webnovel

Ternyata

Brewok pun segera mendorong parangnya ke bawah kursi singgasananya sendiri, sesudah melakukan itu, ia menoleh ke arah para anak buahnya.

"Bagaimana bang?" tanya beberapa di antara mereka.

Sahut Brewok terhadap mereka semua, "Jika kalian memang sudah siap, kita berangkat sekarang."

Mereka kembali berteriak.

"Siap bang!"

"Hayo kita berangkat sekarang!"

Rombongan bang Brewok tampak bergerak beramai-ramai keluar dari komplek menuju ke tempat yang sudah ia ketahui di mana si mandor proyek tempat Udin kerja hendak di lukai. Tetapi bang Brewok sendiri tidak tahu kalau Udin bekerja di tempat si mandor itu.

****

Pada saat yang bersamaan Ari melintas di dekat rombongan si Brewok. Karena tujuan si Brewok untuk membela si mandor, maka ia pun pura-pura tidak melihat keberadaan Ari. Sedangkan Ari juga tidak mau ambil pusing.

Ia hanya bertanya dalam hatinya, "Mau ngapain mereka pagi-pagi begini beramai-ramai pergi. Jangan-jangan mau melakukan begal."

Berpikir demikian Ari segera berkata kepada dirinya sendiri, "Aku tidak boleh ikut campur urusan mereka. Lebih baik aku cari uang saja untuk berjualan koran."

Sesudah berkata demikian, Ari pun meneruskan perjalanannya menuju ke rumah si bos loper koran.

****

Sedangkan Udin sudah lebih dahulu berangkat. Karena ia pikir lebih baik datang pagi-pagi agar dapat memuluskan rencananya. Karena Udin jalan lebih dahulu dari rombongan bang Brewok, ia juga lebih tiba di tempat. Di mana si mandor sudah menunggu.

"Bang mandor!" sapa Udin sambil melambaikan tangan ke arahnya.

Melihat Udin yang datang, "Din, pagi sekali kamu ke sininya?!" tanya mandor dengan nada keheranan. Dan wajahnya terlihat agak curiga.

"Bang, aku tidak bisa tidur. Tetapi jika nanti aku ngantuk sebelum jam kerja, engak apa-apa yang bang." Kata Udin sambil garuk-garuk kepalanya sendiri.

"Tenang saja, din. Hari ini bos besar tidak datang ke sini. Biasanya bos besar itu datangnya di akhir bulan kalau mau gajian saja." Kata bang mandor sambil menepuk-nepuk tasnya di depan Udin.

Dengan wajah penasaran Udin pun bertanya, "Apa itu bang?"

"Ini gajian kalian. Nanti jika sudah semuanya datang baru aku bagikan. Sabar ya din." Kata bang mandor dengan suara tegas.

"Sip, bang!" kata Udin sambil memberikan ibu jarinya kepada bang Mandor.

Sesudah berkata demikian bang Mandor berjalan bersama Udin menuju ke dalam proyek. Karena pada saat itu mereka berdua masih berada di depan pintu gerbang proyek. Sedangkan dari depan gerbang ke dalam proyek mereka harus berjalan sekitar setengah kilo meter.

Baru saja melangkah masuk melewati gerbang proyek, tiba-tiba keduanya di kejutkan dengan munculnya orang-orang bertopeng.

Orang-orang bertopeng itu memegang senjata.

Melihat orang-orang bertopeng dan memegang senjata si mandor segera menegurnya, "Jali! Aku tahu itu kau dan teman-temanmu. Kau tidak bisa membohongiku. Sekarang pergilah dari sini sebelum polisi datang menangkap kalian."

Di antara orang-orang bertopeng itu segera membuka topengnya sambil berkata, "Ternyata kamu memang jeli melihat siapa yang datang. Tetapi jangan harap kamu dapat pergi dari sini, sebelum menyerahkan uang gajian itu kepada kita semua!"

Mendengar ucapan si Jali, tak terasa si mandor segera memegang tas yang berisi uang itu dengan kedua tangannya sambil mundur beberapa langkah.

Sedangkan Udin segera bersembunyi di balik tubuh pak mandor.

"Udin, gara-gara kamu kami semua di pecat. Jangan jadi pengecut kau. Cepat keluar dari balik si mandor!" teriak orang yang bernama Jali.

Si mandor pun segera menantang Jali dengan berkata, "Jali! Kau jangan seperti itu, jika berani hadapi aku satu lawan satu!"

Balas Jali sambil tertawa, "Sayangnya aku takut kepadamu." Ucap Jali sambil masuk di antara teman-temannya.

"Jali!" teriak bang mandor dengan suara gugup. Gugup melihat orang-orang yang marah dan berwajah sangar itu.

Orang-orang itu maju selangkah demi selangkah mendekati bang mandor.

Ketika sudah dekat dan hendak mengayuhkan golok untuk membacok ke arah si mandor, tiba-tiba terdengar suara bang Brewok, "Jali! Orang yang harusnya kamu hadapi adalah aku! Keluarlah Jali!"

Mendengar suara si Brewok, tampak Udin dan Jali terkejut. Melihat kesempatan yang baik untuk kabur, Udin pun segera menggoyangkan lengan si mandor sambil berbisik, "Ini kesempatan kita lari, bang."

Si mandor melihat situasi sejenak. Tetapi Udin sudah lari lebih dahulu. Melihat Udin lari, si mandor pun bergegas mengikutinya.

"Mandor, jangan lari!" teriak Jali ketika melihat si mandor dari belakang anak buahnya.

Melihat si mandor telah pergi bang Brewok pun merasa puas. Lalu ia berkata kepada Jali dengan tenang.

"Jali, gimana kalau kita tidak usah berkelahi, tetapi kita bagi hasil saja." Kata Brewok memberikan tawaran kepada si Jali.

Mendengar tawaran dari si Brewok Jali tertawa sesaat. Lalu jawabnya dengan ketus, "Kau tidak bisa menipuku lagi, Brewok! Kau ingin balas dendamkan padaku kan."

"Jali! Aku memang berniat membalas dendam padamu. Tetapi setelah aku tahu orang yang berencana untuk melakukan penyergapan terhadap si mandor itu adalah kau, aku mengubah niatku untuk bekerja sama denganmu. Itu pun jika kamu mau." Ucap Brewok dengan nada yang terdengar serius.

"Aku tidak percaya dengan perkataanmu barusan. Asal kamu memberikan jaminannya kepadaku baru aku percaya. Dan jaminannya pun harus bagus, jika tidak kamu akan mati di tanganku, Brewok!" sahut Jali juga dengan nada yang terdengar serius dan sedikit ancaman.

"Tenang Jali, aku tidak mau macam-macam lagi dan juga tidak mau masuk penjara lagi." Kata Brewok dengan tegas. Lalu ia mengeluarkan sebuah kantong kecil, kemudian kantong kecil itu di lemparkan ke arah Jali sambil berteriak, "Itu jaminannya!"

Jali menangkan kantong kecil itu, kemudian membukanya sedikit untuk sekedar mengintip isinya.

Jali tampak terlihat terkejut ketika mengintip isi kantong kecil tersebut, mau tidak mau ia berteriak, "Brewok, ini asli?!"

"Asli!" seru brewok dengan bersemangat.

Si Brewok tidak perlu menunggu lama. Terdengar suara Jali lagi, "Brewok, Gue terima. Elo jangan lupa kabari lagi ke Gue. Besok Gue tunggu di sini jam sembilan malam."

Sesudah berkata demikian kepada si Brewok, jali pun berkata kepada anak buahnya, "Kita pergi dari sini!"

Saat itu waktu sudah mendekati pukul lima pagi. Di daerah itu masih terdengar suara kicau burung dan ayam berkokok.

Akhirnya tempat itu kembali sepi. Setelah rombongan si Jali pergi dari situ.

Setelah sepi, salah satu anak buahnya si Brewok bertanya, "Bang, kantong kecil itu isinya apa?"

Mendengar pertanyaan anak buahnya itu si Brewok hanya terlihat memelototinya sejenak. Lalu ia mengalihkan pembicaraan, "Ada yang melihat ke mana perginya si mandor?"

"Tadi saya lihat dia berlari ke arah dalam!" seru salah seorang anak buahnya sambil menunjuk ke arah dalam proyek tersebut.

Sambil berjalan dengan gagah, si Brewok berkata kepada para anak buahnya, "Kalian tunggu aku di sini saja."