webnovel

Dunia Sebuah Apel

Hey namaku Reina Appeally Wardana, eh iya tapi kalian tidak perlu memanggilku sepanjang itu ya cukup panggil aku dengan Reina. Tapi ada beberapa temanku yang memanggilku dengan sebutan Apel. Ya, kalian tidak salah baca, mereka menyebutku "Apel".

Tetapi aku tidak mempermasalahkannya karena aku pun sangat menyukai buah Apel. Mungkin dikarenakan juga namaku yang seperti buah Apel yaitu Appeally, aku sendiri juga tidak pernah paham kenapa namaku bisa seaneh itu, tapi walaupun seperti ini aku sangat menyukai namaku dan kalian harus tahu nama ini adalah nama terbagus dan terbaik yang kupunya tercipta dari kedua orang tuaku, salah satunya ayahku.

Aku juga mempunyai sebuah rahasia. Aku bisa menggerakkan benda-benda tanpa menyentuhnya. Jika orang lain melihatnya, mungkin mereka akan berpikir jika aku sedang kerasukan jin. Jadi aku menyembunyikannya dari siapapun.

Dirumah ini, kami tinggal ber-5 dengan aku yang menjadi anak tengah diantara 3 saudaraku, aku mempunyai seorang kakak laki laki berumur 26 tahun yang sangat tampan dan aku sangat yakin sekali jika kalian melihat dan bertemu dengannya walau hanya sekali kalian bisa langsung jatuh cinta padanya. Aku sangat-sangat yakin sekali karena sebagai adik pun mengakui bahwa kakakku adalah pria baik dan tampan kedua yang kukenal setelah ayah. Nama kakakku yaitu Beni Wardana dan kalian jangan lupa aku juga punya seorang adik berumur 17 tahun yang sangat cantik dan imut bernama Risya Wardana yang sekarang masih duduk dibangku SMA, tapi entah kenapa memang hanya namaku yang terpanjang dari semua saudara kandungku.

Sejak kecil aku sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuaku dengan alasan karena aku bisa lebih dididik mandiri dan tidak seenak nya sendiri, karena saat itu juga ibu sedang mengandung Risya adikku dan karena aku anak yang cukup nakal saat masih di Sekolah Dasar, akhirnya aku tinggal bersama nenek ku dari ayahku di desa yang berada di Sumatera Utara, sejak Sekolah Menengah Pertama hingga Sekolah Menengah Atas. 

Setelah lulus dari SMA, aku pulang kerumah dan tinggal bersama orang tuaku kembali di Jakarta, karena nenekku sudah meninggal sejak setahun sebelum aku lulus dari SMA, namun sejak saat itulah aku jadi harus tinggal sendirian dirumah nenek, walau banyak saudara seperti tante dan omku yang sering datang mengunjungiku atau hanya untuk sekedar melihatku.

Menurutku, nenek adalah sosok Wanita terhebat yang pernah aku temui sepanjang sejarah kehidupan. "Kenapa seperti itu?" karena hanya nenek yang mampu menenangkanku di setiap hariku, aku yang cukup nakal saat itu bisa jadi sangat berprestasi sejak tinggal bersama nenek nenek yang selalu mengajarkanku arti dari sebuah pencapaian hingga akhirnya aku menjadi anak berprestasi saat SMA tidak seperti saat aku SMP.

Aku cukup terkenal di wilayah rumah nenek dengan sebutan-sebutan yang menurutku tidak enak didengar namun aku dan nenek membiarkan apa kata orang, banyak dari mereka yang menyebutku dengan panggilan "anak liar" atau "preman pasar" padahal aku saat itu masih seorang anak remaja yang hanya butuh sebuah perhatian dari orang tua tapi orang tuaku malah menitipkanku pada nenek yang seharusnya mereka merawatku sendiri, karena aku kan anak mereka. Pikirku saat itu, tapi seiring berjalannya waktu aku telah menjadi dewasa. Aku pun tidak menyesal sudah tinggal lama bersama nenek karena dengan nenekku, aku bisa sukses seperti sekarang ini.

Nenek pernah berpesan kepadaku, "Jadilah wanita yang dihormati bukan ditakuti dan jadilah wanita yang selalu mengedepankan solusi dibandingkan emosi." Sejak saat itu aku selalu mengingat pesan nenek hingga akhir hayatnya.

Saat nenek meninggal, ayah dan ibuku datang ke rumah nenek, awalnya aku sudah diminta pulang oleh kedua orang tuaku tapi aku menolaknya karena tidak ingin memulai adaptasi baru dengan orang baru lagi dan aku tidak ingin memulai pelajaran yang bisa saja berbeda dengan apa yang sedang aku pelajari di sekolahku saat ini.

Akhirnya ayah dan ibu membiarkan ku untuk tetap tinggal di rumah nenek hingga aku lulus SMA. Seorang diri. Tetapi itu tidak masalah buatku. Aku jadi bebas mengekspresikan kekuatan rahasiaku sesuka hati.

Pekerjaan ayahku di Jakarta sebagai seorang Polisi dengan pangkat Jenderal, sebenarnya aku tak ingin memberitahu kalian apa pekerjaan ayahku tapi aku hanya ingin sombong sedikit karena ayahku seorang Polisi biar tidak ada yang berani macam-macam denganku. Ibuku seorang guru bahasa di sebuah sekolah Internasional di Jakarta. Ya itulah profesi mereka berdua yang membuatku dipaksa untuk masuk Universitas Negeri walau sebenarnya mereka tidak memaksaku sih melainkan keinginan ku sendiri yang ingin masuk ke Universitas Negeri.

Aku tahu kalian pasti tidak ingin tahu berapa umurku saat ini, tapi tetap saja akan kuberitahu pada kalian semua bahwa saat ini umurku 24 tahun, tapi aku ingin berbagi cerita pada kalian saat aku masih menjadi anak kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta saat aku berusia sekitar 19 tahun. 

Walau aku sekarang pun baru saja lulus dari sana tapi supaya cerita ini lebih hangat dibaca karena kejadian nya belum begitu lama terjadi. Lagipula ada banyak cerita yang benar-benar ingin aku ceritakan sendiri pada kalian saat itu sejak aku bertemu kembali dengan mereka berdua, teman semasa kecilku saat di Sekolah Dasar dulu, mereka kupanggil dengan sebutan "MAS BRO dan BOY".

Mereka adalah dua pria yang sudah lama kukenal sejak dari aku masih berumur 5 tahun hingga saat ini. Sekarang sudah ada yang berkeluarga dari salah satu diantara mereka. 

Aku menulis cerita ini sengaja dengan mata terpejam namun ternyata tidak bisa dan akhirnya dengan mata melotot. Tapi ini juga sebuah kebohongan dan akhirnya aku menulis dengan santai sambil ditemani buah Apel kesukaanku.

Pernah aku baca sebuah kutipan di internet karya Boy Candra di buku Sebuah Usaha Melupakan yang bertuliskan, "Jika kau tak kunjung datang, barangkali kau memang ditakdirkan sebatas kisah yang hanya layak tersimpan sebagai kenangan." Dari sinilah aku berfikir untuk menjadikan mereka kenangan yang kelak bisa kubaca kembali di sini atau sekedar kuceritakan kepada anak dan cucuku nanti.

Inilah cerita ku untuk kalian semua yang dipenuhi dengan kehidupan yang banyak sekali rasa seperti permen nano-nano.

Sebuah perjalanan atas diriku yang kalian pasti tidak akan pernah tahu jika belum pernah mendengar langsung dariku atau membaca cerita ini.

Cerita yang menurutku layak untuk kalian baca walau mungkin sedikit membosankan tapi aku benar-benar berharap banyak jika kalian ingin meluangkan waktu kalian untuk membacanya di waktu luang kalian, karena tidak ada salahnya membaca cerita ku ini. Oke langsung saja ku ceritakan ya, selamat menikmati.