webnovel

Dosen Tampan itu Suamiku

Dari sekian banyak wanita yang menginginkan menjadi istri dari dosen tampan itu, aku lah yang menjadi istrinya. Menjadi wanita yang beruntung itu, Ini cerita suami dosenku yang cuek-cuek tapi bucin setengah mati padaku. Walaupun begitu, bukankah setiap perjalanan cinta seseorang pasti lah berbeda. Mereka sama seperti pasangan yang lainnya, masalah demi masalah datang bertubi-tubi dan mereka mampu untuk menghadapinya. Ini kisah dosen dan mahasiswinya, semoga suka. Lets read gaess.

Uniyeppeo · สมัยใหม่
Not enough ratings
301 Chs

29

Rara's pove

Aku melangkah kan kaki menaiki satu persatu anak tangga menuju kamar ku tetapi lampu di ruangan atas kenapa menyala? Tanya ku heran. Bukankah mama tidak pulang, lalu siapa yang menyalakan lampu? Aku menyipitkan bola mata ku dengan perasaan was-was ku pelankan langkah kaki ku dengan menjinjit aku meraih payung yang terletak di vas bunga panjang itu aku mengendap-endap menuju kamar dan ku dapati seorang pria bersebo hitam menoleh kaget ke arah ku " SIAPA KAU!" teriak ku dengan nafas memburu jantung ku berdetak kencang ku genggam tangkai payung dengan erat dan langkah perlahan aku mendekati pria itu " siapa kau? Atau aku akan memukul mu" AAAAHHHH..... belum sempat aku mengayunkan tangkai payung ku pria itu menarik tangan ku dan menghempaskan tubuh ku di atas tempat tidur. Aku berusaha mengambil payung itu atau apapun yang bisa aku gunakan sebagai senjata tetapi pria itu menahan ku dan berusaha merobek pakayan ku. Aku berteriak dan berusaha melawan dengan segala kemampuan ku, aku menarik tangan nya dan menggigit nya dengan sangat keras sampai ku rasa gigi ku mampu merobek kulit nya "aaahhh...." teriak nya menarik tangan nya sampai aku terdorong ke arah buffet kamar ku

Bruuukkkkk....

Kepala ku terhempas menumbur sudut buffet dan aku terhuyung jatuh, pria itu melihat ku yang terjatuh dengan kepala bersimpuh darah lari dengan cepat dan aku tidak sempat melihat wajah nya yang tertutup sebo hitam itu.

"ahhhh..."lirih ku kesakitan mememgang kepala ku yang berlumur darah dengan susah payah aku meraih ponsel di saku celana ku dan menekan tombol satu di panggilan darurat ku. Dan itu adalah nomor Juna aku tidak mampu menahan sakit kepala akibat luka ini. pandangan ku mulai kabur

Juna's pove

"halo?"

"Rara?"

"halo?"

"RARAAA!"

"apa terjadi sesuatu di sana?" tapi aku tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaan ku.

Aku segera memutar mobil ku yang tadi nya akan pergi ke apartement tomas tetapi ku urungkan niat ku dan melaju kerumah Raina

Jantung ku berdebar memburu "tuhan ku harap tidak terjadi apa-apa dengan gadis yang ku cintai"

Aku sangat takut kehilangan nya aku melajukan mobil ku dengan kecepatan yang sangat tinggi hingga berkali-kali aku hampir menabrak mobil lainnya.

Sesampai nya di rumah Raina aku membuka pagar dan menghambur berlari ke rumah nya

"Raina...."

"Raina " teriak ku dan berlari sampai ke kamar nya. Ku dapati Raina tergolek tak berdaya di lantai dengan darah mengalir dari kepala nya membasahi lantai keramik itu

"Raina " teriak ku mengangkat kepala nya

"Juna" lirih nya dengan bibir bergetar dan mata terpejam. Segera ku angkat tubuh kecil nya digendongan ku dan berlari menuju mobil "bertahanlah Raina" lirih ku dan melajukan mobil ku kerumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit aku menghambur memanggil dokter dan perawat untuk cepat menangani Raina demi tuhan jika terjadi sesuatu padanya aku tidak akan pernah memaafkan orang yang mencelakai nya bahkan diri ku sendiri.

Aku meninju dinding berkali-kali karena amarah yang memuncak di tubuh ku. Aku mengeram kesal ini semua pasti ulah Aletta atau papa mereka berani menyentuh wanita yang aku cintai padahal aku sudah menuruti kehendak mereka. pikiran ku kalut dan pandangan ku gelap badan ku gemetar aku sangat takut terjadi sesuatu dengan Raina aku menyusur rambut ku dengan kesal dan berjalan mondar- mandir di depan ruangan ICU nafas ku memburu dengan perasaan was-was ketika pintu di buka aku menghambur menghampiri dokter

"bagaimana keadaan nya" dia sudah melewati masa kritis nya ujar dokter itu yang membuat ku menarik napas dengan leg " terimakasih tuhan kau telah menyelamtkan seseorang yang berharga di dalam hidup ku" aku berlari masuk ke dalam ruangan ku dapati Raina terbujur lemah di ruangan dengan selang yang menusuk di punggung tangan kecil nya dan menutupi hidung nya.

Perasaan ku terombang ambing was- was menggenggam tangan nya aku mencium punggung tangan nya dengan lembut aku berterimakasih tuhan telah mendengar pinta ku kali ini. aku merindukan senyum wanita yang manis ini dan mengundang aku tidak sanggup melihat nya terbujur lemah tidak berdaya seperti ini.

"Juna " dengkur nya dengan suara serak dan berat.

"Raina" balas ku menjumput rambut yang menutupi mata nya. Mata coklat nya yang indah terbuka perlahan menatap ke arah ku

"kau tidak perlu takut ada aku sekarang di samping mu"

Mata nya berkaca-kaca menatap ke arah ku "Juna" lirih nya yang membuat hati ku tersayat –sayat sakit melihat nya ketakutan seperti ini

Aku mengangguk dan menggenggam tangan nya dengan erat "aku akan tetap disini" bisik ku menenangkan nya

Ku putuskan menghabiskan malam bersama Raina di rumah sakit untuk menemani nya setelah itu baru aku akan menemui Aletta tapi malam ini aku harus bersama Raina karena sepertinya dia masih sangat syok.

Raina memeluk ku dengan erat sementara dia masih terlelap di tidur nya. Semalam aku tertidur di ranjang nya dan kami tidur berdua di ranjang pasien yang kecil itu. tubuh nya yang bertekuk indah menempel di tubuh ku semenjak tadi malam sampai pagi ini dan sekarang sudah nyaris menyentuh siang. Aku harus segera bangun aku menarik lengan ku dengan pelan yang ia gunakan sebagai bantal di kepalanya agar Raina tidak terbangun matanya terpejam dan rambutnya berantakan aku membelai lembut rambut nya dan mengecup kening nya lalu meraih coat ku di dalam lemari. aku harus pulang dan menanyai apa yang sudah mereka lakukan terhadap wanita ku ini.

Aku mengendarai mobil ku dengan fikiran kacau aku tidak tau apa yang akan aku lakukan jika memang benar mereka lah yang melakukan ini terhadap Raina.

Aku melajukan mobil ku menuju apartement Aletta tidak perlu waktu lama aku sudah sampai di depan pintu apartement nya dan berderap masuk kedalam

"apa yang sudah kau perbuat dengan Raina " ujar ku dengan amarah yang sudah memuncak di atas kepala

Aletta berdiri dari duduk nya yang masih memegang secangkir teh yang ia nikmati pagi hari

"demi tuhan apa yang sebenar nya kau inginkan, Aletta?"

"dirimu " balas nya lirih

Rahang ku menggertak " itu tidak akan pernah terjadi"

Ia mendengus dengan senyum miring nya " ayolah Juna, kau bahkan pernah sangat mencintai ku sebelum wanita jalang itu hadir bukan?" ujar nya dengan suara parau

"hentikan omong kosong mu Aletta! Itu adalah sebuah kesalahan yang pernah ku perbuat mencintai seseorang seperti mu! Yang meninggalkan ku di saat aku koma dan menghancurkan kebahagiaan ku ketika aku menemukan wanita sebaik Raina" erang ku.

"aku tidak pernah meninggalkan mu, kau tau aku sibuk saat kuliah saat itu itu bukan kehendak ku" lirih nya dan mendekati ku

Aku melangkah mundur menjauhi sentuhan Aletta "katakan pada ku bahwa kau akan menjauhi Raina dan tidak akan menganggu hidup nya lagi selamanya"

Aletta terperanjat mundur dari langkah nya tersenyum getir sambil menggeleng-geleng kepada ku

"aku menginginkan mu Juna, aku menginginkan mu, aku mennginginkan cinta mu sebesar cinta mu kepada Raina"

"itu tidak akan pernah terjadi Aletta"

Aletta diam sejenak, bahunya gemetar karena tarikan napas kasar, kemudian menangis "demi tuhan Juna, aku merindukan mu. Kita masih bisa seperti dulu saat kau begitu menginginkan ku dan aku pun sebalik nya. Kita saling mencintai aku rela melakukan apapun demi kau asal kita kembali seperti dulu sebelum ada wanita itu" Aletta ambruk di sofa kamar nya "Aletta" gumam ku pelan dan sopan "itu tidak akan pernah terjadi lagi, aku begitu mencintai Raina dan aku tidak bisa memberikan sesuatu yang lebih dari pada ini" aku meraih tangan nya dan meremasnya dengan lembut "kau bisa menemukan seseorang yang lebih mencintai mu daripada aku"

Aku melepas genggaman ku dari tangan nya, lalu bangkit berdiri dengan sikap tegas.

"kurasa urusan kita sudah selesai, dan ini terakhir nya ku peringatkan untuk tidak menyentuh Raina lagi karena mungkin aku tidak segan-segan akan menyakiti mu"

Aku melangkah meninggalkan nya "juna..." lirih nya menahan isak tangis

Aku menghembuskan napas berat dan mempercepat langkah ku.

AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!