webnovel

Hadiah

"Angga" suara lirih mamanya terdengar di telinga Angga

perlahan Angga membuka matanya, wajah cantik mamanya dihiasi senyum indah menatap Angga

mata angga terbuka, cahaya lampu yang menyilaukan mengganggu penglihatannya

matanya berkedip kembali menatap mamanya

"ma" suara yang sangat pelan terdengar dari mulut angga

purnama memeluk anaknya dengan erat "sayang akhirnya kamu sadar"

"sudah berapa lama angga tertidur ma?"

sambil menatap keseluruhan ruangan dan berhenti disosok tubuh yang sedang bersimpuh disudut ruangan dengan wajah tertunduk

walaupun kesadarannya belum pulih sempurna angga dapat mengenali wajah itu,

belum sempat purnama menjawab, "kenapa ia disini ma?" tanya angga sambil menatap mamanya,

"dia hadiah milik mu" dengan senyuman purnama menjawab pertanyaan angga

mata angga terbelalak "aku tidak menginginkannya, ma"

"angga???" purnama menatap anaknya dengan berbagai macam pertanyaan dibenaknya

"kamu ingin memilikinya, yang membuat kamu seperti ini, ngak perlu malu sayang mama akan persiapkan untuk mu"

"hahahaha" suara tawa yang besar keluar dari mulut angga sambil menyeringai menahan sakit pada luka dipunggungnya.

"siapa yang bilang ma, hahahahahha" angga berkata sambil tertawa

"malam di party rudi, apa kamu lupa???"

"hmmm" angga menghentikan tawanya dan menatap andini yang masih bersimpuh sambil menundukkan kepala

"tentu aku masih ingat, walaupun aku sedikit mabuk, tapi ma.. itu cuma reaksi mabuk ku saja, rendah sekali seleraku" jawab angga sambil tersenyum sinis menatap andini yang kebetulan menatapnya dan kembali menundukkan kepala

"usir dia keluar, angga mau istirahat ma!!!"

"bawa dia keluar!!" dua orang datang mendekati andini, mengangkat lengan andini dan memaksa andini berdiri.

delapan jam bersimpuh tentu membuat kaki andini tak dapat bergerak, namun kedua laki-laki tersebut mengangkat andini dengan paksa, andini dengan lemah memaksakan diri berjalan tapi ia merasakan kakinya tidak dapat digerakkan dengan kasar tubuhnya digeret dua pria tersebut keluar dari ruangan, kemudian menjatuhkan tubuh andini kelantai dan kembali masuk keruangan.

Andini yang merasa tubuhnya lemah sekali berusaha berdiri namun tubuh itu terhuyung kelantai, matanya terlalu berat untuk dibuka "braaaak" bunyi keras tubuh andini jatuh kelantai tidak sadarkan diri.

andini membuka matanya, ia berbaring ditempat tidur dengan tangan diinfus

ia memandang kesekeliling ruangan melihat beberapa orang tertidur diatas tempat tidur rumah sakit, ia masih berada dirumah sakit

"kamu sudah sadar andini??" suara dokter yang sedang berjalan menghampirinya

"kamu pingsan didepan kamar pasien, kelihatannya kamu tidak makan, sehingga tidak memiliki tenaga, kita infus dan istirahat beberapa hari, pasti kamu pulih" panjang lebar dokter menjelaskan keadaannya kepada andini, sejak malam party sampai hari ini ia belum makan dan minum sedikitpun

Andini hanya dapat menatap "tapi, dok, saya tidak bisa berlama lama disini"

"kamu cuma perlu istirahat beberapa hari"

"tapi dok" andini terpaksa berhenti karena dokter mulai memeriksa keadaan tubuh dan tenggorokannya.

"gimana dok, saya boleh pulang??"

"dua hari lagi", " tapi dok",

"kalau kamu memaksa besok boleh pulang"

"tapi dok", sambil berusaha duduk andini berkata dengan pelan "saya harus keluar dok, saya tidak memiliki biaya untuk membayar rumah sakit kalau terlalu lama disini" jelas andini dengan tertunduk malu

"hubungi keluarga mu", "dok, saya ngak punya keluarga" suara andini terdengar sedih "hmmm, baik lah tapi semua resiko kamu yang tanggung" dengan langkah berat dokter meninggalkan andini.

Andini sudah bersiap siap untuk keluar, ia berjalan kebagian pembayaran

"sus, andini kamar 308, berapa Tagihannya??"

"tunggu bentar mbak, delapan ratus ribu Mbak"

"mahal kali", "penanganan darurat mbak"

terpaksa deh uang sakunya dikuras habis, andini menatap slip pembayaran dengan wajah pucat dan masih terlihat letih.