webnovel

9. Ales Sugar Daddy

Tidak perlu waktu lama untuk memastikan ucapan Ciel tentang putranya yang berselingkuh. Karena kebetulan, Ales mengenal Amara Dinah. Dan rupanya benar, Amara Dinah diam-diam bermain dengan Noah di belakang Ciel.

Meski begitu, Ales tidak peduli. Itu bukan urusannya. Itu bukan prioritasnya. Dan juga… tidak mungkin di usianya yang menginjak empat puluh tahun ini, dia masih memikirkan urusan orang lain.

Kehidupannya sendiri saja masih berantakan semenjak almarhum istrinya meninggal. Dimana dia kerap kali merindukan sosok sang istri. Dan setiap kali Ales merindukannya, maka yang bisa dia lakukan hanya duduk di samping makam almarhum istrinya tersebut.

Hubungannya dengan almarhum istrinya ditentang banyak orang di awal pernikahan mereka. Hal tersebut dikarenakan Amira, almarhum istrinya berusia tiga tahun lebih tua dari dia. Selain itu, Amira juga janda beranak satu.

Ya, Noah bukanlah putra kandungnya. Noah adalah putra tiri nya. Namun begitu, Ales sangat menyayangi Noah. Dia menganggap Noah sebagai putranya sendiri. Hal ini adalah bentuk tanggung jawabnya serta rasa cintanya pada Amira.

Berbaring di ranjangnya, Ales sibuk dengan ponsel yang sejak tadi dia pegang. Dia sedang berkelana di sosial media, mencari sedikit inspirasi untuk acara fashion show tahun ini.

Sibuk berselancar di sosial media, secara tidak sengaja, Ales menemukan sebuah postingan terbaru dari Noah. Dimana postingan tersebut memperlihatkan wajah cantik Ciel yang sedang tersenyum.

Ciel cantik. Ales mengakui itu. Meski Ciel bukanlah wanita paling cantik yang pernah Ales temui, tetapi Ales sadar bahwa kecantikan Ciel berbeda. Seperti kecantikan yang berhasil memikat dirinya.

Namun, Ales menepis kuat hal itu. Dia sudah bertekad tidak akan berhubungan dengan siapapun lagi setelah Amira. Lagipula usianya tak lagi muda. Bukan waktunya untuk cinta-cintaan.

Nyawa Ales bahkan mungkin sudah tak lama lagi. Saking sadarnya akan hal ini, Ales sampai membuat surat wasiat. Dimana seluruh hartanya nanti akan turun pada Noah dan Adi, sekretaris sekaligus orang kepercayaannya.

Sibuk memandang media sosial nya, sebuah telfon tiba-tiba masuk ke ponsel kedua milik Ales. Dia memiliki empat ponsel. Yang satu untuk bisnis, yang satu untuk pribadi, kemudian untuk para 'dosa' nya seperti menyewa seorang pelacur dan yang lainnya, serta yang terakhir. Ponsel yang berisi kenangannya dengan Amira.

Melihat nama yang cukup familiar untuknya, Ales tanpa pikir panjang langsung menjawab panggilan tersebut.

"Saya sudah bilang jangan menghubungi tanpa izin." Desis Ales dengan nada menyeramkan.

Seseorang di balik sana, yang pastinya bukan Ciel menjawab dengan suara mendayu manja disertai sebuah desahan kecil. "Ahh… Mara sekarang lagi pengen dibelai sama Daddy… Daddy yakin tidak mau?"

Itu adalah Babygirl nya.

Ales yang dewasa dengan hormon sexual yang masih sangat aktif membutuhkan pelepasan sesekali. Dan karena dia tidak suka bermain dengan banyak wanita, Ales akhirnya menjalin sebuah hubungan terlarang.

Hubungan antara Sugar Daddy dan Babygirl.

Dia menjadi Sugar Daddy, sedangkan perempuan yang tadi menghubunginya dan menyebut dirinya Mara adalah Babygirl nya.

Ales nyatanya tidak sesuci itu. Dia yang terlihat pria dewasa dengan pikiran matang dan tak akan macam-macam, pada kenyataannya berbuat dosa besar juga.

***

***

Ciel menghela nafas panjang mendapati sang kekasih menolaknya untuk bertemu. Malam ini adalah malam minggu. Dan Ciel ingin sekali berjalan-jalan seperti pasangan yang lainnya.

Meski Noah berselingkuh, namun Ciel tetap saja menganggap Noah sebagai pasangannya.

Karena dia harus tetap mempertahankan Noah sampai rencana balas dendamnya berhasil. Sampai dia bisa membuat Ales, Ayah Noah bertekuk kutu padanya.

Saat itu terjadi, Ciel akan memastikan Noah menangis bombay sambil memohon pada dia agar Ciel memilih pria itu. Bukan memilih Ales. Pada saat itu… Ciel akan memilih Ales.

Hellaw! Siapapun juga akan berpikiran yang sama dengan Ciel.

Daripada memacari seorang 'pewaris' lebih baik memacari 'yang mewariskan' karena tentunya lebih jelas dalam hal materi.

Ciel tidak masalah dibilang matre. Karena manusia memang butuh uang! Lagipula, dia sejak kecil mati-matian dibahagiakan oleh orang tuanya. Terutama sang ayah. Walaupun orang tua kandungnya bercerai, tetapi sang ayah memberinya ibu tiri yang baik. Selain itu, Ciel juga memiliki seorang kakak yang perhatian padanya.

Jadi, Ciel tidak mungkin tiba-tiba mau hidup susah hanya gara-gara laki-laki.

"Ih… Nora ngeselin pula. Malah pergi mandi bola sama adiknya!" Kesal Ciel sambil menghentakkan kakinya.

Dia duduk di depan rumahnya, memandang langit dan lalu lalang tetangganya.

"Bahkan Mbah-Mbah keluar rumah di malam minggu. Lah Ciel? Ngendok di rumah." Kesalnya.

"Papah masih di LA, Mamah malah sibuk sama kliennya. Sedangkan Bang Zael… lagi sibuk-sibuknya kerja. Lembur terus… gak tau apa ya Ciel kesepian." Dengus Ciel. Dia banyak mengeluh akhir-akhir ini.

Hidupnya sebagai seorang mahasiswi kedokteran nyatanya tidak sesibuk itu. Ciel masih punya waktu untuk menikmati malam minggunya. Meski setelah itu di malam Senin dia akan kelimpungan mengerjakan tugas yang tak ada habisnya. Belum lagi hafalan untuk quis dadakan.

Kesal karena tak ada yang bisa diajak pergi, Ciel tiba-tiba terpikirkan seseorang. Dia langsung menelfonnya tanpa menunggu lama.

"Halo Om Ales?"

Ales, sasaran utama Ciel.

Di seberang sana, Ales tampak kesal mendengar suara Ciel. Namun dia harus menahannya. Barangkali Ciel akan memberi info menarik tentang Noah. Misalkan Noah terlibat dalam perdagangan narkotika, atau mungkin mengenakan obat-obatan terlarang itu.

"Ada apa? Jika bukan tentang Noah, saya akan mematikan telfonnya." Ucap Ales, mengancam.

Ciel menghela nafas kasar, cemberut. "Jahat. Ini tentang Noah kok! Penting banget malahan."

"Noah kenapa?"

"Noah gak bisa nemenin Ciel malam mingguan. Jadi, Om harus gantiin Noah!" Gadis itu berbicara dengan suaranya yang seperti gadis manja.

Dan ALES BENCI ITU.

Sungguh, Ciel jauh dari kata tipe ideal Ales. Tipe ideal pria itu adalah gadis yang pembawaannya kuat. Gadis yang… bisa diajak bicara seputar bisnis atau hal-hal dewasa lainnya. Bukan gadis yang mengajaknya makan seblak bersama sambil membahas film romantis.

"No. Saya menolak mentah-mentah ajakan ini. Saya sibuk memberi makan hewan peliharaan saya."

"Halah palingan Om ngasih makan kucing doang. Itu sih lima menit juga bisa!" Kesal Ciel.

Ales mengerjapkan matanya, melihat kucing seukuran manusia di hadapan dia. Hewan peliharaannya memang sejenis kucing. Hanya saja… bukan kucing biasa.

Itu harimau putih.

"Kamu menelfon saya hanya untuk membahas hal tidak penting? Kalau gitu saya mati—"

"OM ALES GAK BOLEH MATIIN TELFONNYA!" Ciel berteriak. Dia seperti anak yang sedang tantrum.

"Hal saya, Ciel!"

"Ayolah Om… please… anggap aja Om lagi balas budi ke Ciel karena Ciel mau jadi mata-mata buat Om." Bagus, Ciel menggunakan tak-tik murahan ini. Membuat Ales merasa bersalah.

"Kalau mau balas budi ya ke Pak budi, bukan ke kamu. Udah ah, saya sibuk."

"Sok sibuk banget kayak orang penting." Cibir Ciel karena kesal.

Ales menghela nafas panjang. "Memang orang penting, Ciel. Kamu saja yang bukan orang penting jadi tidak tau jajaran orang-orang penting."

Ciel menganga mendengarnya. Tak menyangka Ales bisa berujar sepedas ini. "Kok jadi gini sih? Hih… Ciel cuman mau ngakak Om jalan-jalan doang."

"Saya menolak."

"Ya udah, rumah Om dimana? Biar Ciel samperin." Ciel yang buntu mau kemana berinisiatif untuk menghampiri Ales. Sangat amat effort sekali bukan?

Ales sebenarnya tidak mau memberi tahu. Namun, entah mengapa dia merasa penasaran. Apakah gadis itu bisa sampai di sini atau tidak. Karena Ales sedang ada di mansion pribadinya. Tempat yang jauh dari perkotaan dan sedikit terpencil di tengah sebuah hutan pinus miliknya sendiri.

"Saya share lokasi saya sekarang." Kata Ales. Tak lupa, dia menambahkan. "Jika kamu sampai di rumah saya, kita jalan-jalan."

"Beneran Om?"

Ales mengulum senyumnya. Dia yakin Ciel tidak mungkin bisa sampai. Baru di depan hutan saja pasti gadis itu sudah putar balik karena takut.

"Hm. Beneran."

"Oke, on the way!"