webnovel

Dimensi

Portal dimensi adalah satu - satunya gerbang penghubung antara dunia manusia dan peri. Kerusakan portal dimensi membuat Aslan, Lucky, Leonna, Jovan, dan Sierra terjebak dalam dunia para peri yaitu dimensi. Mereka dibimbing oleh peri Olivia dalam melakukan penjelajahan. Tugas mereka ada satu yaitu mencari permata portal agar dimensi serta Bumi tidak hancur berantakan.

Venlie_Sanjaya · แฟนตาซี
เรตติ้งไม่พอ
8 Chs

1. Lima Sahabat Pencari Misteri

"Wah! Ada Rp.50.000,- nih! Siapa yang jatuhin ya? Yaudahlah, kasih aku aja. Lumayan untuk beli sate padang. Sisanya bisa ditabung," ujar Lucky dengan gembira.

"Makasih, ya!" Leonna mengambil uang yang didapat oleh Lucky.

Pada akhirnya, percakapan tersebut berakhir pada pertengkaran.

"Pakai golok sekalian kalau mau perang," ucap Jovan sambil menikmati pertengkaran antara Lucky dan Leonna.

"Kucing dan Tikus ini memang gak pernah akur ya," kata Sierra sambil mencoba meleraikan mereka.

"Sini gua belikkan 5 sate padang, biar adil," ucapku sambil mengambil uang yang Lucky dan Leonna perebutkan.

Lucky yang menemukan uang itu merasa bahwa uang itu seharusnya menjadi miliknya. Tetapi, untuk menghindari perkelahian, ia pun menyerah.

Inilah kami, 5 orang sahabat yang saling melengkapi. Ada Lucky, orang yang paling beruntung di antara kami berlima. Ia selalu memenangkan undian berhadiah yang ada di depan rumahnya. Bahkan pemilik toko tersebut ketakutan jika Lucky membeli undian berhadiahnya.

Ada Leonna, cewek tomboy yang pemberani sekaligus jahil. Dia dikenal sebagai perempuan yang paling menakutkan di kelas karena tatapannya yang tajam seakan - akan memiliki dendam dan benci terhadap orang lain.

Lalu ada Jovan, si genius yang selalu menempati peringkat pertama di kelas. Bahkan ketika ia masih menduduki bangku SD, ia bisa mengalahkan murid terpintar di SMP.

Lalu ada Sierra, si cantik bagaikan bidadari yang berkepribadian anggun seperti putri. Ia menjadi primadona kelas ditambah lagi cara bicaranya yang ramah dan lembut.

Dan yang terakhir adalah aku yang bernama Aslan. Orang yang dikenal dengan jiwa kepemimpinan, berani dan bertanggung jawab.

Keseharian kami biasanya dihabiskan di markas rahasia kami, yaitu di rumah Lucky. Kami berencana untuk membangun ruang bawah tanah rahasia di kamar tidurnya setelah mendapat izin orang tuanya. Walaupun membutuhkan waktu yang lama untuk membangunnya, kami dibantu oleh Jovan yang juga ahli dalam arsitektur. Anak ini sungguh luar biasa. Kami biasanya berkumpul setiap pukul 2 siang setelah makan siang. Kami berkumpul untuk menghilangkan rasa bosan dan menjaga hubungan persahabatan kami.

Hari ini, seperti biasanya kami membicarakan sesuatu. Pembicaraan hari ini dimulai dari imajinasi Lucky.

"Kalian percaya gak sama dimensi lain selain dunia manusia?" ucap Lucky.

"Maksudnya apa?" tanyaku pada Lucky.

"Maksudnya di dunia ini ada tempat lain selain dunia manusia, misalnya tempat hidup para peri," ucap Lucky.

Kami seketika membayangkan dan berimajinasi bagaimana rupa dimensi itu.

"Seru juga. Apalagi kalau banyak pemandangannya," ucap Sierra yang tampak seru membayangkan rupa dimensi itu.

Pembicaraan ini membuat kami asik dengan imajinasi kami masing - masing. Bahkan suara detik jam terdengar jelas di telinga kami. Untuk membalikkan suasana yang terlalu sepi, Leonna berencana untuk menjahili Lucky. Ia memukul kepala Lucky yang sedang menghadap atas.

Terdengar suara "plakkk" yang cukup keras. Seketika Lucky kesakitan dan membalas kejahilan Leonna itu. Akhirnya mereka berdua malah bertengkar dan saling memarahi. Syukur dinding ruangan ini dibuat kedap suara sehingga orang dari luar tidak akan mendengar suara dari dalam ruangan itu.

"Apa sih? Ganggu imajinasi orang aja. Sakit, tau," ucap Lucky.

"Kebanyakan halusinasi, awas kemasukan setan," ucap Leonna.

"Biarin, asal setannya gak mirip kamu," ucap Lucky.

"Aku masih manusia ya, wahai gorilla," ucap Leonna mengejek Lucky.

"Sudah, nikah saja kalian. Serasi sekali jika kalian hidup bahagia bersama," ucap Sierra sambil menertawakan mereka.

"Gak sudi!" ucap Leonna dan Lucky bersamaan.

"Sudah pukul 19.00 nih. Pulang yuk!" ucapku.

"Ya udah, aku juga mau pulang." ucap Jovan sambil mempersiapkan tasnya.

Arah rumah kami terpisah. Rumah Jovan, Sierra, dan Leonna berada di arah kanan sedangkan rumahku berada di arah kiri sehingga aku dan mereka terpisah. Dalam perjalanan pulang, lampu - lampu jalan sepertinya tak berfungsi dengan baik. Tak biasanya lampu jalanan meredup seakan - akan kekurangan pasokan listrik. Tiba -tiba tepat di depan, sesosok makhluk dengan tinggi sekitar 200 cm, bertubuh kurus seakan - akan hanya dilapisi tulang belulang dan kulit, tubuhnya juga dominan berwarna hitam dan abu - abu. Ia menyerupai monster yang ditakuti banyak anak - anak, termasuk aku yang begitu kaget melihat ia tiba - tiba muncul dan menghilang tepat di depanku. Seketika makhluk itu menghilang, aku lari terbirit - birit menuju rumah.

Seketika tiba di rumah, aku langsung mandi, makan, lalu mempersiapkan diri untuk hari terakhir sekolah besok.

"Daripada aku membayangkan makhluk tadi, lebih baik aku bersiap - siap sebelum hari terakhir sekolah. Besok hanya mengambil rapot, kan? Tapi kalau dibayangkan, makhluk tadi menyeramkan sekali. Apa aku berhalusinasi? Memang benar ucapan Leonna. Terlalu banyak berimajinasi gak baik juga," gumamku sambil membayangkan rupa makhluk menyeramkan itu.

"Hih! Tidur saja lah," gumamku.

Aku pun mulai menutup mataku yang terasa lelah ini. Setelah 5 jam tidur, aku tiba - tiba terbangun pada pukul 03.00 subuh. Aku kaget setelah bermimpi sesuatu yang aneh.

"Bahkan makhluk itu masuk ke dalam mimpiku. Mengapa aku memimpikan makhluk aneh itu? Aku juga melihat Seorang peri yang terkurung di ruangan kosong berwarna putih. Maksudnya apa?" gumamku.

"Ini kan cuma mimpi dan imajinasi. Untuk apa aku mencemaskan hal itu? Tapi ini masih jam 3, tidur atau bangun saja ya? Bangun saja lah," ucapku.

Aku pun bangun dan mulai siap - siap ke sekolah. Aku mengambil pakaianku dan handuk lalu masuk ke kamar mandi. Tapi, ada sesuatu yang janggal.

"Hawa dingin ini lebih dingin daripada biasanya," ucapku merasakan sesuatu yang aneh.

Bukan dari cuaca maupun percikan air karena aku menggunakan air hangat ketika mandi pagi. Bahkan hawa ini membuatku merinding. Tiba - tiba, sebuah bayangan mirip makhluk yang muncul di mimpiku tadi ada di depan pintu kaca kamar mandi. Ketika diperiksa, bayangan itu hilang. Aku mulai merasakan sesuatu yang aneh akan menimpaku.

Setelah mandi, aku menggunakan seragam dan merapikan kamar tidurku lalu aku menunggu waktunya. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 06.15. Aku berangkat ke sekolah. Disinilah kejadian aneh dimulai.

~ End Chapter 1 ~