webnovel

Akhirnya Berhasil Juga

"Tenang saja, pak mandor!" seru si Brewok sambil matanya mencari-cari keberadaan Udin di dalam lokasi proyek tersebut.

Sedangkan temannya yang mengenal Udin dari suaranya pun berlari menerobos masuk ke dalam proyek untuk menemukan Udin.

Sedangkan saat itu Udin sedang bersembunyi di balik pos. Pos itu posisinya berada di pojok depan dekat pintu gerbang.

Anehnya kedua orang itu sama sekali tidak memperhatikan keadaan pos tersebut, dan pos itu di lewati begitu saja oleh si Brewok dan temannya.

Secara diam-diam, Udin pun perlahan demi perlahan keluar dari balik pos tersebut dan kabur sambil membawa barang serta uang yang iya kumpulkan tadi pagi pagi pada saat si pak mandor sakit perut.

Kali ini Udin tampaknya tidak mau ceroboh. Iya secara perlahan-lahan mencari tempat lagi di sekitar proyek itu untuk menyembunyikan barang-barang tersebut.

Agak lama juga Udin mencari-cari tempat tersebut, hingga akhirnya iya berhasil menemukannya.

"Tempat ini cocok untuk menyimpan barang-barang ini. Sekarang aku bawa yang kecil-kecil saja dulu kembali ke rumah. Mumpung tidak ada yang melihatnya." Ucap Udin dalam hatinya. Lalu sesuai dengan rencananya, Udin bergegas keluar dari tempat itu lagi sambil membawa beberapa barang.

Beruntung baginya, tidaka ada satu orang pun yang melihat dia keluar dari tempat menyembunyikan barang-barang yang telah di curinya dari tempat sesajen untuk roh penunggu proyek tersebut, Udin pun bergegas kembali ke rumahnya.

Iya berlari cepat untuk dapat sampai ke rumah.

****

Begitu Udin sampai di rumahnya, sekali lagi keberuntungan memihak kepadanya. Karena kebetulan sekali di gangnya yang biasa terlihat ramai dengan anak-anak bermain dan ibu-ibu ngerumpi, kali ini tampak sepi.

Tanpa berpikir panjang Udin pun bergegas masuk dan langsung ke kamarnya. Di dalam kamar seperti yang iya rencanakan semula, semua barang dan uang iya masukkan ke langit-langit kamarnya.

Karena barangnya tidak terlalu banyak dan uangnya juga cukup untuk di gunakan sehari-hari, iya tidak terlalu jauh menaruhnya dari enternit yang bisa iya buka dan tutup kembali.

Sesudah yakin posisi enternit itu kembali ke posisinya, Udin pun bergegas turun dari tempat tidurnya. Iya tidak perlu menggunakan tangga untuk membuka dan menutup enternit kamarnya, karena plafon rumahnya tidak terlalu tinggi.

Udin pun bergegas keluar lagi dari kamarnya dan berlari menuju kembali ke tempat kerjanya.

Pada saat di tengah jalan iya berpapasan dengan Ari.

Ari yang melihat Udin segera menghadangnya sambil menadahkan tangan.

Udin yang melihat Ari berbuat demikian, pura-pura tidak tahu. Lalu iya membuang muka untuk menghindar dari Ari. Tetapi Ari sepertinya sudah kesal terhadap tingkah laku Udin yang selalu menghindar.

Pada saat Udin berjalan tepat di samping Ari, anak itu tiba-tiba saja terjatuh ke selokan.

Ari mendorong tubuh Udin hingga terjatuh. Beruntung selokan itu kering tidak ada airnya. Tapi yang ada tubuh Udin memar semua dan ada yang lecet.

Udin menoleh dan menatap wajah Ari.

Udin pun berkata kepada Ari, "Sudah aku katakan kepadamu. Yang mencuri kartu emas itu bukanlah aku. Tetapi bang Brewok!"

Dengan santainya Ari berkata, "Yang pertama kali mencuri dariku adalah kamu. Jadi aku tidak mau tahu siapa yang mencurinya dari kamu. Itu urusanmu sendiri. Jadi kamulah yang harusnya mengambil kartu emas itu dari bang Brewok untukku. Bukannya aku yang harus berhadapan langsung kepadanya."

Pada saat itu Udin naik ke atas jalan lagi keluar dari selokan yang kering itu, dan sesudah berada di atas jalan Ari berkata lagi dengan nada mengancam.

"Kamu pikir aku lebih kecil darimu tidak bisa berbuat seenaknya seperti yang kamu lakukan kepadaku." Sesudah berkata demikan Ari meninggalkan Udin yang kesakitan.

Sepertinya Udin tidak peduli dengan ucapan Ari, iya pun bergegas kembali ke proyek tempatnya bekerja.

****

Setibanya di depan pintu proyek, tampak pak mandor sedang berdiri sambil berkacak pinggang. Wajahnya terlihat sangat marah.

Begitu melihat Udin sedang berjalan tertatih-tatih, pak mandor segera mendekatinya.

Setelah dekat, si pak mandor tidak jadi marah-marah malah menjadi simpati melihat keadaan tubuh Udin yang penuh luka dan agak membiru.

"Kamu bisa seperti ini dari mana, Din?" tanya si pak mandor dengan nada khawatir dan wajahnya yang terlihat sedikit curiga.

Dengan suara yang di buat-buat seperti orang kesakitan Udin menjawab pertanyaan si pak mandor, "Anu pak mandor. Tiba-tiba saja perut saya sakit dan mules sekali. Begitu saya ke toilet yang ada di pos jaga, airnya mati. Jadi aku bergegas pulang. Dan ketika hendak balik kemari, di tengah jalan ada dua ekor anjing yang hendak menggigit saya. Saya lawan saja dan hasilnya seperti ini."

Dengan nada khawatir tetapi wajahnya masih terlihat tidak percaya, "Kamu tidak sampai terkena gigitan anjing itu, kan. Kalau sampai terkena gigitannya, kamu harus segera ke dokter Din. Jangan sampai kamu terkena penyakit tetanus. Bahaya itu."

Sambil tersenyum kecil Udin berkata, "Syukur pak mandor. Beruntung saya tidak sampai tergigit oleh anjing-anjing itu, dan terima kasih sudah memberitahukan saya dan sudah mengkhawatirkan saya."

Kemudian terdengar suara salah satu teman kerjanya, "Udin! Elo tadi di cari dua orang aneh."

"Terima kasih, bang!" sahut Udin sambil berteriak pula.

"Din! Sebaiknya kamu pulang saja, istirahat di rumah." Kata pak mandor untuk mengingatkan si Udin.

Udin menggeleng sambil berkata, "Untuk kerja yang ringan-ringan, saya masih bisa kerja kok, pak mandor. Dan lagi pula saya butuh uang untuk sekolah kedua adik saya."

Sambil menggelengkan kepala si pak mandor berkata lagi kepada Udin, "Iya sudah terserah kamu saja. Jika kamu merasa kurang enak badan, kamu pulang saja." Sesudah itu si pak mandor berjalan meninggalkan Udin menuju pos.

Dia ke pos untuk memastikan apakah airnya mati seperti yang di katakana oleh Udin atau tidak.

Udin yang memperhatikan arah jalan si pak mandor berharap cemas. Katanya dalam hati, "Moga-moga saja, air itu mati benaran."

Tak lama kemudian terdengar suara pak mandor yang marah-marah.

Udin segera melompat kegirangan, lalu iya pura-pura meringis kesakitan.

Teman-temannya yang melihat itu berteriak, "Hati-hati, Din!"

Udin tampak menyeringai saja, lalu katanya dalam hati, "Yes! Hari ini keberuntungan selalu memihakku."

Selesai berbicara demikian tiba-tiba iya mendengar suara, "Jangan senang dahulu."

Udin pun segera memperhatikan di sekelilingnya lalu mencari-cari, tetapi tidak ada orang sama sekali yang berada di dekatnya. Sedangkan jarak dia dengan teman-teman dan pos jaga di mana pak mandor baru saja marah-marah cukup jauh. Sekitar dua ratus meteran.

****

Melihat tidak ada siapa-siapa, iya pun bergegas bergabung ke tempat teman-temannya bekerja. Sambil memperhatikan kiri dan kanan serta tanah yang iya lewati. Iya tidak mau jatuh terperosok seperti yang iya alami dalam mimpinya semalam.