webnovel

Chapter 79 The Worked Hard

Hari selanjutnya, di tempat Yechan. Dia baru saja bangun. "Hoam..... Ini masih terlalu pagi?" dia melihat langit langit yang agak gelap. 

Tapi kebetulan ponselnya berbunyi pesan, dia mendekat dan melihat bahwa itu dari Neko yang bertuliskan sesuatu. 

== Kau tak ingin mengucapkan selamat tinggal dengan ku, sekarang? ==

Seketika Yechan terkejut melihat pesan itu, dia langsung meninggalkan ponselnya dan berjalan buru buru keluar dari kamarnya membuat kedua orang tuanya yang sudah tadi di luar melihatnya panik. 

"Chan, kau akan kemana?" tanya Ayahnya. 

"Akai akan pergi sekarang!" Yechan langsung membalas, dan di saat itu juga dia langsung berlari pergi ke tempat Neko. 

Ayah nya terdiam. "Jadi, gadis itu benar benar akan pergi?"

"Ya, menurutmu, siapa gadis itu?" Istrinya menatap, mereka membicarakan Neko. 

". . . Yang pasti, dia gadis yang harus menyelesaikan banyak masalahnya..." kata Aron, ayah Yechan, dia mengatakan itu karena dia ingat dia pernah mengobrol dengan Neko soal masalah ketika di kebun apel itu. 

--

Sesampainya di Villa Neko, Yechan melihat sekitar dan benar benar sepi di halaman Neko, dia langsung berlari ke pintu dan mengetuk pintu. 

"Akai.... Akai, aku mohon.... Kode nya!" Yechan dengan panik memasukan kode.

Tapi kode nya tak mau terbuka, di sana benar benar sepi dan tak ada suara dari dalam. 

"(Akai....)" dia terdiam di depan pintu.

"(Kenapa kamu pergi tanpa menunggu ku?)" dia tampak sedih dan berbalik badan akan pergi dari pintu, tapi siapa sangka. 

Ada suara dari depan nya, tepatnya di halaman vila Neko. "Kenapa buru buru sekali," kata suara itu membuat Yechan terkejut. 

Dia langsung menoleh melihat bahwa yang benar saja, itu Neko sedang duduk di batu taman nya dan Dongsik ada di samping nya, mereka berdua menatap Yechan yang masih terpaku. 

"Akai..." Yechan tampak hampir meneteskan air mata. "Akai...." dia kemudian berlari, tapi siapa sangka, dia terjatuh karena batu dan tersandung ke depan membuat Neko dan Dongsik terdiam. 

"Ugh..." Yechan memegang hidung nya sambil bangun duduk. Lalu ia mendengar suara. 

"Pft... Hahaha.... Payah," rupanya Neko tertawa membuat Yechan terdiam kaku. 

Dia lalu berdiri dan mendekat. "Akai... Kenapa... Kenapa ini harus terjadi...?" dia menatap, dia langsung berlutut memegang tangan Neko yang ada di paha nya karena Neko masih duduk. 

Neko hanya terdiam dengan senyum kecil, dia lalu memegang pipi Yechan. "Sebelumnya, aku hanya ingin mengucapkan, terima kasih, kau sudah bekerja keras membantu ku selama ini," kata Neko. 

Yechan terdiam dan seketika dia mengalirkan air matanya. 

"Hei, kenapa menangis...?" Neko mengusap air mata Yechan dengan tatapan meremehkan Yechan yang cengeng. 

"Huhuhu.... Aku tidak ingin kamu pergi.... Tapi sayang, aku tahu bahwa ini bukan waktu kita, aku tak tahu bahwa ini sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal," kata Yechan dengan masih mengalirkan air mata. 

Neko terdiam dan membalas. "Ini bukan akhir..."

"Aku tahu ini bukan akhir, tapi aku tidak peduli dengan akhir atau tidak, karena semua yang aku inginkan adalah untuk bersama mu... Dan yang aku pedulikan hanyalah kamu, meskipun kamu harus terjebak padaku karena sikap ku yang aneh," kata Yechan, tapi tiba tiba Neko menampar pelan pipi Yechan membuatnya terdiam. 

"Tidak perlu mengatakan hal itu, aku tidak peduli dengan sikap mu, aku tak peduli dengan apapun, aku yang seharusnya peduli dengan sikap kerja keras mu selama ini, jika kau bekerja keras mendapatkan ku, kau juga harus bekerja keras rela aku pergi," kata Neko. 

Di saat itu juga ada yang masuk ke gerbang villa Neko, seorang pria tinggi dan tak ada rambut sama sekali. 

Yechan yang menoleh menjadi terkejut. "Akai, dia siapa?"

Lalu pria itu mendekat dengan masih ada jarak. Dia agak terdiam ketika melihat Yechan ada di lutut Neko. 

"(. . . Boss....)" dia terkejut melihat wajah Neko yang sangat berbeda dari sebelumnya. 

"(Kenapa wajahnya jadi sangat bercahaya dan begitu cantik?!! Apa, tidak, aku tidak bisa memikirkan itu dulu.) Ehem... Mobil sudah siap, Bos," kata Jun, siapa lagi jika bukan Jun, dia datang di sana menjemput Neko. 

"Hah.... Akai, kau akan pergi dengan nya?" Yechan terkejut melihat ke Neko. 

"Ada apa memang nya?" Neko tampak bingung. 

"Dia...." Yechan kembali menoleh ke Jun dengan gemetar, melihat tampang datar wajah pria sangar itu hanya kacamata menutupi matanya, setelan jas hitam pengawalan, dan tato naga di leher hingga kepala belakang nya yang botak semua. 

Yechan terdiam, dia bahkan menelan ludah agak takut, tapi Neko memegang kepala Yechan dan mengusap perlahan. "Aku akan kembali ke kota sekarang, jadi, bisa kamu menyingkir." 

"Tapi kenapa? Kapan kau akan kembali, kau bilang ingin mencari seseorang kan disini?"

"Aku, sudah tidak ada waktu disini, mungkin aku tidak akan kembali, aku-

"Akai, tidak, aku tidak ikhlas!" Yechan menahan nya. 

"Sialan kau," Jun yang melihat itu akan mendekat tapi ia terdiam ketika melihat Neko melirik padanya seperti isyarat. "Berhenti mendekat, tetap di tempat mu jangan ikut campur."

"Yechan, aku titip Dongsik padamu," Neko menatap Dongsik yang ada di bawahnya. Dia lalu memegang kepala Dongsik dan mengelusnya perlahan. "Ketika aku menyelesaikan semua ini, aku akan kemari dan menjenguk mu lagi," kata Neko menatap ke Dongsik yang menjadi sedih. 

"Akai, apa yang kau bilang, tapi . . . Bagaimana jika aku merindukanmu?" Yechan merengek.

". . . Kau keras kepala sekali yah, kan bisa menggunakan ponsel, aku sudah mengatakan nya kan," Neko menatap

"Tapi bagaimana jika aku menghubungi mu di saat yang tidak tepat dan itu malah mengganggu mu."

"(Projek itu sudah diambil, tentu saja aku akan sangat sibuk untuk merebutnya kembali.) Kalau begitu aku akan menghubungi mu duluan, jika tak mau mengganggu, tidak perlu menghubungi ku."

"(Sepertinya Akai memang sangat sibuk,)..." Yechan terdiam, dia lalu menghela napas panjang dan berdiri, dia perlahan bisa membiarkan Neko pergi. 

Neko menatap ke Jun. "Koper ku ada di dalam," tatapnya dengan serius. 

Lalu Jun menundukan badan dan berjalan ke dalam vila Neko, dia mengangkut koper dan barang Neko yang sudah di siapkan. 

Setelah itu Neko dan Yechan keluar dari gerbang dan melihat mobil hitam. Hyun lalu keluar dan mendekat ke Neko. 

"Lama tidak bertemu Bos," dia menatap dengan ceria, tapi ia terkejut melihat Neko. "!! (Ini.... Kenapa... Kenapa dia tambah cantik!!)" dia berekspresi sama seperti Jun tadi. 

"Akai, kau benar benar akan pergi sekarang?" Yechan menundukan badan dengan sedih. Neko menatapnya dan menjadi merasa iba. "Hei, menunduklah," ia menatap. Dengan bingung Yechan menundukkan badan mendekat padanya. "Kita akan bertemu lagi," Neko berbisik membuat Yechan sedikit memerah mendengar napas itu.

Lalu Jun membuka pintu untuk Neko dan Neko masuk ke bangku tengah, dia duduk lalu pintu tertutup, untuk melihat Yechan, dia membuka kaca pintunya dan tersenyum kecil. 

"Mobil ku ada di garasi villa ku, jika kau butuh, kau bisa menggunakan nya, dan asalkan kau merawat anjing itu," kata Neko, dia memberikan kunci mobilnya. 

Lalu Yechan menerimanya dengan masih menghirup tangisan nya. 

"(Boss, terlihat lebih tinggi hari ini, apa dia bertambah tinggi. Tubuhnya juga terlihat sehat,)" Hyun dan Jun berpikir di bangku depan. Apalagi Hyun yang melihat buah dada Neko. 

Jun yang melihat Hyun menatap hal tidak pantas menjadi memukul bahu rekan nya itu. 

"Aduh, apa masalah mu?" Hyun menatap kesal. 

"Cepat jalankan mobilnya," Jun menatap. 

Lalu Hyun menjalankan mobilnya dan mereka kembali ke distrik, Yechan terdiam melihat Neko pergi. 

"Akai.... Hiks.... Kamu benar benar pergi," dia masih sedih tapi di bawahnya Dongsik. "Woof, woof," dia membawa bola kecil di mulutnya, seperti mengatakan sesuatu. 

==° Jangan khawatir Tuan, rawat aku seperti dulu dan mari kita bersenang senang untuk mengusir rasa ini °==

Yechan terdiam dan tersenyum kecil, dia berlutut mengelus Dongsik yang sepertinya juga suka padanya. "Aku akan kembali mengurus mu sama seperti ketika akai belum ada di sini," kata Yechan. 

--

Sementara itu Kim berjalan terburu buru ke kantor Beum. Tapi siapa sangka, di lorong dia bertemu dengan Matthew. 

"Tuan Matthew!" Kim menghentikan nya membuat Matthew terdiam berjalan. 

Kim lalu memberikan sesuatu dari tangan nya yakni kalung milik Matthew membuat Matthew terdiam kaku. 

"Maafkan aku, dia menolak nya, dia sudah membenci mu," kata Kim seketika Matthew terkejut tak percaya. 

Dia tidak putus asa melainkan kesal, seketika mengambil kalung itu. "Aku tidak pernah mengerti sifat dari gadis yang bahkan memiliki banyak ketegasan tanpa ikatan lembut," dia langsung kesal dan di saat itu juga Kim terpaku melihat harimau dari jiwa Matthew. 

"(Apa dia kesal...?)" 

Tiba tiba saja, leher Kim terdorong dan langsung terpojok oleh tangan Matthew membuat Kim terpaku tak bisa apa apa selain memegang tangan Matthew yang menekan lehernya ke pojok dinding. 

"Katakan padanya, jika dia tidak menerima ku lagi, ingat saja bahwa darah siapa yang paling dia sukai dan kenapa dia mengenal ku, aku sudah berusaha keras menciptakan patung itu untuk nya tapi dia malah menyalahkan ku hanya karena dia pergi sendiri!!" teriak Matthew, ini pertama kalinya Matthew berteriak, dia antara kesal dan meluapkan kemarahan nya melalui tekanan tubuh yang sangat banyak, dia lalu melepas Kim yang langsung terbatuk memegang lehernya. 

Setelah itu Matthew berjalan pergi dari sana. 

"(Sialan... Aku telah membuat nya ikut membenci Nona Neko, apa yang harus aku lakukan sekarang, mereka berdua berada di ambang kebencian dan ini baru pertama kalinya aku melihat aura yang begitu sama seperti Nona Neko.)"

Di sisi lain, Neko ada di gedung organisasi sindikat setelah dia dari desa Jeongju. Dia langsung membuka pintu dan melihat Ketua sindikat berdiri bersandar di meja kantornya melirik ke Neko. 

"Lihatlah kelakuanmu ini, kau membuat projek itu diambil oleh mereka!!" Ketua sindikat langsung berteriak marah padanya.

"Ha?! Seharusnya aku yang menyalahkan mu!! Kau dari awal yang memasukan Beum!" akhirnya Neko melampiaskan tuduhan nya. 

"Jika ini bukan usaha mu lalu apalagi, sekarang terserah kau, kau sama saja seperti gadis biasa sekarang, tak akan ada yang mengenal mu lagi!!" teriak kembali Ketua sindikat lalu berjalan pergi dari ruangan itu. 

Neko terdiam lalu menundukan pandangan. "Aku tidak di kenali lagi?" ia tersenyum dengan gigi taringnya. Lalu muncul bayangan hitam darinya yang di khawatirkan Choka.