webnovel

Mengambil Kesempatan

Selesai memasukkan sepeda ke dalam rumah bos koran itu, si bos berkata, "Sebelum pergi, jangan lupa tutup pintu pagarnya, ya."

"Beres, bos!" sahut Ari dengan setengah berteriak.

Sesudah menutup pintu pagar rumah bos loper koran itu, Ari segera bergegas menuju ke tempat kediamannya.

Sambil berjalan ia berkata kepada dirinya sendiri, "Semoga saja selesai makan siang aku tidak ketiduran."

****

Sementara itu Udin selesai makan siang, karena masih ada waktu setengah jam ia memejamkan kedua matanya. Karena terkena angin sepoi-sepoi walaupun panas, akhirnya bocah itu tertidur pulas. Pulas sekali sampai kembali ia merasakan tubuhnya terbang melayang di udara.

Ketika ia merasakan terbang lagi di atas awan, ia pun segera berteriak sekuat tenaga, "Tidak!"

Tiba-tiba ia merasakan kakinya terkena sesuatu. Lalu terdengar suara seseorang, "Jika tidur jangan berisik. Ganggu yang lain saja!"

Sesudah berkata demikian kembali orang itu menendang kaki Udin, yang membuat anak itu membuka matanya.

Melihat orang yang menendang kakinya, Udin pun segera bangkit berdiri. Lalu katanya, "Biasa aja kali. Engak usah pakai nendang-nendang segala."

Mendengar perkataan Udin orang itu tertawa sambil berkata, "Suka-suka gue!" sesudah berkata demikian, orang itu segera bergegas meninggalkan Udin sendirian lagi.

"Awas saja kau!" ancam Udin dengan suara pelan. Ketika orang itu sudah agak menjauh darinya.

Udin kembali duduk di tempatnya lagi, tetapi ia tidak tidur. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Lalu ia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju ke tempatnya bekerja. Ia masih membawakan batu bata-batu bata itu ke rumah-rumah yang sedang di bangun.

"Aku harus dapat membawa dua buah batu bata setiap harinya. Nanti setiap tiga puluh buah baru aku jual. Biar dapatnya lumayan banyak." Kata Udin dalam hati.

Sebelum jam satu ia sudah terlihat kembali bekerja, membuat beberapa temanya yang lebih lama bekerja di situ terlihat sangat geram. Ketika melihat tingkah laku Udin yang seperti itu.

Mandornya yang melihat Udin sudah mulai bekerja segera mendatanginya. Ketika suda berada di dekat dengan Udin, mandor itu pun berkata, "Bagus Udin, begini baru benar. Biar cepat selesai proyeknya. Dan jika sudah selesai kita akan segera mendapatkan proyek baru lagi."

Sesudah si mandor berkata kepada Udin, ia pun berteriak kepada pekerja yang lain, "Hayo! Yang lain pun cepat kerja. Jangan malas-malasan!"

Selesai berteriak seperti itu, si mandor pun segera meninggalkan Udin kembali ke tempatnya untuk melanjutkan istirahatnya.

Udin yang melihat kejadian itu berkata kepada dirinya lagi, "Ini orang bisa aku manfaatkan!"

Karena sambil memperhatikan si mandor terus, Udin tidak hati-hati dalam membawa batu bata itu ke tempat yang telah di tentukan.

"Auw!" teriak Udin dengan wajah terkejut.

Ucapnya lagi kepada diri sendiri, "Hampir saja!"

Mandor itu segera menoleh ke arah Udin, tetapi si mandor tidak mendekatinya. Beruntung si mandor hanya berteriak saja, "Hati-hati, Din!"

"Baik bang!" balas Udin dengan berteriak pula. Sesudah itu ia terlihat menarik nafas lega. Lega karena niatnya tidak ketahuan. Selesai memisahkan batu bata yang hendak di bawa pulang Udin pun melanjutkan kerjanya hingga jam tujuh malam.

"Udah din, besok lagi." Kata mandornya ketika melihat Udin hendak memindahkan satu gerobak berisi batu bata.

"Tanggung, tinggal ini saja bang. Udah gitu, saya segera pulang. Badan terasa pegal-pegal semua." Ucap Udin sambil menggerak-gerakan seluruh tubuhnya.

"Makanya, di tinggal saja." Kata si mandor sambil memberikan jatah harian kepada Udin.

"Terima kasih bang. Besok saja ya lanjutnya. Eh abang duluan saja. Saya mau ambil minum yang baru saya beli tadi." Kata Udin mencoba untuk mengelak untuk di ajak pulang bareng.

Tanpa rasa curiga sedikit pun, si mandor proyek itu pun segera berjalan lebih dulu meninggalkan proyek itu.

Melihat si mandor tidak menoleh ke belakang lagi, Udin pun bergegas mengambil dua buah batu bata yang ia telah sembunyikan.

Sambil bersiul-siul Udin pun segera kembali. Ia pun teringat kembali akan komentar mandornya degan salah seorang pemborong.

"Bang, dengar ya. Batu bata ini harganya lebih mahal dari sebelumnya. Biasanya kita beli seribu rupiah per batu bata. Sekarang ini kita beli dengan harga seribu dua ratus lima puluh rupiah per batu bata."

Kata Udin kepada dirinya sendiri, "Jadi jika aku bisa ambil dua batu bata per hari jadi aku akan mendapat enam puluh batu bata sebulan. Jika aku jual ke toko bangunan per batu bata tujuh ratus rupiah saja, aku akan mendapat berapa ya?"

Udin masih menghitung-hitung. Kemudian serunya dengan gembira, "Aku akan mendapat lima puluh ribu kurang!"

Lalu dia hitung-hitung lagi, "Sedikit dong ya." Keluhnya ketika mengetahui hanya mendapat sekitar lima puluh ribu saja.

Udin lupa kalau dari hasil kerja per harinya, ia akan mendapat puluhan ribu rupiah.

****

Akhirnya Udin tiba di depan rumahnya, pada saat itu ibunya sedang duduk di depan teras rumah.

Begitu melihat Udin berada di depan pintu, ibunya pun segera bangkit berdiri dan bergegas membukakan pintu bagi Udin agar ia mau masuk.

"Bu, ini ada uang buat besok makan ya. Saya sudah kerja di komplek sebelah sebagai buruh bangunan." Sambil anak itu memberikan uang sejumlah tiga puluh ribu rupiah kepada ibunya.

Wanita itu tampak terharu. Katanya kemudian, "Din, ibu tahu kamu bisa cari uang dengan halal. Katanya sih saudara sepupumu. Akan datang dalam waktu dekat untuk mengajak kamu kerja di sebuah pulau."

Mendengar itu, Udin berseru, "Apa, pulau?"

Sebelum ibunya berkata lagi, Udin telah mendahuluinya, "Tidak ah. Aku selalu mabuk lautkan bu."

Wanita itu menggelengkan kepala. Sedangkan Udin segera masuk ke kamarnya.

Sesudah berada di dalam kamarnya, Udin memperhatikan ruangan kamarnya sendiri.

Gumamnya sambil memperhatikan kamar sendiri, "Aku harus menyimpan batu bata ini tanpa ketahuan sama sekali, siapa pun tidak boleh ada yang tahu. Tetapi di mana ya tempat yang aman?"

Akhirnya Udin mendongak ke atas, "Ah iya. Aku harus sembunyikan di atas sana."

Sesudah berkata demikian Udin segera menarik kursi dan mengambil obeng. Enternit langit-langit kamarnya di buka sedemikian rupa agar batu bata yang ia bawa pulang dapat di simpan di atasnya.

Sambil menyembunyikan batu bata itu ia berkata lagi, "Semoga saja tidak ada yang tahu. Dan tidak di rusak oleh tikus-tikus yang rese."

Beruntung bagi Udin, baru saja dia turun dari kursi untuk menyembunyikan batu bata yang ia bawa pulang, tiba-tiba pintu kamar bocah itu terdengar di buka dari luar.

Kembali terdengar suara ibunya. "Udin, makan yuk. Ibu masak ikan goreng kesukaanmu."

Udin pun segera keluar dan berkata, "Jadi lapar nih."

Udin pun bergegas mengikuti ibunya ke ruang makan. Di situ sudah menunggu kedua adiknya. Yang satu baru masuk sekolah kelas satu SD. Sedangkan yang kedua berusia empat tahun.