat detail kejadian waktu itu. Aku sudah bertanya kepada dokter, dan katanya ada kemungkinan ingatan-ingatan tertentu akan muncul samar-samar saat seseorang sedang emosi. Kalau Jian Yunnao mengingat semuanya dan tahu aku yang membohonginya ..."

Suara wanita paruh baya yang terdengar pelan tetapi cukup jelas kalau dia sangat ketakutan.

He Yan kemudian menghibur wanita itu, "Jangan panik, kalau Jian Yunnao mengingat semuanya, katakan saja kalau itu hanya salah lihat, apalagi kejadiannya sudah berlalu cukup lama dan dia masih tidak mengingat apapun, kemungkinan besar dia sudah tidak akan mengingatnya lagi. Ketika Jian Yunnao dan Jian Yiling bertengkar, mereka juga bertengkar menggunakan fisik, dan pada saat Jian Yunnao terjatuh, dia tidak bisa melihat dengan jelas apakah dirinya yang terjatuh sendiri atau Jian Yiling yang mendorongnya. Bibi adalah orang pertama yang muncul di sampingnya setelah dia terjatuh, Bibi bilang saja kalau Bibi melihatnya sudah terjatuh saat datang, dengan begitu Jian Yunnao tidak akan memikirkan hal lain dan akan marah pada adik kesayangannya yang ternyata begitu sadis. Ketika seseorang mencintai orang lain dengan sangat dalam lalu berubah jadi benci, maka orang itu pun akan jadi sangat membenci, begitulah cara berpikir anak jaman sekarang."

Wanita paruh baya ada di seberang telepon itu hanya terdiam..

Tidak lama kemudian wanita itu baru berkata lagi, "Nyonya kedua, aku lihat Jian Yiling sudah mendapatkan hukuman yang cukup. Tuan dan Nyonya Jian sangat baik padaku, dan juga memperbolehkan putriku tinggal di sini bersama mereka, bahkan menaikkan gajiku, aku tidak ingin membuat mereka sakit hati …"

Raut wajah He Yan terlihat langsung berubah, "Bibi Mo, kamu harus ingat siapa yang membuat putrimu bisa sekolah di SMA Sheng Hua, siapa yang mengatur kamu agar bisa mendapatkan pekerjaan sebaik ini? Apa sekarang Bibi tidak mau melakukannya? Baiklah, tapi Bibi harus memikirkan cara untuk membiayai uang kuliah putri Bibi sendiri kelak!"