webnovel

Seminar Bersama Pemateri Ganteng!

"Ada tetapi hanya sedikit katanya nih pemateri itu enggak terlalu suka kalau nama dan fotonya di mana-mana."

Leandra menganggukkan kepalanya perlahan. Acara tersebut akan segera dimulai karena waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan pagi. Acara kini sudah dipandu pewara dari dosen di kampus tersebut. Setelah acara pembukaan akhirnya memasuki acara inti yaitu materi dari pemateri ganteng.

Deg!

Mata Leandra benar-benar tidak berkedip sama sekali, sekali pun Alcie menyenggolnya tetap saja Leandra tidak mengedipkan pandangannya.

"Selamat pagi semuanya," sapa pemateri tersebut.

Semua mahasiswa yang ada menjawab sapaanya terkecuali Leandra.

"Ci, itu siapa?" tanya Leandra dengan wajah muramnya.

"Suami," jawab Alcie dengan isyarat.

Benar, pemateri yang disebut-sebut mereka adalah Rigel Oceano Khevandra.

"Sebelum itu ada yang sudah mengenal saya, yang benar menjawab nama saya akan saya beri hadiah," ucap Rigel dengan lancar dan sangat berwibawa.

"Pak, saya mau jawab," ucap salah satu mahasiswi di belakang Leandra.

"Silakan."

"Nama bapak itu Rigel."

"Tidak tepat."

Semua diantara mereka tidak ada yang menjawabnya dengan benar, mereka hanya tahu nama depannya saja.

"Lea, jawab gih. Enggak apa-apa," bujuk Alcie.

"Saya mau jawab, pak," ucap Lea dengan berani seraya mengangkat tangannya.

Rigel menatap Leandra dengan senyuman padahal dalam hatinya ia sangat ingin tertawa.

"Oke silakan."

"Nama bapak itu Rigel Oceano Khevandra," jawab Leandra dengan lantang.

"Benar! Dari mana kamu tahu nama lengkap saya."

Deg!

Leandra melotot karena ia hampi bingung dan tampaknya Leandra sengaja melakukan hal tersebut.

"Dari dosen saya, pak."

"Oh dari dosen ya, baiklah karena kamu menjawab benar nama saya hadiahnya adalah berfoto dengan saya."

Semuanya bersorak riang, apalagi mahasiswi yang iri akan kesempatan berfoto itu.

"Siapa namu kamu?"

"Lea," jawab Lea cuek.

Kini mereka berfoto menggunakan kamera dokumentasi kegiatan.

"Gimana pematerinya ganteng 'kan?" bisik Rigel pada Leandra.

Leandra menahan emosinya sehingga terpaksa ia harus tersenyum saat difoto.

"Tunggu pembalasanku di rumah."

Setelah itu Leandra kembali ke tempat duduknya dengan kesal.

Selama pemberian materi sebenarnya Leandra tidak begitu fokus namun karena materi itu cukup penting baginya mau tidak mau ia berusaha untuk fokus.

Rigel menjelaskan banyak hal mengenai dunia kedokteran terkhusus bagian bedah saraf. Setelah materi ia sampaikan maka sesi tanya jawab akan dilaksanakan. Banyak mahasiswi yang sangat antusias hingga akhirnya sampai pada sesi terakhir.

"Ada lagi yang ingin bertanya, saya beri kesempatan untuk 2 orang penanya," Rigel menerima 2 pertanyaan kembali.

"Saya mau bertanya tetapi tidak mengenai materi bapak, apa diperbolehkan?"

"Boleh silakan."

"Apakah bapak sudah memiliki pasangan?"

Dengan berani salah satu mahasiswi itu bertanya pada Rigel, jelas sekali raut wajah Leandra berubah kemerahan.

Sorak ramai sekali seraya tepuk tangan pada yang bertanya, karena mereka juga sebenarnya penasaran.

"Okay, pertanyaannya akan saya terima, jawabannya sudah. Saya sudah mempunyai seorang istri yang cantik sekali."

"Yahhhh!" suara itulah yang terdengar begitu ramai mendapat pernyataan yang menyakiti hati mahasiswi tersebut.

Deg!

Leandra hanya diam dan melihat sekelilingnya sangat antusias sekali.

"Kira-kira ada mahasiswa yang barangkali mirip istri bapak enggak?" tanya mahasiswi tersebut. Ia tidak henti-hentinya untuk penasaran hubungan orang lain.

Rigel sedikit tertawa dan ia mengetahui jika Leandra sudah sangat ketakutan akan terbongkar rahasianya.

"Enggak mungkin saya membanding-bandingkan istri saya, pokoknya dia cantik menurut saya. Cukup sampai di sini materi kali ini, saya kembalikan acara ini pada moderator."

Dengan begitu Rigel menyudahi acara tersebut. Semuanya meninggalkan gedung pertemuan tersebut dan kembali pada kegiatannya.

"Ya ampun, Ci. Sumpah ya kok bisa dia sih?"

"Aku juga enggak tahu kalau itu dia, memangnya dia enggak bilang sama kamu di rumah?"

"Enggak, dia cuma tanya ada kuliah pagi atau enggak dan aku jawab mau seminar sama pemateri yang ganteng. Nyesel banget bilang gitu deh."

Keduanya menghela napas di tempat duduk sekitaran kampus.

Layar ponsel Leandra berkedip karena sebuah pesan masuk pada ponselnya.

[Aku ke rumah sakit, kalau mau pulang nanti berkabar, atau mau pulang sekarang biar aku antar?]

[Enggak usah, nanti saja kemungkinan aku dengan Alcie.]

Rigel tidak membalas pesannya lagi.

"Ci, nanti antar pulang ya. Aku enggak mau dijemput sama Rigel."

Alcie menganggukkan kepalanya.

*****

Sesampainya di rumah Leandra lupa jika ia tidak memiliki kunci rumah tersebut.

"Enggak ada kuncinya?"

"Iya, Ci. Aku lupa, argh gimana dong?"

"Mau menyusul ke rumah sakit?"

"Ya kali, enggak ah malu tahu."

Leandra meraih ponselnya dan menelepon Rigel.

"Kamu masih lama?"

["Ada apa?"]

"Aku sudah di rumah tetapi enggak ada kuncinya."

["Bisa tunggu sekitar 20 menit mungkin, nanti aku pulang kalau memang kamu enggak bisa ke sini."]

Leandra menyetujui hal itu, ia memilih untuk menunggu di teras depan rumah saja. Kini ia hanya menunggu seorang diri karena Alcie harus pulang, sebab Alcie memiliki kepentingan lainnya.

25 menit sudah berlalu, Rigel menepati janjinya. Meskipun tidak tepat 20 menit, tetapi Leandra wajar akan hal itu.

"Maaf nunggu lama ya?"

"Iya," jawab Lea singkat.

Leandra sudah masuk ke dalam rumah dan langsung berbaring di sofa.

"Kamu kenapa?"

"Enggak."

"Aku buat salah apa?"

"Kamu itu ngeselin banget sumpah, gimana kalau tadi teman-temanku tahu aku ini istri kamu?"

"Tetapi aku tadi enggak jawab kamu 'kan? Bagaimana, ganteng 'kan pematerinya?"

"Tahu ah."

Rigel tertawa karena Leandra ini kesal karena apa yang ia harapkan dari pemateri tadi bukanlah Rigel.

"Makanlah dulu, aku pergi lagi," seraya memberikan satu paper bag berisi makan siang dan kopi.

"Ini pasti jatah pemateri kamu kasih ke aku 'kan?"

"Ngaco kamu, ini aku beli di kantin rumah sakit, aku pergi."

Rigel segera mengendarai mobilnya dan kembali ke rumah sakit.

Leandra memijit-mijit keningnya karena memikirkan perlakuan Rigel yang sebenarnya baik padanya. Namun karena ia memang belum makan siang, ia melahap makanan yang diberikan oleh Rigel.

Pukul 19.00 WIB

Sore hari tadi Leandra sudah memasak untuknya dan Rigel. namun sampai saat ini pun Rigel tidak kunjung pulang. Leandra hanya berdiam diri di kamar seraya mengerjakan tugasnya, tetapi rasanya begitu membosankan sekali apalagi ia hanya sendirian di rumah besar itu. Pukul delapan malam akhirnya Rigel pulang ke rumah.

"Kamu sedari tadi di kamar?" tanya Rigel seraya membuka kancing lengan bajunya.

Leandra menganggukkan kepalanya.

"Sudah makan?"

"Kamu kenapa sih Rigel?"

"Kenapa maksudnya?"

"Iya nanya terus semua kegiatanku!"

Rigel menaikkan kedua alisnya seraya duduk pada kursi di sebelah meja belajar Leandra.

"Nanti kalau aku cuek kamu marah juga, aku perhatian kamu marah juga. Sekarang begini kamu mau apa?"