webnovel

dibalik senja

siapa sangka. ketika hati sudah mulai berbicara justru kenyataan lah yang ada. mencintai bukan berarti harus memiliki. dimiliki sekarang belum tentu besok dan lusa pun sama. adena, yang jatuh cinta pada adli berusaha untuk tetap bertahan meski luka dan duka tak pernah mau meninggalkannya. meski sekeras apapun ia mencoba nama adli sulit untuk dilupakannya. kisah cintanya tak seindah rangkaian kata demi kata yang ia tulis untuk adli. cinta masih memiliki rahasianya. cinta masih memiliki keinginan untuk membuat jatuh, bangkit, menderita ataupun bahagia.

ainunchochopie · โรแมนซ์ทั่วไป
Not enough ratings
7 Chs

e.Bulan

Bintang-bintang yang indah itu tak pernah lelah menemani bulan. Malam tahu, sekalipun ia tak sehangat pagi tapi dia memiliki apa yang tak di miliki oleh pagi.

Aku tersenyum pada langit. Aku berterima kasih padanya karena telah menghadirkan teman untukku bercerita.

Mengingat apa yang terjadi di sekolah, aku tak bisa tidur dengan begitu saja. Sekalipun yang aku alami itu terjadi karena ke tidak sengajaan.

Bagaimana bisa aku melupakan tatapan yang menggetarkan jiwa itu? bagaimana bisa aku melupakan betapa hangatnya tubuh sosok yang aku kagumi dan senangi itu?

Pohon itu adalah saksi di mana apa yang aku tuliskan selama ini dengan ajaibnya terjadi dengan begitu saja. Akan aku ceritakan apa yang terjadi pada hari itu.

Hari itu, tiba-tiba dedaunan pohon yang tak biasanya gugur menjadi gugur hanya karena tiupan angin. Atau mungkin karena pohon itu sedang tertawa geli melihat apa yang terjadi di bawahnya?

Hari itu, seekor kucing tiba-tiba melompat ke atas tubuh Aldi, yang membuatnya dengan spontan memelukku.

Aku hanya bisa terdiam dan mencoba menetapkan pikiranku antara kenyataan dan angan-angan.

Ke dua bola mata kami saling bertemu. Tatapannya membuatku merasa bahwa aku berada dalam dunia virtual. Kami sangat dekat, sampai-sampai aku takut dia kan mendengar degupan jantungku. Di saat-saat seperti itu, dia justru membuat suasana menjadi semakin rumit untukku.

"Bibirmu imut, kecil sekali," ucapnya sambil melihat bibirku yang aku akui memang kecil dan juga tipis itu.

Aku tidak tahu apakah dia sadar atau tidak, tapi yang jelas setelah dia berkata seperti itu aku langsung menutup mulutku dengan ke dua tanganku.

Dia pun melepaskan ke dua tangannya yang memelukku. Beberapa saat kemudian dia berkata,

"Maaf, aku..., kayaknya aku gak sopan tadi."

"mmm, ya gitu." Aku tak tahu apa yang aku katakan waktu itu adalah jawaban terbaik. Tapi, semua yang aku ucapkan keluar dengan sendirinya.

"Adena, aku minta maaf ya.., sorry banget, tadi aku sok banget waktu kucing itu naik ke tubuhku. Aku..., aku... aku takut kucing." Aldi mengatakan hal yang tak pernah aku duga sebelumnya.

"Kamu takut kucing? Masak iya sih? Hahahaha..." spontan aku bisa berbicara layaknya diriku yang biasanya. Hal itu membuat Aldi berkata,

"Kamu seharusnya seperti ini dari awal."

"Maksudnya?"

"Maksudku..., aku suka Adena yang bisa berbicara layaknya teman padaku." Lalu dia tersenyum dan membuatku tak tahu harus bagaimana.

Hari itu, tanpa aku sadari apa yang aku tuliskan selama hampir tiga tahun terjadi secara tiba-tiba. Aku hanya bisa bercerita pada malam akan kejadian hari itu, mana bisa aku menceritakannya ke pada orang lain. Hal itu hanya akan membuat Aldi dalam kesulitan.

Aku membuka laptopku dan membuka Instagram. Aku membuka profil IG miliknya 'Aldi Ramadhan'. Dia sungguh berbakat di segala bidang. Entertainment, musik, bahkan dunia bisnis juga dia geluti.

Tapi, saat aku mengingat saat perlahan-lahan dia dia harus berlari dan akhirnya bertemu denganku di balik pohon itu, saat mengingat itu aku menjadi kasihan padanya. Dia pasti kelelahan harus menjalani kehidupan seperti itu, bahkan waktu untuk bersantai sepertinya dia tidak punya.

Tiba-tiba, saat aku sedang melihat foto-foto unggahannya sebuah notifikasi DM muncul.

Saat aku melihat siapa yang mengirimiku DM itu aku langsung menyebutkan namanya dengan spontan,

"Aldi?"

Dia mengirimiku DM yang bertuliskan,

"Lagi apa?"

Meski itu adalah pertanyaan yang umum namun jantungku berdegup tak karuan. Aku tak percaya Aldi akan menanyakan itu padaku. Aku pun segera menjawab pertanyaan itu, namun sesaat kemudian aku kembali menghapuskan dan aku menuliskan jawaban yang lain dan lagi-lagi aku menghapusnya. Entah apa yang ada di pikiranku, dia hanya bertanya apa yang sedang aku lakukan tapi aku justru menjawab yang tidak perlu. Akhirnya aku menjawab seperti ini,

"Lagi nulis, kamu?"

Dan siapa sangka, jawaban DM dariku langsung di baca olehnya seakan-akan dia tidak meninggalkan laman chat itu sama sekali bahkan sesaat kemudian dia langsung mengirimkan pesan yang lain.

"Lagi mikirin kamu."

Jawabannya membuatku serasa mau mimisan. Apalagi rupanya masih ada kata lain yang tertulis setelah kata itu,

"soalnya bukumu rusak karena aku.." dia menambahkan jawabannya sebelumnya dengan kata-kata yang mengakhiri kebahagianku, apalagi dengan emot yang dia kirimkan. Rasanya aku baru saja di angkat ke langit ke tujuh kemudian di jatuhkan begitu saja.

Akhirnya dengan kesal aku menjawab,

"Kalau gitu di ganti yang baru biar gak kepikiran aku lagi..." setelah menulis jawaban seperti itu aku mengirim emot orang yang geram.

Mungkin pada malam itu dia tidak memiliki kegiatan apa pun karena setelah DM dariku terkirim dengan cepat dia mengirim balasannya.

"Justru dengan mengganti bukumu dengan yang baru aku akan terus memikirkanmu."

Lagi-lagi jawaban DM-nya membuatku seakan-akan melayang ke angkasa luas. Tapi, tak lama kemudian ada kata-kata lain yang menyusul.

"Karena merasa bersalah telah membuatmu selalu memikirkanku dengan menulis tentangku di buku itu."

Jawaban DM-nya itu membuatku dengan spontan menjawab,

"Iih, ke PD-an. Udah ah, aku mau tidur."

Aku memutuskan untuk mengakhiri obrolan singkat kami malam itu. Bukan karena aku kesal padanya melainkan karena hatiku yang tak sanggup membayangkan ekspresinya. Kemudian, tak lama seperti yang lalu, dia membalas lagi,

"Ya udah, kalau gitu selamat tidur Adena. Dan izinkan aku menjadi bagian dari mimpimu." Chat terakhir yang dia tulis itu membuatku tersenyum dengan hati yang tak terhingga kebahagiaannya. Apalagi dengan emot yang dia kirim. Emot yang menunjukkan dia sangat senang.

Ingin sekali aku menanggapi DM-an itu. Tapi, bagaimana bisa aku membalas dengan jawaban yang telah aku berikan sebelumnya. Aku telah berbohong padanya tapi untuk jujur pun aku tak mampu.

Akhirnya, aku hanya bisa menjawabnya dari tempatku berada dan malamlah yang mendengarkanku dengan saksama.

"Kamu tak perlu meminta izin dariku Aldi, bahkan sebelum kamu berkata seperti itu kamu sudah menjadi bagian dari mimpiku bahkan jauh dari itu. Kamu justru menjadi bagian dari hari-hariku. Aldi, kamu tidak tahu seberapa jauh Adena ini menyukaimu. Adena harap kamu tidak akan tahu, karena Adena tidak ingin pertemanan yang baru terjalin ini rusak. Tapi, jika kamu pun merasakan apa yang di rasakan Adena, maka tolong katakan pada Adena."

terima kasih untuk menyempatkan diri membaca tulisan saya ini. jangan lupa untuk vote dan juga comment dan dukung saya dengan cara share cerita ini.

dan kamu semua dapat membaca ceritaku yang lainnya di aplikasi "NovelMe" atau "Novelku" dengan nama pena ainunchochopie. atau kalian bisa langsung mencari buku nya yang berjudul

-awan kelabu

-surgaku bersamamu

-ketindihan

-flower of fire

-adena.

semoga kalian berkenan untuk mampir.

dan bagi kalian yang memiliki aplikasi wattpad atau joylada kalian bisa membaca karyaku yang lain yang berjudul

"Angin Cinta Aisyah"

terima kasih.

ainunchochopiecreators' thoughts