webnovel

Chapter 68 The Worked Hard

Malam itu, mereka masih keluar, mereka berada di sebuah tempat yang sangat tenang di tengah hutan yang begitu aman.

Berada di gubuk kayu yang menghadap langsung ke langit, mereka duduk bersampingan.

Neko tak menatap langit langit, dia menatap bawah. Lalu Yechan menoleh padanya, dia menatap baju yang di pakai Neko yakni celana hitam panjang nya dan kaus putih lengan pendek.

Sementara Yechan sendiri memakai celana panjang dan kemeja panjang nya, dia lalu mengambil sesuatu dari belakang nya dan memakaikan nya di pundak Neko membuat Neko menatap nya, rupanya dia memakaikan jaket nya sendiri pada Neko. "Gunakan jaket ku, kamu akan kedinginan malam ini," tatap Yechan dengan senyum nya membuat Neko terdiam.

Neko masih memasang wajah datar itu dan menatap kembali ke bawah.

"Akai, cobalah melihat langit, aku melihat bintang," Yechan menunjuk langit.

Lalu Neko menoleh ke langit malam yang rupanya begitu indah di penuhi bintang berkelip sangat banyak.

"Akai, apa hari ini kamu bisa melupakan semua masalah mu setelah kita bersenang senang?" Yechan menatap.

". . . Hanya kau yang bersenang senang di sini."

"Oh ayolah, aku yakin kamu juga bersenang senang kok," Yechan menatap, tapi ia terdiam, ia menurunkan senyum nya ketika melihat wajah Neko.

Wajah Neko yang menatap langit langit benar benar sangat indah ketika dia memandang nya, tapi di balik wajah yang menawan itu, dia memiliki banyak masalah.

"Akai... Apa kamu pernah merasa suka pada seseorang sebelumnya?" Yechan menatap.

Tapi Neko tidak membalas, dia hanya mencueki Yechan. Tapi Yechan tak menyerah untuk bicara padanya.

"Maafkan aku Akai, jika sikap ku terlalu ke kanak kanakan, aku melakukan ini agar kamu bisa tertawa dan bisa membuat mu tertawa akan membuat ku senang, aku yakin kamu memiliki banyak masalah apalagi kamu kemari hanya untuk sebatas mencari seseorang setelah itu kembali lagi ke kota, ini bukan masalah yang sekarang yang harus dikatakan baik..." kata Yechan.

". . . Aku tidak mengira kau akan berpikir sejauh itu," Neko menatap membuat Yechan terdiam.

"Sebelumnya, aku tak pernah bertemu lelaki seperti mu, lelaki yang begitu ceria, baik dan bekerja keras menolong semua orang termasuk aku... Inti dari aku kemari juga aku ingin sendirian, tapi ketika kau selalu datang dan berbicara padaku, aku sadar, aku harus butuh orang lain," kata Neko membuat Yechan terdiam.

"Ini bukan soal masa sekarang, kamu benar, tapi yang aku pikirkan adalah soal masa lalu, dan masa yang akan datang, orang yang seharusnya aku sukai adalah orang yang membuat ku menderita di masa lalu dan membuat ku berlutut padanya di masa yang akan datang, seseorang seperti itu sudah jelas bukan kau Yechan... Jadi berhentilah mengatakan kau suka padaku," kata Neko sekali lagi.

"(Aku tak mengerti dengan apa yang dia bicarakan, aku sudah jelas selalu mengatakan aku suka padanya... Tapi kenapa dia bersikap dan mengatakan hal itu, apakah aku tak boleh suka padanya...)" Yechan terdiam, dia lalu menatap bawah.

"Akai--

"Jika kau suka padaku, hilangkan rasa itu karena kita dari awal tidak memiliki ikatan apapun, kita berbeda tempat dan juga dunia," Neko menyela.

Suasana menjadi semakin diam, Neko membuang wajah dari tadi dan Yechan menatap bawah kecewa, salah satu dari mereka tak ada yang menatap langit yang begitu cerah.

"Lalu, kapan kamu akan pergi setelah kamu mengatakan hal itu padaku, Akai?" Yechan menatap.

". . . Entahlah... Aku benar benar tidak tahu...."

Mendengar hal itu, Yechan kembali terdiam. Neko mengucapkan kalimat itu tanpa sadar menyakiti perasaan Yechan sendiri.

Esoknya, Neko sama seperti biasa, membaca buku di sofa. Lalu ada pesan masuk dari ponselnya yakni dari Yechan.

== Akai, kamu yakin, kamu tidak ke kampus? ==

Lalu Neko mengetik membalas. == Tidak, aku sedang malas ==

Tapi siapa sangka, ada yang mengetuk pintu dan tidak masuk, lalu dia meletakan bukunya dan berjalan mendekat ke pintu, dia membuka pintu dan siapa sangka itu adalah Kim.

Kim datang menggunakan motornya lagi. "Nona Akai..." tatapnya.

Neko hanya menatap datar, dia tak peduli dan akan menutup pintu.

"Tu... Tunggu Nona Akai!" Kim menahan pintu itu dan mengatakan sesuatu. "Izinkam aku memberitahu Anda kondisi di distrik saat ini," tatap Kim.

"Aku tak mau mendengar itu!" Neko berteriak dengan tegas.

"Nona Akai.... Sebenarnya, anda sedang melakukan apa... Anda juga tidak mencari Tuan Matthew, anda juga tidak mencari orang yang diminta ketua sindikat, anda juga tidak berhasil menghilangkan masalah dalam pikiran anda, melakukan hal ini di desa ini memang tenang, tapi setelah Anda kembali ke distrik, semuanya hanya akan kembali normal," tatap Kim.

Hal itu membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.

"Kalau begitu beritahu aku satu satu," Neko menatap sambil menyilang tangan.

"Um hehe... Sebaiknya kita duduk di tempat yang nyaman," Kim menutup pintu sambil masuk. Tapi Neko terdiam menatap dingin.

"Baiklah, aku tak mau anda berjalan," Kim mendekat dan seketika langsung menggendong Neko di dada membuat Neko terpaku, dia malah mendorong wajah Kim.

"Apa yang kau lakukan sialan!" dia menatap tajam.

Kim berjalan di sofa dan meletakan Neko di sofa. "Aku hanya ingin meletakan anda di sofa," dia menatap kecewa sambil memegang pipinya yang memar karena dorongan tangan Neko.

"Ha.... Baiklah, cepat," Neko menyilang tangan dan kakinya.

"Oh sebentar, biarkan aku membuatkan anda teh hangat," dia langsung berjalan ke dapur membuat Neko menghela napas lagi.

Lalu Kim datang dan meletakan secangkir teh hangat. "Nona Akai ingin aku kupaskan apel, aku melihat apel--

"Cepat katakan saja padaku!" Neko langsung menyela dengan aura tajam membuat Kim langsung duduk di sofa depan nya.

"E... Dari mana aku harus mulai..."

"Ck, katakan saja soal projek ku dan soal keluarga milik Beum," tatap Neko.

". . . Sebenarnya seperti yang anda ketahui bahwa Tuan Beum adalah putra pertama dari keluarga yakuza bermarga besar, Jyoun, kediaman Jyoun memiliki dua putra penerus yang pertama Tuan Beum sendiri dan fakta menarik lain nya adalah Tuan Matthew adik dari Tuan Beuml," kata Kim.

Neko terdiam dan kembali menghela napas. "Aku dari awal memang juga berpikir begitu.... Tapi aku tak tahu aku harus pura pura tak tahu atau malah menjadi sok tahu."

"Jika anda sudah tahu, kenapa anda masih mencari lelaki itu, dari awal dia hanya ingin memanfaatkan anda dan sekarang, projek museum itu sudah benar benar selesai."

"Sudah selesai kau bilang?" Neko menatap tak percaya.

"Yeah, semuanya, bahkan patung dan karya seni yang ditempatkan di sana, ketika peresmian museum itu di mulai, yang meresmikan tentu saja Tuan Beum, bukan anda, jadi dia sudah 100 persen merebut kekuasaan anda," kata Kim.

Seketika Neko mengambil cangkir itu dan langsung melemparkan nya ke Kim, Kim terkejut dan menghindar, dia bisa menghindari gelas itu dengan menghela napas panjang tapi siapa sangka, teh yang keluar dari cangkir tadi mengenai wajahnya membuat nya terpaku.

"Sialan!! Bagaimana bisa kau membuat semua ini menjadi milik Beum!! Aku sudah bilang padamu bahwa kau ingin memata matai nya sebagai asisten palsu bukan?! Tapi kenapa kau membuat Beum merebut projek museum yang bahkan aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk projek itu, seharusnya jika projek itu diambil olehnya, dia harus mengembalikan uang ku!!!"

". . . Nona Akai.... Uang itu, dia sama sekali tidak memberikan nya, itu karena dia belum menemui mu, dia belum tahu soal anda dan pastinya, dia belum mengenal anda."

"Tapi dia melihat ku ketika aku dan chairwoman bicara."

"Itu sudah sangat lama bukan, pastinya Tuan Beum ini tidak tahu siapa anda ketika kalian bertemu lagi."

". . . Itu memang benar, tapi apa yang kau maksudkan bicara seperti itu?"

"Begini, ketika aku menjadi asisten Tuan Beum, aku melihat rencana nya, aku berpikir bahwa itu mustahil jika kita merebutnya secara terang terangan, dan aku tahu bagaimana dia menyimpan rahasia dan dokumen milik projek museum, anda masih ingat dengan siapa anda mengambil tanah museim itu?"

"Itu, Direktur Hao."

"Di dokumen kerja sama, direktur Hao tidak mengakui anda, dia menelan semua uang anda demi Tuan Beum, lalu direktur Kinn, anda mengenal semua kan?"

". . . Aku di berikan tugas oleh Chairwoman untuk membuat projek museim yang akan langsung bekerja sama dengan organisasi sindikat, dia memintaku bekerja sama dengan direktur Hao soal tanah dan dana dari projek museum, jadi aku bekerja sama dengan direktur Hao (Chapter 2) dia memberikan ku tanah dan projek museum itu kami berdua yang memegang. Tapi dari sana aku curiga bahwa dia selalu meminta uang padaku hanya karena dana nya kurang, seharusnya itu sudah Cukup, ketika aku menyelidiki nya, rupanya dia memang di ancam Kinn yang harus memeras ku hingga aku menyerah mendapatkan museum itu, tapi aku berhasil membuat mereka berhenti melakukan rencana mereka."

"Lalu, apakah hingga akhirnya anda dapat museum nya?"

"Ya, aku dapat tanah dan museum itu, sehingga Chairwoman meminta ku terus untuk mengawasi pembangunan museum itu... Tapi belum setengah pembangunan itu terjadi--

"Anda diminta ke seoul untuk menemui Tuan Ezekiel, ayah anda, eh tidak, orang yang merawat anda pertama kali ketika anda sedang melarikan diri dari trauma berat itu," Kim langsung menyela lalu Neko mengangguk.

"Aku ada di Seoul, bermain peran sebagai seseorang yang harus ada di mata pria itu tapi sekarang aku sudah tidak peduli karena info palsu soal aku mati itu, kau membuat nya secara permanen, itu bagus," kata Neko seketika Kim terpaku mendengar kata terakhir itu.

Dia lalu menundukan tubuh. "Te... Terima kasih."

"Apa di sana baik baik saja?" Neko menatap.

"Ya, Tuan Ezekiel memperluas bisnis nya bersama putranya, Roiyan dan juga putri kedua nya, Clara, dia berhasil bekerja sama dengan ayah nya melalui karya desain baju nya, tapi.... Yang membuat ku khawatir, mereka membuat makam tentang anda."

"Pft.... Apa yang mereka kubur?" Neko menatap dengan tawa kecil.

". . . (Apa dia baru saja tertawa...)"