webnovel

Memberikan Bantuan

Babah Liong pun ikut masuk ke rumah Udin.

Kini tinggal mereka berdua duduk berhadapan satu sama lain.

Babah Liong teringat akan tujuannya lalu ia mengeluarkan sebuah amplop dari balik bajunya dan di letakkan di atas meja di hadapan ibu Udin seraya berkata, "Ambillah amplop ini, semoga bermanfaat."

Sesudah berkata demikian, Babah Liong pun segera bangkit berdiri dan bergegas keluar lagi dari kediaman Udin.

Wanita itu pun mengejarnya sambil berteriak, "Babah Liong, tunggu sebentar!"

Babah Liong tampaknya pura-pura tidak mendengar. Ia semakin mempercepat langkahnya untuk menghindari para warga yang lainnya.

Akhirnya ibunya Udin kembali masuk dan memandang amplop tersebut, lalu katanya dalam hatinya, "Semoga uang ini dapat bermanfaat bagi kami."

Sesudah berkata demikian wanita itu mengambil amplop tersebut dan membukanya.

Betapa terkejutnya ia ketika melihat jumlah uang yang ada di dalam amplop tersebut, dan di dalamnya ada kertas pula.

"Pakai saja uang ini, jika kelak suatu saat kalian sudah cukup. Lakukanlah kepada orang lain seperti yang saya lakukan kepada kalian saat ini, jangan di kembalikan agar bermanfaat bagi sesama."

****

Wanita itu pun mengucapkan syukur. Kemudian ia bergegas membayar hutang-hutangnya di warung hingga totalnya mencapai dua juta setengah rupiah. Lalu ia pun segera membawa adiknya Udin ke sekolah untuk membayar tunggakan sekolah yang sudah tiga bulan tidak di bayar dengan jumlah satu juta rupiah.

Sesudah melakukan itu semua ia kembali dengan sisa uang yang masih terlihat cukup banyak. Sekitar enam jutaan.

"Aku harus berhemat dengan sisa uang ini." Ucap wanita itu, lalu ia pun mencari tempat untuk menyembunyikan sisa uang tersebut, agar tidak di pakai oleh Udin untuk hal-hal yang tidak baik bagi dirinya.

****

Hari sudah siang, sementara itu ke manakah perginya Udin?

Ia bersembunyi di rumah-rumah kosong. Ia tidak berani menampakkan dirinya. Terutama di depan Brewok. Karena Brewok sedang mencarinya untuk merebut kartu emas itu dari tangannya.

"Aku tidak boleh tertangkap olehnya." Kata Udin kepada dirinya sendiri.

Saking takutnya ia pun akhirnya tertidur. Di salah satu di dalam bangunan kosong yang sudah di tinggal pergi penghuninya.

Kembali ia merasakan terbang ke atas awan. Kali ini ia melihat banyak sekali bidadari-bidadari cantik yang menemaninya terbang di atas awan. Sehingga membuat hatinya senang dan gembira.

Di saat hatinya terasa gembira itulah tiba-tiba tubuhnya meluncur deras jatuh ke bawah.

Ia menjerit sekuat tenaga.

"Tolong!"

"Tolong aku!"

Suara jeritannya membuat orang yang melewati tempat persembunyiannya terkejut dan lari tunggang langgang.

Sedangkan saat itu Brewok dan beberapa anak buahnya sedang melewati tempat tersebut, hingga ia pun ikut terkejut mendengarnya.

"Sepertinya suara itu aku kenal!" Kata si Brewok dengan suaranya yang terdengar agak keras sambil diam sesaat untuk memastikan lagi.

Saat itu Udin segera menutup rapat-rapat mulutnya sendiri dengan kedua tangannya. Ia tidak berani bergerak sama sekali, kemudian katanya kepada diri sendiri, "Jika aku tidak bergerak, kalau bang Brewok tiba-tiba masuk ke dalam, matilah aku."

Ia pun perlahan-lahan bangkit dari tempatnya. Dan mencoba mencari jalan tembus ke rumah sebelah dengan jalan merunduk. Tepatnya sambil berjongkok.

Tapi sial baginya. Ketika ia hendak pindah, tiba-tiba di depannya telah berdiri seseorang tua yang tidak ia kenal sama sekali, dan orang itu berkata kepada Udin, "Nah. Mau lari ke mana kamu!"

Mendengar itu Udin pun berteriak, "Minggir pak. Jangan halangi jalanku!"

Bersamaan dengan itu tiba-tiba pintu bangunan kosong tersebut terdengar seperti di tendang oleh seseorang dan langsung copot dari engselnya.

"Gawat!" kata Udin kepada dirinya sendiri, lalu dengan kedua tangannya ia pun mendorong orang tua itu hingga terjatuh.

Bersamaan dengan itu terdengar suara Brewok, "Udin, Mau lari ke mana kau!"

Udin pun lari ke atas genteng dan lompat sana dan lompat sini hingga kakinya tampak berdarah-darah menginjak pecahan genteng.

Itu semua ia tahan dari pada tertangkap oleh si Brewok.

****

Akhirnya ia berhasil lolos juga dari kejaran si Brewok, hingga ia masuk ke dalam ke kediaman Babah Liong lagi.

Karena kebetulan saat itu pintu gerbang rumah Babah Liong tampak terbuka sedikit.

Pada saat itu Babah Liong sedang memperhatikan koleksi-koleksinya. Dan ia melihat ada bayangan yang masuk ke dalam rumahnya.

Ia pun segera bergegas keluar dan melihat Udin sedang meringkuk bersembunyi. Lalu ia juga melihat kedua kaki Udin berdarah-darah.

Melihat itu ia tidak tega, lalu katanya, "Masuklah dan bersihkan kakimu. Sesudah itu beristirahatlah di atas sana."

Kata Babah Liong sambil menunjuk ke atas.

Tanpa di suruh Udin bukannya membersihkan kakinya ia malah naik ke atas bangunan lain yang seperti sebuah kamar kalau di lihat dari luar.

Udin pun segera membuka pintu ruangan tersebut, dan ternyata memang sebuah kamar. Kamar yang besar seperti kamar hotel. Di dalamnya juga terdapat sebuah kamar mandi. Dan di atas meja sudah tersedia makanan yang banyak.

Tanpa pikir panjang dan tanpa merasakan sakit pada kedua kakinya yang berdarah-darah itu, Udin pun lebih mementingkan bunyi perutnya terlebih dahulu. Ia pun segera menyantap makanan yang ada di atas meja di dalam bangunan tersebut.

Sementara itu di luar bangunan tempat tinggal Babah Liong, terdengar suara si Brewok memanggil-manggil.

"Udin. keluar kau. Jangan beraninya bersembunyi di rumah orang!"

"Udin keluar, Udin!"

"Cepat keluar!"

Tampak pintu terbuka perlahan dari dalam rumah tersebut, dan tak lama kemudian yang muncul adalah Babah Liong.

Dengan suara yang berwibawa Babah Liong menegur si Brewok, "Ada apa kamu teriak-teriak di depan rumah saya. Berisik tahu!"

"Maaf Babah Liong. Tadi saya lihat betul kalau si Udin masuk ke rumah Anda." Kata si Brewok dengan berhati-hati. Karena dia enggan berurusan dengan orang tua itu.

"Tapi, kenyataannya tidak ada siapa-siapa di sini. Mungkin dia sudah pergi lagi dari sini!" kata Babah Liong dengan ketus. Sesudah berkata demikian ia masuk lagi meninggalkan Brewok yang berdiri terpaku sesaat.

"Babah Liong, jika memang Udin ada di dalam. suruhlah dia cepat keluar dari sana!" kata si Brewok dengan berteriak.

Babah Liong tidak menyahutnya.

Sedangkan saat itu, Udin sudah merasa kenyang menikmati hidangan yang ada di atas meja di dalam kamar tersebut.

Setelah merasa kenyang, ia pun kembali merasakan rasa sakit pada kedua kakinya.

Perlahan-lahan ia mencabut setiap pecahan genteng yang menempel pada telapak kedua kakinya itu, yang kemudian ia obati perlahan-lahan dengan obat merah yang ada di dalam kamar tersebut.

Selesai mencabut dan mengobati kedua telapak kakinya sendiri, ia tiba-tiba menguap dan ia pun merebahkan diri di atas ranjang yang ada di dalam kamar tersebut.

Lagi-lagi ia tertidur dan seperti sebelum-sebelumnya ia merasakan tubuhnya kembali melayang. Melayang tinggi di atas awan.