Disaat itu juga Kim muncul lagi masuk dari jendela ketika Neko menutup pintu setelah bicara dengan Tuan Ezekiel.
"Pertemuan apa yang akan di hadirinya?" Neko menatap dingin.
"Sepertinya pertemuan antara pembisnis, pertemuan ini harus dihadiri oleh pemilik undangan dan harus membawa lebih dari satu keluarganya," Kim membalas.
"(Ini membuang waktuku,)" Neko berwajah kesal.
"Nona Akai, boleh kah aku memberimu sesuatu?" Kim menatap membuat Neko terdiam menunggu.
". . .Buka mulutmu.."
"Apa yang akan kau lakukan?"
"Buka saja Nona Akai," Kim menatap lalu Neko membuka mulutnya seketika masuk permen secara perlahan. Permen itu bukan permen tusuk namun hanya permen mulut biasa.
Neko terkejut sambil membuka matanya.
"Itu permen dari apel manis aku harap kau menyukainya," kata Kim sambil tersenyum tulus.
Tapi Neko sama sekali tak terluluh dengan senyuman itu, dia hanya menganggap itu hal yang biasa.
"(Katakan sesuatu... Kenapa hanya diam,)" Kim menjadi tidak enak.
". . . Haa...Terserah saja, aku juga tak meminta untuk ini," kata Neko. Seketika Kim terbatu karena perkataan Neko tak sesuai ekspektasinya.
Tiba tiba ponsel Neko berbunyi dari nomor tak di kenal. "(Siapa ini?)" dia bingung lalu mengangkatnya.
"Hai sister, ini aku," kata suara itu yang rupanya suara Clara.
"Senior ingin bertemu denganmu, bisa kau kemari?" tanya Clara.
"(Bagaimana dia bisa tahu nomorku?) Malam ini?"
"Iya, apa tidak bisa? Kamu masih sakit... Jika tidak bisa, besok saja kalau begitu."
"Tidak apa apa, baiklah aku akan kesana," kata Neko lalu ia mematikan ponsel.
". . . Kenapa dia tahu nomorku?" dia menatap Kim yang memegang buku tetesan itu.
". . . Nona Clara meminta dariku dengan paksa, aku tak bisa tidak memberikanya. Ngomong omong Nona Neko, buku ini masih terkunci."
"Biarkan saja itu, sekarang antar aku," kata Neko yang berjalan keluar. Lalu Kim mengikutinya.
Sesampainya di tempat Ariana, Clara berpapasan dengan Neko di depan rumah Ariana. Neko berjalan masuk ke dalam di ikuti Kim.
"Oh, sister..." Clara menyapa sambil berjalan mendekat.
"Dimana?" tanya Neko.
"Ada didalam, Senior sudah menunggu. Aku akan pergi untuk sebuah urusan, semoga betah," kata Clara sambil melambai dan berjalan pergi.
Neko hanya diam dingin dan melanjutkan berjalan ke dalam.
Kim membukakan pintu dan terlihat di dalam sudah ada Ariana dan Zuo.
"Kau sudah kemari," Ariana menatap, dia berdiri bersandar di meja rak dan Zuo duduk di sofa.
"Apa perlu kalian?" tatap Neko dengan serius.
"Buku itu, kau membawanya bukan?" Ariana berjalan mendekat. "Berikan buku itu padaku Neko, buku itu harus ada di tangan kami, kami bisa mengatasinya sendiri. Buku yang terkutuk tak bisa di pegang oleh yang sudah terkutuk!!"
". . . Apa maksudmu!!" Neko menyela dengan marah berteriak sambil terlihat kedua gigi taringnya.
"Jika kau bisa membuka buku itu, kau adalah sang pemilik kutukan," kata Ariana sambil dengan tiba tiba menodongkan pistol di kening Neko.
Kim yang berada di belakang Neko, menjadi menodongkan pistol ke kepala Ariana dari belakang Neko.
"Hm... Sejak kapan penjaga sepertimu bisa masuk kemari," tatap Ariana dengan senyum kecilnya.
"Aku dibayar bukan untuk menunggu di luar saja," Kim menyela dengan tatapan serius. Tapi mendadak Zuo juga menodongkan pistol ke kepala belakang Kim. Kini mereka sama sama mengancam kecuali Neko hanya terdiam saja.
Neko melirik ke Zuo yang juga ikut dalam ancaman Ariana.
"Jika aku memberikan buku itu? Akan kalian apakan?" Neko menatap.
"Kami akan memberikan nya pada Cheong, karena dia akan membayar kami sangat banyak."
"Buku itu tak bisa di buka, hanya aku yang bisa membukanya, apakah kalian bisa melakukannya?" Neko kembali menatap, seketika Ariana terdiam.
"Ah aku tak peduli, berikan buku itu, aku tak mau tahu buku itu tulisan nya apa, yang penting aku memberikan nya ke Cheong," kata Ariana.
"(Seperti nya yang ini sulit di sesatkan... Bagaimana dengan rekan nya,)" Neko menoleh ke Zuo yang dari tadi diam.
"Aku ingat saat itu," kata Neko sambil memegang lehernya sendiri. Zuo yang melihat itu tentu saja terkejut. Ia menurunkan senjatanya karena ingat dia pernah mencium leher Neko.
"Haha, gadis aneh," dia benar benar menurunkan postol nya berhenti mengancam Kim. Kim terdiam bingung menatap ke belakang.
Zuo melempar pistol nya di bawah Ariana lalu ia berjalan mendekat ke Neko.
"Apa yang kau lakukan, Zuo?" Ariana menatap bingung.
"Dia ikut padaku," Neko menyela dengan tatapan licik.
"Apa, hei, Zuo... Apa maksudmu?!" Ariana protes.
"Ikut bersama Neko benar benar menyegarkan mata. Dari awal, aku memang berniat membantu nya, Ariana.... Mematuhi Cheong adalah hal yang akan membuat mu tersiksa sendiri, meskipun tawaran nya meyakinkan tapi tetap saja, keinginan kita berbeda untuk ikut panutan masing masing," kata Zuo.
Lalu ia menoleh ke Kim yang hanya melemparkan tatapan tajam.
"Apa??!! Apa maksud mu!! Kau bilang kau mau ikut permintaan ku untuk mengikuti Cheong? Apa yang kau pikirkan sebenar nya?" Ariana masih kesal.
"Tidak kah kau ingin melakukan ini," kata Zuo sambil memakaikan sesuatu pada kepala Neko. Neko terdiam lalu meraba atas kepalanya, rupanya Ia memakai ikat kepala rambut berbentuk telinga kucing yang manis.
"Haha, lihat, itu cocok untuknya, inilah yang kumaksud," kata Zuo.
"(I-imut,)" Kim menjadi terdiam sendiri. Dia bahkan menurunkan pistol nya dan menghela napas panjang.
Ariana menoleh ke belakang melihat Kim tidak mengancam nya tapi dia sendiri masih menodongkan pistol ke kening Neko.
"Zuo, apa yang Kau lakukan, cepat tahan Dia!!" teriak Ariana.
"Ariana, Kenapa Kau mau dengan buku kutukan itu, apa Kau yang mau terkena kutukan. Lebih baik aku tak mengikuti apapun. Aku hanya ingin pergi saja," Zuo menatap serius membuat Ariana terdiam.
Sementara Neko masih terdiam akan melepas hiasan kepalanya itu. Tapi Kim tiba tiba menahan tangan nya. "Nona Akai, jangan di lepas, Kau terlihat imut," dia menatap.
"Ya, kau sangat imut," Zuo menambah. Tapi Neko hanya menatap biasa.
"(Dia benar benar gadis...Medusa,)" batin Ariana dengan kesal, ia merasa terhianati dalam persaingan kecil saja.
Lalu ia melempar pistol nya. "Akhh!!" dengan rasa kesal. Lalu menarik kerah Neko membuat Neko tertarik tubuhnya menatap sangat dekat.
"Kau benar benar gadis sialan!! Kenapa kau begitu licik begini! Dengan beraninya merebut rekan ku sendiri!!"
"Rekan? Apakah itu rekan mu? Tapi kenapa dia berpihak padaku?" Neko menatap dengan senyum kecilnya.
"Dengar ini kau kucing tidak berguna, kau sudah bekerja dengan Cheong selama 5 tahun, apa yang menjadikan mu pergi dan malah memilih pihak lain?" Ariana menatap serius.
Neko membalas dengan senyum kecil. "Salah satunya aku pergi karena, aku ingin seperti nya!" Neko langsung membalas dan tatapan nya, mata merah itu benar benar besar, cahaya yang merah membuat mata Ariana sendiri terkejut dan melepas kerah Neko, ia bagian menjauh karena melihat mata itu.
"Cheong.... Dia membunuh, memanipulasi, pandai berbisnis, ilegal ada di tangan nya dan seterus nya, sangat licik, pengedar barang ilegal, memiliki banyak anak buah dan yang pastinya... Dia pandai bermain..." kata Neko sambil merapikan bajunya dengan tatapan lirikan itu.
"K... Kau... Jadi kau ingin seperti nya?"
"Bukan 'ingin' melainkan, aku sudah jadi sepertinya!" balas nya membuat Ariana terdiam.
"Tapi masalah nya sekarang aku hanya ingin mencari sesuatu soal buku itu, biarkan aku mempelajari buku itu bahwa dari awal... Tak ada satu pun orang yang berkaitan dengan darah ku."
"Semuanya juga begitu, banyak yang seperti mu, tidak punya keluarga, kedinginan dan pastinya tak punya panutan," Ariana menatap.
"Tapi itu berbeda," Zuo langsung membalas.
"Gadis ini, berbeda dengan wanita lain, kami lelaki memandang nya berbeda, tapi meskipun berbeda dan jauh, dia lebih baik dari pada wanita yang memiliki penampilan ideal, begitu juga masalah nya sekarang, masalah nya berbeda dari yang lain nya," tambah Zuo.
"Kenapa kau juga membela nya Zuo, bagaimana jika Cheong mengetahui ini?" Ariana menatap tidak terima.
"Maaf Ariana, tapi Direktur Cheong sudah tahu aku membantu Neko, aku tak punya pilihan lain selain meneruskan apa yang sudah terjadi dan tak akan bisa di ubah tanpa permohonan dari Cheong."
"Zuo.... Kau benar benar sialan..." Ariana mengepal erat tangan.
"Setelah ini semua terjadi, kita harus membiarkan dia membaca buku itu, bagaimanapun juga, pencipta buku itu adalah seorang yang akan bisa di sebut legenda dalam distrik," kata Zuo.
"Aku tak akan menyebutkan itu, orang jahat tetaplah jahat, termasuk dia," Neko menambah.
"Kenapa kau berpikir bahwa ayah mu sendiri orang jahat? (Ya memang dia orang jahat....)" Zuo menatap.
"Dia meninggalkan ku, membiarkan ku menjadi orang tidak punya dan tersiksa dengan semua ini."
"Hahaha, sebuah kutukan tetaplah kutukan, dia mungkin memberikan kutukan nya padamu itu!" teriak Ariana yang merendahkan Neko.
". . . Kau sama seperti Kinn, apakah ada lagi yang membenci ku di sini?" Neko melirik.
"Jika bukan karena paras mu yang membuat kita tergila gila, kita tak akan terjebak dalam taring mu itu, benar benar memiliki sifat yang sangat keras, tidak cocok untuk tubuh mu.... Dengan begitu, apakah aku terdengar seperti Kinn di sini?" Ariana menatap tajam.
"Yeah.... Kau terdengar sangat mirip dengan nya, setelah ini silahkan memohon pada Cheong, laporkan soal aku dengan sifat memelas mu agar dia tahu dan memahami mu, kecuali jika dia benar benar memahami mu," kata Neko, ia mengambil sesuatu dari punggung pinggang nya dan rupanya itu adalah belati hitam yang ia todongkan ke Ariana yang sangat dekat.
Belati itu ada di leher Ariana membuat Ariana terdiam kaku melirik itu.
"Kau mencoba membunuh ku?"
Neko terdiam, ia lalu mengulurkan ke belakang belati itu di terima oleh Kim dan mulai berbicara. "Apa kau tahu, alasan kenapa aku tidak memiliki pengawal atau penjagaan yang sebanyak Cheong, itu karena jika Cheong memiliki banyak bawahan, itu berarti dia malas menggunakan kekuatan nya sendiri, lebih mengorbankan banyak bawahan nya tapi aku tidak, aku melakukan semua nya sendiri karena pemikiran yang detail ada pada atasan sendiri," kata Neko membuat Ariana masih terdiam kesal.