Mungkin karena Nyonya Veronika sedang terburu-buru. Sehingga beliau tidak terlalu mempedulikan keadaan sekitarnya. Dan bahkan hanya menyapa Martha sekilas di sela-sela waktunya.
"Hah!! Marthaku sayang, Aku benar-benar tidak menyangka kau akan tetap sama seperti terakhir kali aku melihatmu. Kau tidak banyak berubah. Kau tetap seperti Martha yang aku ingat," seru Nyonya Veronika tanpa memperhatikan raut wajah Martha yang bingung.
Bukankah mereka baru bertemu kurang lebih dua minggu yang lalu? Memangnya perubahan macam apa yang diharapkan Ny. Vero?
Martha mengerutu sendiri. Ia mengulaskan sebuah senyuman.
"Anda juga begitu, Nyonya Vero. Anda tetap cantik seperti biasanya," balas Martha sopan.
Veronika balas tersenyum.
"Apa putriku sedang sibuk?" tanya Veronika.
"Seperti biasanya, Nyonya," jawab Martha singkat. Veronika langsung merasa tidak senang.
"Lagi! Lagi! Dan lagi! Aku sudah mengatakan berapa kali padamu untuk memanggilku Mrs. Vero. Apa kau lupa?" protesnya mendadak.
Martha segera meralatnya.
"Baik, Mrs. Vero. Seperti yang Anda tahu, Nona Monica tidak pernah tidak sibuk jika sudah menyangkut soal pekerjaan. Akhir-akhir ini ada banyak proyek yang harus ditanganinya. Belum lagi dengan beberapa kontribusi baru yang sedang ia garap. Beliau tentunya sedang sangat sibuk sekarang," balas Martha lagi dengan sopan. Menjabarkan secara garis besar apa saja yang dikerjakan putrinya itu.
Sebetulnya ia tidak mengerti kenapa Nyonya besarnya itu senang sekali jika semua orang memanggilnya Mrs. Vero. Mrs dan Nyonya bukankah itu sama saja? Hanya berbeda penyebutan dan bahasa.
Veronika berdecak.
"Anak itu selalu saja seperti itu! Kapan sih dia mau punya waktu untuk mengurusi urusannya sendiri? Apa dia harus terus berkutat dengan kesibukannya yang tidak ada habisnya itu??" teriaknya marah.
Sebetulnya, Veronika mungkin terlihat terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkan putrinya. Bagaimanapun juga saat ini adalah jam kerja. Jadi wajar jika putrinya masih sangat sibuk sekarang.
Tapi dalam fakta yang sesungguhnya, tak bisa dipungkiri, Monica memang wanita yang gila akan pekerjaan. Sejak dulu hingga sekarang. Apalagi setelah semua masalahnya dengan Hendrik. Monica semakin tenggelam dalam pekerjaan tanpa bisa dicegah.
Lalu ketika keduanya tiba di depan pintu ruangan Monica, Martha mempersilahkan Veronika masuk.
"Mrs. Vero, silahkan masuk. Nona Monica pasti sudah menunggu Anda," serunya sambil membukakan pintu dan mempersilakan.
Dan ketika pintu terbuka, Veronika langsung berhambur masuk ke dalam dengan penuh semangat. Ia berlarian kecil menghampiri Monica dan memeluk putri kesayangannya itu dengan penuh rasa rindu. Monica sampai merasa sesak dibuatnya.
"Mom, kau memelukku terlalu kuat!!" protes Monica tanpa bisa ditahan.
Veronika langsung merasa bersalah dan merenggangkan pelukannya.
"Oh, Honey bunnyku sweety.. lama sekali aku tidak melihatmu. Mommy benar-benar kangen!! Apa kau juga merindukanku?" seru Veronika manja sambil menatap Monica dengan mata yang berbinar. Ia menunggu jawabannya.
Monica tersenyum kaku.
"Aku juga tentunya, Mom. Apa liburanmu menyenangkan?" tanya Monica yang langsung disambut oleh anggukan 'iya' dari ibunya.
"Tentu saja menyenangkan! Coba saja kau mau ikut. Pasti semuanya akan terasa lebih menyenangkan lagi," Veronika menjawab dengan sekedarnya sambil memperhatikan raut wajah putrinya yang mendadak membuatnya terkejut.
"OMO... Ada apa dengan wajahmu ini, Monicku Sayang? Kenapa kau terlihat pucat dan kurusan???" Veronika mulai menjadi panik dan marah.
Ia berbalik menatap Martha.
"Apa yang kau lakukan pada putriku? Kenapa dia jadi sekurus ini? Apa kau tidak menjaganya dengan baik??" Veronika melemparkan serangkaian pertanyaannya dengan marah.
Martha hanya bisa terdiam. Tak memberikan jawaban.
Apa ia juga harus mengurus segala urusan perdagingan di tubuh atasannya??
Melihat pertanyaannya tidak dijawab, Veronika lalu kembali menatap putrinya lagi. Menyentuh pipi Monica dengan tangannya, lalu merasa sedih dan sangat kecewa kembali.
"Kau pasti mengalami banyak kesulitan karena pria tidak tahu malu itu! Putriku sayang, berani sekali pria brengsek itu melakukan ini padamu!! Jika aku tahu dia adalah pria yang bajingan, aku tidak akan pernah mungkin mengijinkan kalian untuk berpacaran! Kau jelas sejuta kali lebih baik darinya!! Dia benar-benar tidak pantas mendapatkanmu!!" seru Veronika dengan sangat murka. Tapi juga menakutkan??
Martha langsung bergidik dan menolehkan kepalanya pada Monica. Ia takut perkataan Nyonya Vero akan menyinggung perasaan bosnya. Apa ibunya ini tidak bisa membaca situasi dengan tepat? Kenapa dia harus mengusik singa yang sedang tertidur?
Dan benar saja! Monica langsung memasang wajah dingin.
"Perlukah kita membahas masalah ini?" tanyanya tidak senang. Raut wajah benar-benar dingin dan suram.
"Tentu saja perlu!" sanggah Veronika, "Kau adalah orang yang terpenting dalam hidup Mommy! Dan Mommy tidak ingin siapapun menyakitimu!"
Martha menelan ludahnya sendiri
Mungkin saat ini, Veronika hanya ingin menunjukkan kepeduliannya yang besar pada putrinya. Tapi itu tentu tidak lantas membuat Monica merasa cukup senang.
Sebelum ini, karena banyaknya kejadian yang terjadi, Monica hampir saja melupakan sejenak masalahnya dengan Hendrik. Tapi begitu pernyataan-pernyataan itu terlontar kembali dari mulut Mommy-nya, Monica mau tidak mau merasa sesak.
"Mom, jika Mommy benar-benar peduli padaku, Mommy seharusnya mencabut calon Mommy dari perjodohan. Mommy seharusnya juga membantuku menghadapi Kakek dan juga Daddy. Lantas alih-alih melakukan itu semua, kenapa Mommy justru malah ikut-ikutan terlibat?" Monica melayangkan segala gugatan ketidak setujuannya. Ia menyalakan api kilat di matanya.
"Tentu saja itu dilakukan karena Mommy peduli padamu! Kau tentu tahu, Mommy selalu ingin memberikan yang terbaik untukmu. Dan... soal ide perjodohan itu, Mommy lihat itu bukanlah ide yang buruk. Kau tinggal menentukan pilihan dan langsung menikah. Bukankah itu mudah?" balas Veronika santai.
Monica langsung memijat pelan keningnya. Menyerah. Jika Kakek dan Daddy-nya saja tidak bisa ia bujuk, bagaimana mungkin ia bisa membujuk Mommy-nya?
"Beritahu padaku, siapa calon yang Mommy pilihkan." pinta Monica akhirnya.
Melihat Monica penasaran dengan calon yang dipilihnya, Veronika langsung tersenyum senang.
"Ra-ha-si-a," seru Veronika dengan nada genit yang dibuat-buat, "Kau akan tahu jika waktunya tiba nanti. Mommy akan memperkenalkannya langsung padamu. Bagaimana jika lusa nanti? Kau bisa mengatur waktu untuk menemuinya 'kan?"
Monica melirik Martha. Melihat tatapannya itu, Martha langsung mengerti.
"Lusa Nona Monica ada pertemuan pagi dengan Mr Smith dari Sance Corporation. Makan siang dengan Tuan Luis dari kimiafarma. Dan sorenya ada meeting penting dengan para pemegang saham mengenai produk yang akan launching bulan depan," jelas Martha dengan respon yang cepat.
Veronika langsung sumringah.
"Kalau begitu malamnya kau bebas. Kosongkan jadwal malammu itu untukku. Aku akan memesan sebuah tempat dan memberitahukan padamu nanti. Sempurna!" seru Veronika dengan penuh bersemangat.
Monica pun langsung meminta Martha menyanggupinya dengan pasrah.
***