Malamnya itu, dirumah Choka yang gelap, ia berbaring di tempat tidurnya sambil menatap ke ponselnya yang masih menyala. Rupanya ia melihat nomor Neko yang sudah masuk ke ponselnya. Ia menjadi tersenyum senang sendiri.
Sementara itu Neko belum tidur, ia berjalan mondar mandir sambil membaca buku di rumahnya. Ia selalu membaca buku dimalam hari hingga ia melihat jam yang menunjukan pukul 10 malam.
"(Aku masih belum mengerti, kenapa dia tidak punya malu melakukan itu,)" ia duduk di bawah sofa sambil memegangi kepalanya seperti terbawa stres berat. Tiba tiba bayangan bayangan yang bisa dilihat Choka muncul lagi dari punggung Neko. Bayangan itu semakin besar dan itu membuat Neko tertekan tanpa ia sadari membuat dirinya sakit hanya dengan beban pikiran nya.
Disisi lain, Choka menutup ponselnya dan berbaring tidur. Namun ia merasa sesuatu terjadi yang membuat kemampuan penglihatan nya terganggu. "(Ada Apa.... Seperti... Ada seseorang yang sedang tertelan tekanan yang begitu tinggi... Nuna...!!)" ia menjadi terkejut.
Neko mendengar bel pintu berbunyi, ia lalu menutup bukunya dan berjalan membuka pintu dan rupanya itu Choka. Neko menatapnya bingung dengan Choka yang bernapas terengah engah. Di malam hari yang gelap itu bahkan ada gadis yang datang malam hari hanya untuk menemui Neko dengan napas terengah engah nya.
"Nu-Na... Huf... Huf" ia menengadah menatap dan menjadi terkejut karena bayangan hitam itu sudah banyak sekali. Bayangan itu muncul dari pundak maupun punggung Neko. Tepatnya di bagian atas punggung Neko.
"Apa yang terjadi?" Neko masih belum mengerti apa yang terjadi.
"(Ini gawat... Bayangan itu akan membuatnya sakit,)" Choka menjadi panik di dalam hatinya lalu ia terdiam memikirkan ide. ". . . Nuna... Apa Aku... Boleh... Memelukmu?" ia menatap sambil berwajah malu. Neko menjadi sedikit terkejut.
"Untuk ap-
"Aku mohon... Aku ingin menyelamatkanmu!" Choka menyela sambil menatap memelas yang imut. Neko menjadi terdiam namun tiba tiba Choka mendorongnya kedalam dan pintu tertutup.
Setelah mendorong, Choka memutar tubuh Neko dan sekarang Neko terpojok di pintu bagian dalam sambil Choka yang memeluknya dengan hangat.
"(Apa yang sedang ku lakukan?)" Neko terdiam membiarkan tubuhnya. Namun ia menjadi sedikit terkejut karena merasakan sesuatu di tubuh Choka. "(Di-dia hangat... Tidak ini panas, kenapa ini sangat nyaman?)" ia menatap Choka lalu perlahan mengangkat kedua tangan nya untuk memeluk Choka dan alhasil ia juga memeluk Choka. Choka manjadi senang karena bayangan itu hilang dari tubuh Neko.
Mereka masih tetap melakukan itu di villa Neko yang bahkan lampunya masih menyala.
Neko masih membuka matanya, dia masih berpikir sensasi apa yang sedang dia rasakan.
"(Kenapa kau bisa melihat masalah dan kau tahu caranya menghilangkan sementara pikiran ini, hanya sebatas pelukan seperti ini apakah memang berhasil?) Kau..." Neko menatap lalu Choka menengadah menatap.
"(Wajah Nuna tampak lebih baik, bayangan itu sudah hilang, dia sudah bisa melupakan tekanan itu hanya dalam sebuah pelukan, aku tahu itu, jawaban dari tekanan yang berlebihan adalah sebuah kehangatan yang sederhana... Sekarang dia memanggil ku, apakah dia akan mengatakan sesuatu padaku, dia mungkin akan bilang dia sudah lebih baik,)" Choka menatap manis dengan senyum nya.
Tapi siapa sangka, pertanyaan Neko sangat lain. "Apa kau masih perawan?" kata Neko. Seketika Choka terdiam bingung.
"(Hah... Kenapa dia bertanya begitu, apa dia ingin.....) Ung... Aku masih perawan," ia membalas sambil berwajah merah.
Seketika Neko mendorong bahunya membuat Choka menjadi terkejut. Seketika Neko mendekatkan wajahnya dan itu membuat Choka semakin berwajah merah.
"Tu-tunggu Nu-nuna... Kita... Perempuan," ia menatap agak panik.
"(Dia tidak suka dengan ini,)" Neko memandang dingin lalu melepasnya seketika Choka sedikit mundur.
"Aku akan menganggap ini tadi tidak terjadi sama sekali... Tapi bisa kau beritahu aku kenapa kau melakukan ini padaku?" Neko menatap dingin.
"Em... Aku tidak bisa memberitahumu... Ini rahasia ku," Choka menundukan kepala. Lalu Neko menghela napas panjang.
"Lalu katakan padaku, bagaimana kau tahu tempat ku?" Neko menatap.
Choka terdiam dan mengingat ingat.
Sebelumnya, dia beranjak dari kasurnya dan langsung belari pergi, dia berlari dengan hanya menggunakan pakaian rumahan nya di jalanan yang begitu gelap.
"(Ha... Ha... Aku harus cepat, sebelum Nuna termakan tekanan itu, dia akan sakit dan tak tahu bagaimana melepaskan nya... Aku harus melakukan hal yang sama, yakni memeluknya, tapi .... Aku tak tahu rumah nya dimana,)" Choka berhenti berlari dengan terengah engah.
Lalu teringat pada Yechan. "(Ya, benar, aku harus ke rumah nya....)" dia kembali berlari hingga ketika di rumah Yechan.
Dia menekan bel dan mengetuk pintu di saat yang bersamaan, dan yang membukanya adalah Yechan.
"Choka?!" Yechan terkejut melihatnya.
"Um, Yechan... Bisa beritahu aku cepat dimana rumah Nuna Akai?" Choka menatap dengan panik dan masih terengah engah.
"Ada di dekat sini, ikuti jalan nya dan kau akan melihat villa yang terlihat baru."
"Ah, terima kasih."
"Choka, apa kamu akan ke sana, sebenarnya ada apa, jika ada apa apa, aku akan ikut," Yechan menatap.
"Tidak bisa..." Choka langsung menolak, dia tak sengaja melihat pekerjaan yang harus di urus Yechan di dalam rumah, membantu orang tuanya mengurus beberapa stroberi di dalam.
"Kamu ada pekerjaan membantu kan, sebaiknya jangan ikut, terima kasih sudah memberitahu ku, jangan khawatir, kami baik baik saja," kata Choka dengan tatapan lembut lalu dia langsung berjalan pergi membuat Yechan terdiam khawatir.
--
"Mungkin kurang lebih nya begitu, karena aku memang bertanya pada Yechan," kata Choka yang selesai mengingat ingat bagaimana dia bisa datang di tempat Neko.
Neko menggeleng sambil menghela napas panjang dan berjalan melewatinya. Choka bingung dan menatapnya yang mengambil jaket lalu memakaikan nya padanya. "Diluar sana dingin jika kau ingin pulang," kata Neko sambil memakaikan jaketnya pada Choka.
"Em.... Apa aku bisa tidur disini?" ia menatap langsung bertanya begitu, seketika Neko terdiam.
". . . Aku tidak punya kasur tambahan."
"Aku bisa tidur disofa... Aku mohon," Choka memelas. "(Sebenarnya aku ingin memastikan apakah Nuna akan termakan tekanan nya lagi, dia juga ada di sini sendiri, tidak mungkin ada yang menolong nya malam ini jika tekanan bayangan itu kembali lagi.)"
"Tidak bisa, gadis sepertimu tidak bisa tidur di sofa," kata Neko.
"Eh... Lalu? (Kenapa dia mendadak menggunakan kalimat khawatir?)" Choka terdiam.
--
Terlihat Choka berasa canggung saat ia sudah berbaring di kasur besar dan disampingnya tidur Neko membelakanginya. "(Ini benar benar canggung... Aku berada di dekatnya... Tapi aneh juga rasanya... Disini juga gelap... Kira kira apa pekerjaan Nuna ya?)" Choka menoleh ke Neko, dia melihat leher belakang Neko yang putih.
"Kenapa kau tidak tidur?" Tiba tiba Neko berbicara membuat Choka terkejut.
"Maafkan Aku... Aku hanya... Maksudku ini pertama kalinya aku tidur di rumah seseorang," kata Choka, mendadak Neko bangun duduk menatapnya, Choka juga terduduk sambil masih malu malu.
"Apa ini membuatmu nyaman?" kata Neko.
"(Eh... Apa yang dia tanyakan?)" Choka terdiam dengan wajah yang begitu merah. "(Dia bertanya apakah ini nyaman... Karena aku belum pernah melakukan nya dengan orang lain, mungkin aku harus jujur agar Nuna percaya aku belum pernah melakukan nya dengan orang lain,)" pikirnya sekali lagi, lalu dia mengangguk pelan.
"Begitu yah.... Jadi hanya sebatas hal ini, membuat mu nyaman, begitu?" Neko menatap.
"Um... Maksud ku, mungkin dalam artian yang sangat um... Sebenarnya aku di kafe juga sendiri, aku mengurus kafe sendiri, tapi itu tidak lama," kata Choka membuat Neko mendengarkan nya.
"Aku kemari ketika umurku 19 tahun, aku pindah kemari dan kampus ku juga pindah, aku bukan asli pendaftaran sana, ayah ku bekerja di kota, dia selalu sibuk dengan dunia nya, tapi begitupun juga dia menyibukkan diri juga untuk ku, ketika aku mulai berkuliah di kota, dia bilang aku harus pergi ke tempat yang aman, karena di kota sangat berbahaya untuk ku, aku belum mengerti pasti apa bahaya nya karena mungkin pekerjaan Ayah yang selalu saja berbaur dengan banyak orang berbahaya karena sebuah kerja sama, aku juga tak pernah ikut dia bekerja, hingga dia benar benar memindahkan ku di desa ini.
Awalnya dia menawarkan ku rumah untuk di bangun, tapi aku menolak, aku lebih ingin kafe saja agar setiap orang bisa mengunjungi ku dan aku bisa dengan asik melihat bayangan mereka," kata Choka.
"Bayangan?" Neko menatap bingung.
Choka terdiam, seketika dia sadar dengan apa yang dia katakan. "A.... (Aku keceplosan.) Maafkan aku, aku salah bicara!" dia langsung menggeleng panik.
Tapi Neko tetap menatap curiga membuat Choka semakin panik. "Um... Sebenarnya, aku khawatir pada Nuna, aku yakin Nuna membutuhkan sebuah kenyamanan kan, aku ingin membantu Nuna apapun itu yang penting Nuna tidak terbawa pikiran banyak," kata Choka.
"(Aku agak kurang mengerti dengan apa yang dia bicarakan....) Kalau begitu saat aku pergi nanti, cobalah untuk kembali lagi ke kota."
"Kota?"
"Ya... Aku akan pulang kesana hari kedepan."
"Eh... Jadi... Kau hanya menetap sementara. (Siapa yang akan melindunginya di kota dari bayangan gelap itu?)" Choka terdiam depresi di hatinya.
"Ya, untuk beberapa waktu saja hingga aku menemukan seseorang yang kucari," kata Neko menatapnya, tapi tiba tiba Neko menjadi terkejut sendiri ketika dia benar benar menatap wajah Choka.
". . . Nuna?" Choka menatap bingung. Ia juga menjadi terkejut karena ia kembali melihat bayangan hitam yang mengelilingi tubuh Neko.
"(Apa yang terjadi, tubuhku?)" Neko terdiam gemetar tak percaya.
"Nuna, sadarlah.... Nuna!!" Choka beranjak memegang kedua bahunya Neko yang terdiam.
Pupil mata Neko menjadi mengecil, ia melihat ke leher Choka dan seketika memegang pundak Choka membuat Choka terkejut.
"Kau... Kau akan melakukan apapun, untuk membantu ku bukan?" Neko menatap dengan aura yang sangat mengerikan. Dia seperti lepas kendali hingga tiba tiba saja menggigit leher Choka.
"Ah..." Choka terkejut kesakitan. Hingga ia jatuh terbaring.
Neko mendekat kembali menggigit lehernya hingga berdarah sangat banyak.
"(Nu-nuna, hentikan ini!)" Choka mulai kesakitan.
Mendadak ponsel Neko yang ada di meja berbunyi, seketika Neko tersadar dan mengangkat kepalanya.
"(Apa yang terjadi?)" ia melihat ponselnya. Tapi ia juga menatap ke Choka dan Neko menjadi terkejut Choka terluka di lehernya.
"Nu-nuna," dia menatap lemas. Antara ketakutan dan juga leher nya yang terluka.
Neko menjadi terdiam tak percaya dengan apa yang dia lakukan. "(Aku... Kehilangan kendali.)"